Cukup tersentak hati saya tatkala membaca
pernyataan-pernyataan berani yang diungkapkan oleh Prof DR Kiyai Haji Said
Aqiel Siradj, MA, sebagaimana yang diberitakan dalam www.voa-islam.com.
Pernyataan-pernyataan tersebut adalah:
Pertama : Pernyataan beliau bahwa syi'ah di
Indonesia tidak berbahaya, sebagaimana bisa dilihat di
(http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/12/06/16929/aneh-said-agil-siraj-bilang-syiah-di-indonesia-tidak-berbahaya/)
Dan ternyata memang beliau pernah bertemu dan
menyambut tokoh syi'ah Hasan Nasrullah, silahkan lihat
(http://www.dp-news.com/pages/detail.aspx?articleid=57160). Demikian pula
beliau pernah menjadi pembicara tingkat internasional di Teheran (pusatnya
Syi'ah Roafidhoh) selama dua kali, pada tahun 1999 dengan materi : Al-Taqriib
baina al-Madzaahib, Al-Islam al-din al-tasamuh (Pendekatan antara
madzhab-madzhab, Islam adalah agama toleransi), dan pada tahun 2000 dengan
materi : Al-Taqriib baina al-Madzaahib, Huquq al-Insan fi al-Islam (Pendekatan
antara madzhab-madzhab, Hak-hak manusia dalam Islam). Silahkan lihat
(http://nubinong.blogspot.com/2010/03/riwayat-hidup-prof-dr-kh-said-aqiel.html).
Selain itu beliau juga memberi kata pengantar dan menganjurkan masyarakat
muslim Indonesia untuk membaca sebuah buku yang berisi banyak kedustaan karya
Idahram, yang dalam buku tersebut sang penulis (Idahram) berkata : "Dalam Islam sedikitnya ada tujuh
madzhab yang pernah dikenal, yaitu madzhab Imam Ja'far As-Shiddiq (madzhab
Ahlul Bait), madzhab Imam Abu Hanifah An-Nu'man, madzhab Imam Malik ibnu Anas,
madzhab Imam As-Syafii, madzhab Imam Ahmad Ibnu Hanbal, madzhab Syi'ah Imamiah,
dan madzhab Dawud Azh-Zhahiri. Sedangkan madzhab salaf tidak pernah ada"
Kedua : Penyamaan beliau antara trinitas ortodoks
Kristen dengan tauhid Islam, sebagaimana bisa dilihat di
(http://www.voa-islam.com/counter/christology/2011/10/06/16278/koreksi-aqidah-kh-said-aqil-sirajd-jangan-samakan-tauhid-islam-dengan-trinitas-kristen/),
lihat juga (http://www.voa-islam.com/news/citizens-jurnalism/2011/11/24/16804/santri-menggugat-kenuan-ketua-umum-pbnu-kh-said-aqiel-siradj)
Ketiga : Pernyataan beliau bahwasanya salafy
wahabi penebar terorisme, sebagaimana bisa dilihat di
(http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/12/07/16943/ketum-pbnu-said-aqil-siradj-melempar-fitnah-ustadz-membalas-tausiyah/),
lihat juga
(http://nahimunkar.com/9926/kayak-bocah-bercerita-gendruwo-saja-said-agil-siradj-menuding-yayasan-yayasan-islam/)
Beliau DR
Said Aqiel Siroj telah menghabiskan banyak usia beliau untuk mendalami bidang
aqidah di karajaan Arab Saudi. Dari S1 hingga S3 beliau menuntut ilmu di Arab
Saudi dan di bidang ushuul ad-diin (aqidah).
-
S1, beliau tempuh Universitas King Abdul Aziz, Jurusan Ushuluddin dan
Dakwah, tamat 1982.
-
S2 beliau tempuh Universitas Ummu al-Qura, jurusan Perbandingan Agama,
tamat 1987, dengan tesis yang berjudul رَسَائِلُ الرُّسُلِ وَأَثَرُهَا فِي انْحِرَافِ الْمَسِيْحِيَّةِ (Pengaruh Surat-Surat para rasul dalam Bibel
terhadap penyimpangan Agama Kristen).
-
S3 Universitas Ummu al-Qura, jurusan Aqidah/Filsafat Islam, tamat 1414 H
(1994 M), dengan judul disertasi : صِلَةُ اللهِ بِالْكَوْنِ فِي التَّصَوُّفِ الْفَلْسَفِي (Hubungan antara Allah dan alam menurut
perspektif tasawwuf falsafi), yang disertasi beliau ini dibimbing oleh dosen
beliau yang bernama As-Syaikh DR. Mahmuud Ahmad Khofaaji
Dari sini kita tahu bahwasanya beliau ini adalah
seorang yang pakar dalam bidang aqidah, baik dalam memahami kesesatan kaum
Kristen maupun kesesatan kaum sufi.
Berikut ini saya terjemahkan muqoddimah dari
disertasi doktoral yang ditulis oleh Prof DR Said Aqiel Siraj (Desertasi
tersebut bisa di download di
http://resalty.waqfeya.com/index.php/category-96/thesis-51).
Muqoddimah ini sangat layak untuk dibaca kembali
oleh penulisnya sendiri, yang merupakan nasehat yang sangat indah bagi sang
penulis sendiri dan juga kaum muslimin di tanah air, terutama kaum yang
dipimpin oleh beliau sekarang. Hal ini mengingat dalam muqoddimah disertasi
tersebut beliau (Prof DR Said Aqiel Siradj) telah mentaqrir dan menetapkan
landasan-landasan aqidah salaf, karena memang desertasi tersebut beliau tulis
untuk membantah kaum sufi. Terlebih lagi dalam desertasi tersebut beliau sering
menukil perkataan-perkataan Ibnu Taimiyyah untuk membantah pemikiran sufiah.
Semoga bermanfaat bagi kaum muslimin Indonesia.
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
"Islam menolak segala bentuk kesyirikan, dan
menolak perantara-perantara antara Allah dan manusia kecuali perantara kenabian
dan kerasulan, dengan demikian Islam menetapkan keterpisahan yang sempurna
antara Allah dan yang lainNya, antara Pencipta dan Makhluk, bahkan malaikat
tidak terhubungkan dengan Allah melalui hubungan apapun selain hubungan yang
tegak antara Allah dengan makhluk yang lain baik yang materi maupun ruh, yaitu
hubungan antara makhluk dan Penciptanya, yaitu hubungan keterpisahan dan bukan
hubungan ketersambungan"
Komentar :
Pernyataan Kiyai Haji Prof DR di atas persis sama
dengan penjelasan Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdil Wahhaab rahimahumallah,
bahwasanya Allah tidak butuh kepada washitoh (perantara) dalam penyembahan dan
dalam meminta manfaat dan menolak mudhorot. Menjadikan washitoh (perantara)
kepada Allah merupakan kesyirikan. Yang ada hanyalah perantaraan dalam hal
risalah dan kenabian, yaitu para nabi dan para rasul merupakan perantara antara
Allah dan manusia dalam menyampaikan risalah/wahyu Allah ta'alaa.
Ibnu Taimiyyah berkata : "Dan hal ini
merupakan perkara yang disepakati oleh seluruh pemeluk agama dari kalangan kaum
muslimin, yahudi, dan nashrani, mereka menetapkan adanya perantara antara Allah
dengan hamba-hambaNya. Perantara-perantara tersebut adalah para Rasul yang
mereka menyampaikan dari Allah perintah Allah dan khabar dari Allah…."
Beliau juga berkata, "Adapun jika yang
dimaksudkan dengan perantara adalah bahwasanya harus ada perantara dalam
mendatangkan manfaat-manfaat dan menolak kemudorotan, seperti perantara dalam
mendatangkan rizki para hamba, dan pertolongan kepada mereka dan hidayah untuk
mereka, yang mereka meminta hal-hal tersebut kepada perantara ini dan mengharap
kepada perantara ini maka ini merupakan kesyirikan yang paling besar yang
karena kesyirikan inilah Allah mengkafirkan kaum musyrikin (Arab), dimana
mereka menjadikan selain Allah sebagai penolong-penolong mereka dan para
pemberi syafaat kepada mereka" (Majmuu' al-Fataawaa 1/122-123). Adapun
perkataan Muhammad bin Abdil Wahhaab yang semakna dengan ini maka bisa dibaca
di risalah beliau "Kasyf Asy-Syubhaat"
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
"Dan jika kita mengamati Al-Qur'aan
Al-Kariim maka kita akan mendapati Al-Quran menekankan keterpisahan yang
sempurna ini, maka tidak ada sesuatupun yang berfungsi sebagai suatu perantara
antara Allah dan makhlukNya. Sebagaimana Al-Qur'an berkali-kali dan
berulang-ulang menafikan sifat uluhiyah dari selain Allah ta'aala dengan
penafian secara mutlak, dan menekankan bahwasanya para nabi dan para rasul
mereka dari golongan manusia dan dari tabi'at manusia. Inilah yang ditetapkan
oleh rukun Islam yang pertama yaitu Syahadah (Persaksian) bahwasanya tidak ada
sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad
adalah hambaNya dan rasulNya. Dan ini adalah syahadah penafian dan penetapan
(itsbaat), menafikan secara mutlak uluhiah (ketuhanan) dari selain Allah dan
tidak ditetapkan kecuali hanya untuk Allah semata, dan menetapkan bahwasanya
Muhammad adalah hambaNya dan rasulNya, dan Muhammad adalah manusia sebagaimana
seluruh manusia (*yang lain). Dan seluruh perbedaan antara Muhammad dan mereka
adalah beliau diberi wahyu aqidah tauhid"
Komentar :
Dalam paragraf ini DR Said menekankan perkara
yang sangat penting yaitu tentang aqidah yang benar terhadap Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya beliau adalah manusia biasa
sebagaimana seluruh manusia yang lain yang memiliki tabi'at manusia. Yang
membedakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan manusia yang lain hanyalah
Nabi telah diberi wahyu berupa aqidah tauhid. Hal ini tentunya bertentangan
dengan keyakinan sebagian kaum sufi yang terlalu berlebih-lebihan kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam. (silahkan lihat
http://www.firanda.com/index.php/artikel/aqidah/116-berlebih-lebihan-kepada-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam-hingga-mengangkat-beliau-pada-derajat-ketuhanan)
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
"Dan aqidah tauhid yang dibawa oleh Islam
menolak seluruh kesyirikan, sama saja apakah kesyirikan yang tegak di atas
pendapat berbilangnya Tuhan atau kesyirikan yang dibangun di atas keimanan
kepada adanya perantara-perantara antara Allah dan manusia. Dari situ maka
hubungan antara Allah dengan alam –termasuk di dalamnya adalah manusia- adalah
hubungan keterpisahan. Allah maha Esa tidak ada syarikat baginya, terpisah dari
alam dengan keterpisahan yang sempurna dengan ke-Esa-anNya dalam Dzatnya,
sifat-sifatNya, dan perbuatan-perbuatanNya, dan Allah tersucikan dari seluruh
bentuk penyamaan dengan makhluk-makhlukNya.
Aqidah ini dialah aqidah yang telah disepakati
oleh seluruh kaum muslimin, baik salaf mereka (*golongan terdahulu) maupun
kholaf mereka (*golongan belakangan), kecuali sufiah filsafat, sebagaimana akan
kita lihat di tengah lembaran-lembaran pembahasan ini"
Komentar :
Dalam
paragraph ini kembali DR Said Aqiel menekankan bahwasanya Islam menolak segala
bentuk kesyirikan. Dan bentuk-bentuk kesyirikan ada dua:
Pertama : Dengan menjadikan Tuhan berbilang,
sebagaimana trinitasnya kaum Nasrani, dan juga dewa-dewa Kaum Hindu.
Kedua : Menjadikan perantara antara Allah dan
manusia. Hal ini sebagaimana keysirikan kaum musyrikin Arab (silahkan lihat
kembali : http://www.firanda.com/index.php/artikel/bantahan/126-bantahan-terhadap-abu-salafy-seri-5-hakikat-kesyirikan-kaum-muysrikin-arab)
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
"Kemudian Islam adalah berpegang teguh
dengan perintah-perintah Allah dan perintah-perintah RasulNya shallallahu
'alaihi wa sallam dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah dan RasulNya, dan
meneladani kehidupan Rasulullah dan mengikuti jalan-jalan dan sunnah-sunnah
yang telah ditempuh oleh para sahabatnya –semoga Allah meridhoi mereka-
Allah berfirman : "Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat" (QS Al-Ahzaab
: 21)
Dan Allah ta'aala juga berfirman : "Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah" (QS Al-Hasyr : 7)
Allah juga berfirman : "Hai orang-orang yang
beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari
pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)" (QS Al-Anfaal :
20)"
Komentar :
Dalam
paragraf ini DR Said Aqiel menekankan untuk mengikuti jalan para sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, bahkan beliau mendoaakan para sahabat agar
diridhoi oleh Allah. Dan ini tentunya bertentangan dengan aqidah Syi'ah yang
justru berdoa agar Allah melaknat para sahabat dan juga mengkafirkan para
sahabat.
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
Dan perintah-perintah Allah dan RasulNya
–demikian pula larangan-larangan Allah dan RasulNya- terjaga dalam Al-Qur'an
Al-Kariim dan Sunnah-sunnah Nabi yang mulia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda :
"Aku meninggalkan pada kalian dua perkara
yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan kedua
perkara tersebut, yaitu kitabullah dan sunnah NabiNya"
Komentar :
Dalam
paragraf ini DR Said Aqiel menegaskan akan pentingnya berlandaskan kepada
Al-Qur'an dan Sunnah-Sunnah Nabi, yang keduanya merupakan sumber hukum kaum
muslimin. Hal ini tentunya berbeda dengan:
-
Keyakinan sebagian kaum sufi yang terkadang berdalil dengan
kisah-kisah…yang tidak tahu juntrung keabsahannya. Tidak jarang berupa
cerita-cerita karomah yang masih dipertanyakan akan kevalidannya lantas
cerita-cerita tersebut dijadikan dalil utama sehingga ditolaklah pendalilan
dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah
-
Sikap sebagian sufi yang taklid buta kepada gurunya, meskipun
pemikiran-pemikiran gurunya bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Sehingga seakan-akan perkataan gurunya merupakan salah satu sumber hukum
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
"Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam telah mentarbiah (membina) para sahabatnya dibawah naungan dan petunjuk
kitabullah dan sunnahnya, yaitu dengan tarbiah percontohan agar mereka menjadi
teladan bagi orang-orang yang datang setelah mereka hingga hari kiamat. Maka
mereka adalah praktek nyata (hidup) dari ajaran-ajaran Allah dan arahan-arahan
RasulNya. Mereka berittiba' dan meneladani serta tidak melakukan bid'ah dan
mengada-ngadakan. Mereka adalah para wali-wali Allah yang tidak kawatir dan
tidak bersedih. Mereka adalah teladan dan tolak ukur untuk mengenal al-haq
(kebenaran) dari kebatilan, dan untuk membedakan petunjuk dari kesesatan".
Komentar :
Dalam
paragraf ini beliau menekankan kembali akan mulianya para sahabat dari beberapa
sisi:
Pertama : Para sahabat telah ditarbiyah/dibina
dan dididik langsung oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Tentunya guru
sangat berpengaruh kepada murid-muridnya
Kedua : Tarbiyah tersebut berdasarkan naungan dan
cahaya al-Qur'an dan as-Sunnah
Ketiga : Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mentarbiyah para sahabat dengan tarbiyah khusus yaitu tarbiyah percontohan,
dengan maksud agar para sahabat menjadi contoh bagi generasi-generasi setelah
mereka
Keempat : Amalan para sahabat adalah praktek
hidup/nyata terhadap ajaran Al-Qur'an dan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam.
Hal ini tentu sangatlah jelas ditinjau dari
beberapa sisi
-
Para sahabatlah yang paham tentang maksud Allah dan RasulNya.
-
Ayat-ayat al-Qur'an yang pertama kali mempraktekannya adalah para
sahabat.
-
Tatkala para sahabat menerapkan ayat-ayat Allah mereka dibimbing
langsung oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga jika mereka salah
praktek, atau salah paham tentang Al-Qur'an maka akan ditegur langsung oleh
Allah atau melalui Rasulullah yang merupakan guru dan pengawas mereka
Kelima : Para sahabat tidak melakukan bid'ah dan
tidak mengadakan perkara-perkara baru dalam agama, akan tetapi mereka
meneladani guru mereka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
Keenam : Para sahabat adalah wali-wali Allah…maka
yang memusuhi dan membenci mereka…apalagi mengkafirkan mereka tentunya
wali-wali syaitan
Ketujuh : (Dan ini merupakan poin yang
terpenting) yaitu DR Said Aqiel menjelaskan bahwa para sahabat adalah tolak
ukur kebenaran, sehingga terbedakan hak dari kebatilan, dan terbedakan petunjuk
dari kesesatan.
Sungguh
ini adalah manhaj yang selalu dan senantiasa diserukan dan dipropagandakan oleh
kaum wahabi (salafy) yaitu agar kembali kepada pemahaman dan manhaj para
sahabat yang jauh dari bid'ah dan perkara-perkara baru dalam agama.
Dan inilah juga yang selalu diserukan oleh kaum
yang disebut-disebut oleh orang yang memusuhinya “Salafy wahabi” agar
senantiasa mencintai para sahabat dan memusuhi orang-orang yang membenci
(bahkan mengkafirkan) para sahabat seperti kaum syi'ah. Jika para sahabat yang
sedemikian mulianya (sebagaimana penjabaran DR Said Aqiel diatas) itu saja
dikafirkan maka bagaimana lagi dengan para pengikut mereka yang jauh dari
kemuliaan para sahabat Nabi radhiallahu 'anhum.
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
"Dan dibawah cahaya al-kitab dan as-sunnah
dan siroh Rasulullah serta amalan para sahabatnya ditimbang amalan-amalan kaum
muslimin dan perkataan mereka. Maka apa yang ada sandarannya dan dalil maka
dihukumi dengan amalan/perkataan yang sah dan benar. "Dan apa yang
menyelisihi al-kitab dan as-sunnah dan tidak ada atsarnya dalam kehidupan para
sahabat maka dihukumi dengan fasad (rusak) dan batil. Dan semua yang keluar
dari manhaj ini maka sungguh telah sesat dan menyesatkan".
Komentar :
Dalam
paragraf ini kembali DR Said Aqiel menekankan akan pentingnya manhaj salaf
yaitu manhaj yang berlandaskan kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah berdasarkan
pemahaman para sahabat. Beliau juga kembali menegaskan bahwa seluruh
perkataan/pendapat dan amal perbuatan manusia harus ditimbang di atas manhaj
salaf ini. Jika ada suatu pemikiran atau amal perbuatan yang tidak diriwayatkan
ada di masa kehidupan para sahabat maka pemikiran dan amal perbuatan tersebut
batil. Ini merupakan seruan yang tegas dari beliau kepada kaum muslimin –terutama
di Indonesia- untuk kembali menimbang amalan-amalan yang sering mereka lakukan.
Apakah amalan-amalan tersebut pernah dilakukan dan diamalkan oleh para
sahabat??, jika tidak pernah maka hal itu adalah batil dan sesat, bahkan
pelakunya sesat dan menyesatkan.
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
"Dan tatkala saya adalah salah seorang
mahasiswa di jurusan Aqidah saya melihat bahwasanya merupakan kewajiban atas
saya untuk mencari-cari/mengikuti dan menyelidiki manhaj-manhaj yang sesat dan
jauh dari al-kitab dan as-sunnah. Dan telah beberapa lama saya menyelidiki
manhaj-manhaj tersebut untuk saya jelaskan penyimpangan dan kesesatannya dan
jauhnya manhaj tersebut dari Islam. Termasuk merupakan perkara yang menyusahkan
dan menggelisahkan aku adalah apa yang aku dapati dari manhaj-manhaj para sufi
ahli filsafat yang mereka telah jauh dari Islam, yaitu tentang pemahaman mereka
tentang hubungan alam dengan penciptanya, dengan pemikiran-pemikiran mereka
yang sesat berupa hulul dan ittihad dan wihdatul wujud (yiatu
hulul/menempatinya Allah ke alam, dan ittihad/menyatunya alam dengan Allah, dan
wihdah/kesatuan alam bersama Allah), yang hal itu melalui metode filsafat
al-fanaa' dan fanaa al-fanaa, dan seluruhnya merupakan pemikiran-pemikiran yang
aneh dan muhdatsah (diada-adakan) serta menyusup di tengah-tengah masyarakat
islami"
Komentar :
Dalam
paragraf ini DR Said Aqiel memaparkan bagaimana semangat beliau untuk bernahi
mungkar. Beliau terpanggil bahkan beliau merasa wajib untuk mengikuti dan
menyelidiki manhaj-manhaj yang sesat. Bahkan sangat menggelisahkan beliau
kesesatan yang terdapat dalam manhaj kaum sufi philosofi, yang kesesatan ini
merupakan perkara muhdats (bid'ah) yang telah menyusup dalam masyarakat islam.
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
"Dan permulaan munculnya pemikiran filsafat
sesat tersebut di akhir-akhir abad kedua hijriah. Lalu berkembang dengan pesat
di tengah abad ketiga hijriah. Dimulai dari Jabir bin Hayyan dan Abu Hasyim dan
Abduk hingga Ibnu 'Arobi sang fhilosofi besar, Al-Ghunushy Al-Khothiir, dan
melewati Dzu An-Nuun Al-Mishriy, Abi Yaziid Al-Busthoomy, Al-Hallaaj,
Al-Junaid, An-Nafary, Al-Gozhaaly, lalu As-Sahrowardi yang terbunuh".
Komentar :
Dalam paragaf ini beliau menjelaskan tentang
tokoh-tokoh sufi filsafat yang memiliki pemahaman sesat wihdatul wujud. Yang
diantara tokoh-tokoh tersebut ada yang digandrungi oleh kaum sufi di Indonesia.
Diantaranya adalah Ibnu 'Arobi dan Al-Ghozali.
Adapun Ibnu 'Arobi maka DR Said Aqiel telah
menjelaskan kesesatannya dalam disertasinya tersebut pada hal 446 hingga hal
450. Beliau menjelaskan tentang pemikiran Ibnu Arobi dalam dua kitabnya yang
berisikan tentang pemikiran wihdatul wujud (bersatunya Allah dengan alam).
Kitab yang pertama adalah kitab Al-Futuhaat Al-Makkiyah, yang dimana Ibnu Arobi
mengaku bahwa apa yang dituliskannya dalam kitab tersebut adalah wahyu dan
didikte oleh Allah. Adapun kitab yang kedua adalah Fushus Al-Hikam maka Ibnu
Arobi mengaku bahwa kitab tersebut datangnya dari Rasulullah. Dalam kitab
Fushus Al-Hikam inilah Ibnu Arobi mengatakan bahwa Fir'aun adalah orang beriman
dan masuk surga !!, hal ini karena tatkala Fir'aun mengatakan :"Aku adalah
Tuham kalian yang maha tinggi" menunjukan bahwa Fir'aun paham bahwasanya
Allah telah bersatu dengan alam, telah bersatu dengan dirinya. Jadi perkataan
Fir'aun tersebut adalah perkataan yang hak dan benar
Adapun Abu Hamid Al-Ghozaali, maka kesesatannya
tentang pemahaman wahdatul Wujud telah dijelaskan oleh DR Said Aqiel Siraj
dalam disertasinya pada hal 168 hingga hal 172. Pemikiran wihdatul wujud
Al-Ghozaali sangat nampak dalam kitabnya Ihyaa Uluumiddiin (yang kitab ini
sangat digandrungi oleh kaum sufi di Indonesia) dan kitabnya Misykaat
al-Anwaar. Adapun bantahan terhadap pemikiran Al-Ghozali ini maka telah ditulis
dengan panjang lebar oleh DR Said Aqiel dalam disertasinya dari hal 199 hingga
hal 221.
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
"Dan merupakan perkara yang diketahui
bahwasanya kaum muslimin di Indonesia menghadapi problematika-problematika
besar baik problematika politik, ekonomi, sosial dan problematika aqidah. Di
hadapan mereka musuh-musuh mereka yang menanti-nanti (*keburukan bagi) kaum
muslimin berupa gerakan kristenisasi, sekuler, bathiniyah, dan sekte-sekte
sesat –Syi'ah, Ahmadiyah, dan Bahaaiyah, lalu Sufiyah"
Komentar :
Pada
paragraf ini DR Said Aqiel menegaskan bahwasanya diantara musuh-musuh kaum
muslimin Indonesia adalah gerakan kristenisasi dan sekuler. Selain itu juga
sekte-sekte yang sesat seperti Syi'ah dan Ahmadiyah qodyaniah. Dan musuh kaum
muslimin Indonesia yang terakhir beliau sebutkan adalah kaum sufi.
Ini merupakan nasehat yang sangat penting dari
beliau akan bahayanya kaum Syi'ah dan kaum Sufi, karena mereka adalah
musuh-musuh yang senantiasa menanti-nanti keburukan kaum muslimin Indonesia.
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
"Dan sufiyah di Indonesia sungguh telah sukses
besar dalam menyebarkan ajaran-ajaran mereka yang sesat -meskipun kebanyakan
mereka tidak beriman dengan aqidah hulul dan ittihad serta wihdatul wujud-. Dan
ajaran sufiah ini senantiasa masih termasuk ajaran yang paling berbahaya yang
tersebar di negeri Indonesia, hal ini disebabkan kejahilan kaum muslimin di
Indonesia terhadap aqidah yang benar"
Komentar :
Pada
paraghraf ini, beliau menyatakan bahwa kaum sufi telah sukses besar dalam
menyebarkan pemahaman dan ajaran-ajaran mereka di Indonesia. Namun timbul
pertanyaan di benak saya, "Siapakah kaum sufi dimaksud oleh beliau??, yang
telah berhasil menyebarkan ajaran mereka ke penjuru Indoesia??", Apakah
maksud beliau gerakan Muhammadiah?, ataukah Persis?, ataukah NU (Nahdatul
Ulama) yang sedang beliau pimpin sekarang ini?, ataukah yang lainnya?. Semoga
beliau bisa menjelaskan hal ini, dan semoga para pembaca juga mungkin bisa
membantu menjelaskan maksud beliau. Terlebih lagi ada tariqah mu'tabar yang
berada di bawah naungan NU, lihat (http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/34341/Warta/Habib_Luthfy__Pengurus_Thoriqoh_jangan_Seperti_Krupuk___.html)
dan
(http://alfiananda.wordpress.com/2010/07/17/thariqah-al-mutabarah-dari-waktu-ke-waktu/,
dan http://alfiananda.wordpress.com/2010/07/23/lambang-jam%E2%80%99iyyah-ahlith-thoriqoh-al-mu%E2%80%99tabarah-an-nahdliyyah/,
serta lihat komentar DR Said Aqiel tentang tasawwuf di
http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/12/34786/Buku/Urgensi_Tasawuf_di_Era_Globalisasi.html)
Dan saya sangat setuju dengan pendapat beliau bahwa
ajaran-ajaran sesat seperti ini tersebar disebabkan karena kejahilan kaum
muslim di Indonesia terhadap akidah yang benar sehingga mudah mereka
terjangkiti ajaran-ajaran sufiah.
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
"Dikarenakan hal ini seluruhnya dan setelah
aku menulis tesisku untuk meraih gelar Master di bidang aqidah tentang bantahan
kepada Kristen maka aku memilih pembahasan desertasiku untuk meraih gelar
Doktor tentang bantahan kepada sufiah, terukhususkan sufiah filsafat, dengan
judul :
"Hubungan Allah dengan alam menurut sufi
filsafat, penelitian dan kritikan"
DR Said Aqiel Siradj, MA berkata :
"Dan telah ditulis banyak pembahasan dan
telah tersebar banyak risalah-risalah ilmiah seputar perkara ini, akan tetapi
saya melihat perkaranya masih butuh untuk ditinjau kembali, dengan tinjauan
islami dengan timbangan/tolak ukurnya yang benar dan analogi yang benar, yaitu
kitabullah dan sunnah Rasulullah, dan ditambah dengan manhaj para ulama salafus
sholeh"
Komentar :
Pada
paragraf ini beliau menegaskan kembali bahwasanya tolak ukur yang benar untuk
digunakan dalam mengukur kebenaran yaitu Al-Qur'an, As-Sunnah dengan manhaj
Salaf.
Setelah itu DR Sa'id Aqiel Siraj menyebutkan
khuttoh bahas disertasinya lalu beliau berkata :
"Adapun sisi kritikan maka saya
memperhatikan manhaj/metode pengkritikan yang ilmiyah yang benar, maka saya
mengkritik pendapat-pendapat mereka (kaum sufi) dan saya menjelaskan kebatilan
pemikiran-pemikiran mereka dengan al-Qur'an dan as-Sunnah, dan dengan dalil
akal yang shahih, dan dengan perkataan para ulama yang sholihin. Dan dalam hal
ini saya berusaha untuk menjauh dari fanatisme/ta'asshub dan sikap tidak
inshoof (tidak adil)"
Komentar:
Pada
paragraf ini DR Said Aqiel Siroj menjelaskan bahwa beliau menjauhi sikap
fanatik dan sikap tidak inshoof (adil) dalam menulis disertasinya. Karenanya
saya sangat berharap para pembaca membaca disertasi yang ditulis beliau ini
yang sarat dengan faedah dan jauh dari sikap fanatik buta tanpa dalil. Bahkan
dalam paragraf ini beliau (DR Said Aqiel) menegaskan bahwa beliau menjelaskan
kebatilan pemikiran sufi falsafi dengan berdasarkan perkataan ulama yang
sholihin. Siapakah yang dimaksud oleh beliau dengan Ulama yang sholihin ini??.
Jika para pembaca menelaah disertasi karya DR Said Aqiel Siroj ini maka para
pembaca akan menemukan bahwasanya perkataan alim ulama yang paling dijadikan
landasan oleh DR Said Aqiel dalam membatilkan pemikiran sufi falsafi adalah
perkataan Ibnu Taimiyyah rahimahullah yang dituduh sebagai dedengkotnya salafy.
Jadi sangat jelas bahwasanya DR Said Aqiel menganggap Ibnu Taimiyyah adalah
sosok alim ulama yang sholih, karenanya DR Said Aqiel menjadikan
perkataan-perkataannya untuk membantah tokoh-tokoh sufi seperti Ibnu Arobi dan
Al-Ghozali.
DR Said Aqiel Siradj berkata :
"Dan tujuanku dalam disertasiku ini adalah
menampilkan dirosah/penelitian yang sungguh-sungguh dan teliti/detail dengan
harapan untuk menampakan dan menjelaskan hakikat/kebenaran, yang selanjutnya
adalah untuk membela kebenaran dan untuk meninggikan kalimat Allah yang tinggi.
Maka aku meminta kepada Allah Azza wa Jalla untuk merealisasikan harapan tujuan
desertasi ini dan agar memberi faedah kepada para pembacanya dan menjadikannya
ikhlash karena mengharapkan wajahNya, dan aku beristighfar kepada Allah atas
seluruh kesalahanku yang ada dalam disertasiku ini, dan aku bersyukur kepadaNya
atas kebenaran yang Allah hidayahkan kepadaku, dan segala puji bagi Allah di
permulaan dan di akhir, dan Dialah cukup bagiku, dan sebaik-baik tempat
bertawakal, dan semoga shalawat dan shalam tercurahkan bagi sayyidinaa Muhammad
dan keluarganya serta para sahabatnya"
Komentar :
Semoga
artikel yang saya paparkan ini membantu mewujudkan terkabulnya harapan DR Said
Aqiel Siroj, sehingga risalah disertasi yang bagus ini bisa dipetik faedahnya
oleh para pembaca sekalian, khususnya kaum muslimin di Indonesia.
Demikianlah muqoddimah yang ditulis oleh DR Said
Aqiel Siraj di muqoddimah disertasi beliau dan sedikit komentar dari saya.
Sungguh muqoddimah yang sarat dengan
penjelasan pokok-pokok usul aqidah Ahlus Sunnah yang dibangun di atas manhaj salaf.
-----------------------------
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-,
14-01-1433 H / 09 Desember 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
Disalin pada 19 Juni 2013
Untuk lebih lengkapnya (teks arabnya), bisa klik
sumbernya langsung, ada komentar dan diskusi juga di sana.