BAB KEDUA
RACUN AQIDAH SYI'AH
Para ulama ahlus sunnah telah sepakat akan
sesatnya sekte syi'ah. Seluruh kitab-kitab yang membicarakan tentang firqoh
sesat memasukan syi'ah –dengan beragam sekte-sektenya – termasuk firqoh yang
sesat dan menyesatkan.
Akan tetapi akhir-akhir ini pemaham sekte syi'ah
mulai semarak di tanah air kita, ditambah lagi dengan dukungan sebagian
tokoh-tokoh Islam dari tanah air. Karenanya perlu untuk menanamkan kepada
masyarakat akan bahayanya racun agama syi'ah.
Berikut ini bukti-bukti kesesatan syi'ah yang diambil dari kitab-kitab
Syi’ah, website-website Syi’ah, dan perkataan para ulama Syi’ah yang telah
dikumpulkan oleh ustadz Abul Jauzaa' (silahkan kunjungi http://abul-jauzaa.blogspot.com/2012/01/syiah-itu-sesat-juragan-sebuah-masukan.html,
dengan sedikit perubahan)
PERTAMA : Orang Syi’ah Raafidlah mengatakan
Al-Qur’an yang ada di tangan kaum muslimin (baca : Ahlus-Sunnah) berbeda dengan
Al-Qur’an versi Ahlul-Bait.
Berkata Muhammad bin Murtadlaa Al-Kaasyi dalam –
seseorang yang dianggap ‘alim dan ahli hadits dari kalangan Syi’ah - :
لم يبق لنا اعتماد على شيء من القرآن. إذ على هذا يحتمل كل آية منه أن يكون محرفاً ومغيراً ويكون على خلاف ما أنزل الله فلم يبق لنا في القرآن حجة أصلا فتنتفي فائدته وفائدة الأمر باتباعه والوصية بالتمسك به
“Tidaklah tersisa bagi kami untuk berpegang suatu
ayat dari Al-Qur’an. Hal ini disebabkan setiap ayat telah terjadi pengubahan
sehingga berlawanan dengan yang diturunkan Allah. Dan tidaklah tersisa dari
Al-Qur’an satu ayatpun sebagai hujjah. Maka tidak ada lagi faedahnya, dan
faedah untuk menyuruh dan berwasiat untuk mengikuti dan berpegang dengannya ….”
[Tafsir Ash-Shaafiy 1/33]
Berkata Muhammad bin Ya’qub Al-Kulainiy – seorang
yang dianggap ahli hadits dari kalangan Syi’ah – (w. 328/329 H) :
عن أبي بصير عن أبي عبد الله عليه السلام قال : وَ إِنَّ عِنْدَنَا لَمُصْحَفَ فَاطِمَةَ ( عليها السلام ) وَ مَا يُدْرِيهِمْ مَا مُصْحَفُ فَاطِمَةَ ( عليها السلام ) قَالَ قُلْتُ وَ مَا مُصْحَفُ فَاطِمَةَ ( عليها السلام ) قَالَ مُصْحَفٌ فِيهِ مِثْلُ قُرْآنِكُمْ هَذَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَ اللَّهِ مَا فِيهِ مِنْ قُرْآنِكُمْ حَرْفٌ وَاحِدٌ قَالَ قُلْتُ هَذَا وَ اللَّهِ الْعِلْمُ
Dari Abu Bashiir, dari Abu ‘Abdillah
‘alaihis-salaam ia berkata : “Sesungguhnya pada kami terdapat Mushhaf Faathimah
‘alaihas-salaam. Dan tidaklah mereka mengetahui apa itu Mushhaf Faathimah”. Aku
berkata : “Apakah itu Mushhaf Faathimah ?”. Abu ‘Abdillah menjawab : “Mushhaf
Faathimah itu, di dalamnya tiga kali lebih besar daripada Al-Qur’an kalian.
Demi Allah, tidaklah ada di dalamnya satu huruf pun dari Al-Qur’an kalian”. Aku
berkata : “Demi Allah, ini adalah ilmu” [Al-Kaafiy, 1/239].
عَنْ هِشَامِ بْنِ سَالِمٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ إِنَّ الْقُرْآنَ الَّذِي جَاءَ بِهِ جَبْرَئِيلُ ( عليه السلام ) إِلَى مُحَمَّدٍ ( صلى الله عليه وآله ) سَبْعَةَ عَشَرَ أَلْفَ آيَةٍ
Dari Hisyam bin Saalim, dari Abu ‘Abdillah
‘alaihis-salaam ia berkata : “Sesungguhnya Al-Qur’an yang diturunkan melalui
perantaraan Jibril ‘alaihis-salaam kepada Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa
aalihi terdiri dari 17.000 (tujuh belas ribu) ayat” [Al-Kaafiy, 2/634].
Berkata Muhammad Baaqir Taqiy bin Maqshuud
Al-Majlisiy (w. 1111 H) – seorang yang dianggap imam dan ahli hadits di masanya
– ketika mengomentari hadits di atas :
موثق، وفي بعض النسخ عن هشام بن سالم موضع هارون ابن سالم، فالخبر صحيح ولا يخفى أن هذا الخبر وكثير من الأخبار في هذا الباب متواترة معنى، وطرح جميعها يوجب رفع الاعتماد عن الأخبار رأسا، بل ظني أن الأخبار في هذا الباب لا يقصر عن أخبار الامامة فكيف يثبتونها بالخبر ؟
”Shahih. Dalam sebagian naskah tertulis : ”dari
Hisyaam bin Saalim” pada tempat rawi yang bernama Haaruun bin Saalim. Maka
khabar/riwayat ini shahih dan tidak tersembunyi lagi bahwasanya riwayat ini dan
banyak lagi yang lainnya dalam bab ini telah mencapai derajat mutawatir secara
makna. Menolak keseluruhan riwayat ini (yang berbicara tentang perubahan
Al-Qur’an) berkonsekuensi menolak semua riwayat (yang berasal dari Ahlul-Bait).
Aku kira, riwayat-riwayat dalam bab ini tidaklah lebih sedikit dibandingkan
riwayat-riwayat tentang imamah. Nah, bagaimana masalah imamah itu bisa
ditetapkan melalui riwayat ? [Mir-aatul-‘Uquul fii Syarhi Akhbaari Aalir-Rasuul
12/525].
Kemudian,…. inilah hal yang membuktikan validitas
keyakinan Syi’ah dalam hal ini :
Dr. Al-Qazwiniy, salah seorang ulama kontemporer
Syi’ah yang cukup terkenal, mengatakan bahwa firman Allah ta’ala :
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh,
keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka
masing-masing)” [QS. Aali 'Imraan : 33].
Menurutnya, yang benar adalah :
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ وَآلَ مُحَمَّدٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh,
keluarga Ibrahim, keluarga Imran, dan keluarga Muhammad melebihi segala umat
(di masa mereka masing-masing)”.
Tambahan kalimat yang digarisbawahi diatas
dihilangkan oleh para shahabat radliyallaahu ‘anhum – (dan ini adalah kedustaan
yang sangat nyata !!)
Silahkan para pembaca melihat langsung
perkataannya di
(http://www.youtube.com/watch?v=ovfz3xnsjJ0&feature=player_embedded)
Mau dikemanakan firman Allah ta’ala :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an,
dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” [QS. Al-Hijr : 9] ?.
KEDUA : Orang Syi’ah Raafidlah telah mengkafirkan
para shahabat, terutama sekali Abu Bakr Ash-Shiddiiq dan ‘Umar bin Al-Khaththaab
radliyallaahu ‘anhumaa.
Orang Syi’ah telah mendoakan laknat atas Abu Bakr
dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa – yang naasnya, doa itu dinisbatkan secara
dusta kepada ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu[7] – sebagai berikut :
اللهم صل على محمد، وآل محمد، اللهم العن صنمي قريش، وجبتيهما، وطاغوتيهما، وإفكيهما، وابنتيهما، اللذين خالفا أمرك، وأنكروا وحيك، وجحدوا إنعامك، وعصيا رسولك، وقلبا دينك، وحرّفا كتابك.....
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad
dan keluarga Muhammad. Ya Allah, laknat bagi dua berhala Quraisy (Abu Bakr dan
‘Umar – pen), Jibt dan Thaghut, kawan-kawan, serta putra-putri mereka berdua.
Mereka berdua telah membangkang perintah-Mu, mengingkari wahyu-Mu, menolak
kenikmatan-Mu, mendurhakai Rasul-Mu, menjungkir-balikkan agama-Mu, merubah
kitab-Mu…..dst.” (Berikut referensi Syi’ah yang memuat riwayat dusta ini :
http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-aqaed/sh-ehqaq-01/12.htm).
Saksikan video berikut
(http://www.youtube.com/watch?v=DAVSplUX3hw&feature=player_embedded) ,
bagaimana ulama Syi’ah (Yasir al-Habiib) melaknat Abu Bakr, ‘Umar, dan para
shahabat lain radliyallaahu ‘anhum dalam shalatnya :
Dan mari kita lihat sumber ajaran Syi’ah dalam
kitab mereka yang mengkafirkan para shahabat :
عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ ( عليه السلام ) قَالَ كَانَ النَّاسُ أَهْلَ رِدَّةٍ بَعْدَ النَّبِيِّ ( صلى الله عليه وآله ) إِلَّا ثَلَاثَةً فَقُلْتُ وَ مَنِ الثَّلَاثَةُ فَقَالَ الْمِقْدَادُ بْنُ الْأَسْوَدِ وَ أَبُو ذَرٍّ الْغِفَارِيُّ وَ سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ رَحْمَةُ اللَّهِ وَ بَرَكَاتُهُ عَلَيْهِمْ
Dari Abu Ja’far ‘alaihis-salaam, ia berkata :
“Orang-orang (yaitu para shahabat - Abul-Jauzaa’) menjadi murtad sepeninggal
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi kecuali tiga orang”. Aku (perawi) berkata :
“Siapakah tiga orang tersebut ?”. Abu Ja’far menjawab : “Al-Miqdaad, Abu Dzarr
Al-Ghiffaariy, dan Salmaan Al-Faarisiy rahimahullah wa barakaatuhu ‘alaihim...”
[Al-Kaafiy, 8/245; Al-Majlisiy berkata : “hasan atau muwatstsaq”].
عَنْ أَبِي عبد الله عليه السلام قال: .......والله هلكوا إلا ثلاثة نفر: سلمان الفارسي، وأبو ذر، والمقداد ولحقهم عمار، وأبو ساسان الانصاري، وحذيفة، وأبو عمرة فصاروا سبعة
Dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam, ia berkata :
“…….Demi Allah, mereka (para shahabat) telah binasa kecuali tiga orang : Salmaan
Al-Faarisiy, Abu Dzarr, dan Al-Miqdaad. Dan kemudian menyusul mereka ‘Ammaar,
Abu Saasaan, Hudzaifah, dan Abu ‘Amarah sehingga jumlah mereka menjadi tujuh
orang” [Al-Ikhtishaash oleh Al-Mufiid, hal. 5; lihat :
http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-hadis/ekhtesas/a1.html].
عَنْ أَبِي بَصِيرٍ عَنْ أَحَدِهِمَا عليهما السلامقَالَ إِنَّ أَهْلَ مَكَّةَ لَيَكْفُرُونَ بِاللَّهِ جَهْرَةً وَ إِنَّ أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَخْبَثُ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ أَخْبَثُ مِنْهُمْ سَبْعِينَ ضِعْفاً .
Dari Abu Bashiir, dari salah seorang dari dua
imam ‘alaihimas-salaam, ia berkata : “Sesungguhnya penduduk Makkah kafir kepada
Allah secara terang-terangan. Dan penduduk Madinah lebih busuk/jelek daripada
penduduk Makkah 70 kali” [Al-Kaafiy, 2/410; Al-Majlisiy berkata : Muwatstsaq].
Riwayat yang semacam ini banyak tersebar di
kitab-kitab Syi’ah.
Dimanakah posisi firman Allah ta’ala :
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan
mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang besar” [QS. At-Taubah : 100].
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang
yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari
karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka
dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas
pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” [QS. Al-Fath : 29] ?.
KETIGA : Orang Syi’ah Raafidlah tidak menggunakan
riwayat Ahlus-Sunnah.
Atau dengan kata lain, Syi’ah tidak menggunakan
hadits-hadits Ahlus-Sunnah – yang merupakan referensi kedua setelah Al-Qur’an –
dalam membangun agama mereka. Ini merupakan konsekuensi yang timbul dari point
kedua karena mereka mengkafirkan para shahabat yang menjadi periwayat
as-sunnah/al-hadits. Ini adalah satu kenyataan yang tidak akan ditolak kecuali
mereka yang bodoh terhadap agama Syi’ah dengan kebodohan yang teramat sangat,
atau mereka yang sedang menjalankan strategi taqiyyah. Adakah mereka (Syi’ah)
akan mengambil riwayat dari orang yang telah murtad dari agamanya ?.
Syi’ah mempunyai sumber-sumber hadits tersendiri
seperti Al-Kaafiy, Man Laa yahdluruhl-Faqiih, Tahdziibul-Ahkaam, Al-Istibshaar,
dan yang lainnya.
Jika mereka mengambil referensi Ahlus-Sunnah,
maka itu hanyalah mereka lakukan ketika berbicara kepada Ahlus-Sunnah, dan
mereka ambil yang kira-kira dapat mendukung ‘aqidah mereka dan/atau
menghembuskan syubhat-syubhat kepada Ahlus-Sunnah.
Dimanakah posisi sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam :
أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبد حبشي فإنه من يعش منكم يرى اختلافا كثيرا وإياكم ومحدثات الأمور فإنها ضلالة فمن أدرك ذلك منكم فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ
“Aku nasihatkan kepada kalian untuk bertaqwa
kepada Allah, mendengar dan taat walaupun (yang memerintah kalian) seorang
budak Habsyiy. Orang yang hidup di antara kalian (sepeninggalku nanti) akan
menjumpai banyak perselisihan. Waspadailah hal-hal yang baru, karena semua itu
adalah kesesatan. Barangsiapa yang menjumpainya, maka wajib bagi kalian untuk
berpegang teguh kepada Sunnahku dan sunnah Al-Khulafaa’ Ar-Raasyidiin yang
mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia erat-erat dengan gigi geraham” [Diriwayatkan
oleh Ahmad 4/126-127, Abu Daawud no. 4607, dan yang lainnya; shahih] ?.
KEEMPAT : Orang Syi’ah telah berbuat ghulluw kepada
imam-imam mereka, dan bahkan sampai pada taraf ‘menuhankan’ mereka.
Al-Kulainiy membuat bab dalam kitab Al-Kaafiy :
بَابُ أَنَّ الْأَئِمَّةَ ( عليهم السلام ) إِذَا شَاءُوا أَنْ يَعْلَمُوا عُلِّمُوا
“Bab : Bahwasannya para imam (‘alaihis-salaam)
apabila ingin mengetahui, maka mereka akan diberi tahu”.
Di sini ada 3 hadits/riwayat. Saya sebutkan satu
di antaranya :
أَبُو عَلِيٍّ الْأَشْعَرِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْجَبَّارِ عَنْ صَفْوَانَ عَنِ ابْنِ مُسْكَانَ عَنْ بَدْرِ بْنِ الْوَلِيدِ عَنْ أَبِي الرَّبِيعِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ إِنَّ الْإِمَامَ إِذَا شَاءَ أَنْ يَعْلَمَ أُعْلِمَ .
Abu ‘Aliy Al-Asy’ariy, dari Muhammad bin
‘Abdil-Jabbaar, dari Shafwaan, dari Ibnu Muskaan, dari Badr bin Al-Waliid, dari
Abur-Rabii’, dari Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam), ia berkata : “Sesungguhnya
seorang imam jika ia ingin mengetahui, maka ia akan diberi tahu” [Al-Kaafiy,
1/258].
Inilah riwayat dusta yang disandarkan kepada
ahlul-bait – dan ahlul-bait berlepas diri dari riwayat dusta tersebut.
Bab yang lain dalam kitab Al-Kaafiy :
بَابُ أَنَّ الْأَئِمَّةَ ( عليهم السلام ) يَعْلَمُونَ عِلْمَ مَا كَانَ وَ مَا يَكُونُ وَ أَنَّهُ لَا يَخْفَى عَلَيْهِمُ الشَّيْءُ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ
“Bab : Bahwasannya para imam (‘alaihis-salaam)
mengetahui ilmu yang telah terjadi maupun yang sedang terjadi. Tidak ada
sesuatu pun yang luput dari mereka shalawatullah ‘alaihim”.
Di situ ada 6 buah hadits/riwayat, yang salah
satunya adalah sebagai berikut :
أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ وَ مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحُسَيْنِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ إِسْحَاقَ الْأَحْمَرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَمَّادٍ عَنْ سَيْفٍ التَّمَّارِ قَالَ كُنَّا مَعَ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام )...... فَقَالَ وَ رَبِّ الْكَعْبَةِ وَ رَبِّ الْبَنِيَّةِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَوْ كُنْتُ بَيْنَ مُوسَى وَ الْخَضِرِ لَأَخْبَرْتُهُمَا أَنِّي أَعْلَمُ مِنْهُمَا وَ لَأَنْبَأْتُهُمَا بِمَا لَيْسَ فِي أَيْدِيهِمَا لِأَنَّ مُوسَى وَ الْخَضِرَ ( عليه السلام ) أُعْطِيَا عِلْمَ مَا كَانَ وَ لَمْ يُعْطَيَا عِلْمَ مَا يَكُونُ وَ مَا هُوَ كَائِنٌ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ وَ قَدْ وَرِثْنَاهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) وِرَاثَةً
Ahmad bin Muhammad dan Muhammad bin Yahyaa, dari
Muhammad bin Al-Husain, dari Ibraahiim bin Ishaaq Al-Ahmar, dari ‘Abdullah bin
Hammaad, dari Saif At-Tammaar, ia berkata : Kami pernah bersama Abu Ja’far
(‘alaihis-salaam), …..kemudian ia berkata : “Demi Rabb Ka’bah dan Rabb Baniyyah
– tiga kali - . Seandainya aku berada di antara Musa dan Khidlir, akan aku
khabarkan kepada mereka berdua bahwasannya aku lebih mengetahui daripada mereka
berdua. Dan akan aku beritahukan kepada mereka berdua apa-apa yang tidak ada
pada diri mereka. Karena Musa dan Khidlir (‘alaihis-salaam) diberikan ilmu apa
yang telah terjadi, namun tidak diberikan ilmu yang sedang terjadi dan akan
terjadi hingga tegak hari kiamat. Dan sungguh kami telah mewarisinya dari
Rasulullah (shallallaahu ‘alaihi wa aalihi)[9] dengan satu warisan” [Al-Kaafiy,
1/260-261].
Dr. Al-Qazwiiniy dalam ceramahnya
(http://www.youtube.com/watch?v=BxuHVIZ0rvA&feature=player_embedded), pada
menit 0:44 – 0:53 mengatakan : “Allah ta’ala Maha Mengetahui segala isi hati.
Dan imam dalam riwayat ini juga mengetahui segala isi hati. Ilmu imam berasal
dari Allah….. [selesai]. Bahkan ia menyatakan bahwa Jibril dan Mikail saja
tidak mengetahui apa yang ada dihati. Ia juga mengatakan bahwa ilmu para imam
meliputi langit dan bumi, sama dengan ilmu Allah hanya saja beda 1 derajat
lebih rendah.
Dimanakah posisi firman Allah ta’ala :
قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ
“Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa
perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan
tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak
mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku" [QS. Al-An’aam : 50] ?.
Dan kalaupun Allah memberikan sebagian khabar
ghaib – baik yang telah lalu maupun yang kemudian – kepada para hamba-Nya dari
kalangan manusia, maka itu Allah ta’ala berikan kepada para Nabi dan Rasul-Nya
:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan
kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang
dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah
dan rasul-rasul-Nya” [QS. Ali ‘Imraan : 179].
Tidak ada dalam ayat di atas kata ‘imam’, akan
tetapi menyebut kata ‘rasul’ Orang Syi’ah mengatakan bahwa imam lebih tinggi
kedudukannya dari para Nabi (selain Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa
sallam).
Ayatullah Al-‘Udhmaa (baca : Ayatusy-Syi’ah)
Ar-Ruuhaaniy – semoga Allah mengembalikannya kepada kebenaran – pernah ditanya
sebagai berikut :
هل تعتقدون أن علياً كرم الله وجهه أفضل من الأنبياء؟
“Apakah engkau meyakini bahwasannya ‘Aliy
karamallaahu wajhah lebih utama daripada para Nabi ?”.
Ia (Ar-Ruuhaaniy) menjawab :
هذا من الأمور القطعية الواضحة
“Ini termasuk perkara-perkara yang pasti lagi
jelas (yaitu ‘Aliy lebih utama daripada para Nabi)” [selesai – sumber :
http://www.alrad.net/hiwar/olama/rohani/r16.htm].[11]
Bahkan seandainya seluruh Nabi berkumpul, niscaya
mereka tidak akan mampu berkhutbah menandingi khutbah ‘Aliy radliyallaahu
‘anhu. Ini dikatakan oleh salah seorang ulama Syi’ah yang sangat kesohor :
As-Sayyid Kamaal Al-Haidariy (lihat : http://www.youtube.com/watch?v=Rhyc343o_ZI&feature=player_embedded)
Dasar riwayatnya (bahwa ‘Aliy lebih utama
dibandingkan para Nabi, selain Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam)
tertulis di video ini
(http://www.youtube.com/watch?v=062TvOdtfQI&feature=player_embedded)
Bukankah ini merupakan penghinaan terhadap para
Nabi dan para rasul ?. Dimanakah posisi firman Allah ta’ala :
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas
sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung
dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat” [QS.
Al-Baqarah : 253] ?.
[Pelampauan keutamaan sebagian Rasul (termasuk
Nabi) hanya dilakukan oleh sebagian (Rasul) yang lain. Allah tidak mengatakan
bahwa pelampauan itu dilakukan oleh orang yang bukan Nabi atau Rasul].
KELIMA : Orang Syi’ah – dalam hal ini diwakili
oleh Ayatusy-Syi’ah Khomainiy – mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam telah menyembunyikan sebagian risalah dan gagal membina umat.
Khomainiy – semoga Allah memberikan balasan
setimpal kepadanya - berkata :
وواضح أنَّ النبي لو كان بلغ بأمر الإمامة طبقاً لما أمر به الله، وبذل المساعي في هذه المجال، لما نشبت في البلدان الإسلامية كل هذه الإختلافات....
“Dan telah jelas bahwasannya Nabi jika ia
menyampaikan perkara imaamah sebagaimana yang Allah perintahkan (padanya) dan
mencurahkan segenap kemampuannya dalam permasalahan ini, niscaya perselisihan
yang terjadi di berbagai negeri Islam tidak akan berkobar…..” [Kasyful-Asraar,
hal. 155].
لقد جاء الأنبياء جميعاً من أجل إرساء قواعد العدالة في العالم؛ لكنَّهم لم ينجحوا حتَّى النبي محمد خاتم الأنبياء، الذي جاء لإصلاح البشرية وتنفيذ العدالة وتربية البشر، لم ينجح في ذلك....
“Sungguh semua Nabi telah datang untuk
menancapkan keadilan di dunia, akan tetapi mereka tidak berhasil. Bahkan
termasuk Nabi Muhammad, penutup para Nabi, dimana beliau datang untuk
memperbaiki umat manusia, menginginkan keadilan, dan mendidik manusa – tidak
berhasil dalam hal itu….” [Nahju Khomainiy, hal 46].
Dan silahkan lihat celaan al-Khumaini kepada Nabi
di (http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/02/hinaan-al-khomainiy-terhadap-rasulullah.html)
KEENAM : Orang Syi’ah mengkafirkan Ahlus-Sunnah.
Jika mereka mengkafirkan para sahabat
radliyallaahu ‘anhum, maka jangan heran jika mereka juga mengkafirkan
orang-orang yang berkesesuaian pemahaman dengan para sahabat radliyallaahu
‘anhum, yaitu Ahlus-Sunnah. Berikut perkataan para ulama Syi’ah dalam hal ini :
Al-Mufiid berkata :
اتّفقت الإماميّة على أنّ من أنكر إمامة أحد من الأئمّة وجحد ما أوجبه الله تعالى له من فرض الطّاعة فهو كافر ضالّ مُستحقّ للخلود في النّار
“Madzhab Imaamiyyah telah bersepakat bahwasannya
siapa saja yang mengingkari imaamah salah seorang di antara para imam, dan
mengingkari apa yang telah Allah ta’ala wajibkan padanya tentang kewajiban
taat, maka ia kafir lagi sesat berhak atas kekekalan di neraka”
[Awaailul-Maqaalaat, hal 44 – sumber :
http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-aqaed/avael-maqalat/a01.htm].
Orang yang mengingkari keimamahan versi mereka
tentu saja adalah Ahlus-Sunnah.
Yuusuf Al-Bahraaniy berkata :
إن إطلاق المسلم على الناصب وأنه لا يجوز أخذ ماله من حيث الإسلام خلاف ما عليه الطائفة المحقة سلفا وخلفا من الحكم بكفر الناصب ونجاسته وجواز أخذ ماله بل قتله
“Sesungguhnya pemutlakan muslim terhadap Naashib
(baca : Ahlus-Sunnah) bahwasannya tidak diperbolehkan mengambil hartanya dengan
sebab Islam (telah melarangnya), maka itu telah menyelisihi apa yang dipahami
oleh kelompok yang benar (baca : Syi’ah Raafidlah) baik dulu maupun sekarang
(salaf dan khalaf) tentang hukum kafirnya Naashib, kenajisannya, dan
diperbolehkannya mengambil hartanya, bahkan membunuhnya”
[Al-Hadaaiqun-Naadlirah, 12/323-324 – sumber : shjaffar.jeeran.com].
Berikut rekaman suara Yasiir Habiib yang
mengkafirkan Ahlus-Sunnah yang ia sebut sebagai Nawaashib atau golongan ‘awwaam
(silahkan disimak di
http://www.youtube.com/watch?v=oYaAhcIE62Y&feature=player_embedded)
Sebagai penguat ternyata syi'ah mengkafirkan seluruh
yang mendahulukan Abu Bakar dan Umar atas Ali bin Abi Tholib, silakan
baca/lihat
(http://www.youtube.com/watch?v=6mFTDp7-PDg&feature=player_embedded) :
KETUJUH : Shalat Syi’ah sangat berbeda dengan
shalat Ahlus-Sunnah.
Langsung saja para pembaca buka halaman
(http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/08/fiqh-syiah-5-kaifiyyah-shalat.html).
Adzannya pun lain, karena selain syahadatain,
mereka menambahkan syahadat ketiga, silahkan baca di
(http://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/06/syahadat-ketiga-salah-satu-produk.html),
dan dengarkan adzan mereka di
(http://www.youtube.com/watch?v=gP2lEd7V9SI&feature=player_embedded)
Masih banyak sebenarnya kesesatan Syi’ah selain
di atas.
MUI telah menetapkan kriteria sesat tidaknya satu
kelompok atau pemahaman sebagai berikut :
Perkataan ulama Ahlus-Sunnah, bagaimana pandangan
mereka tentang kelompok Syi’ah Raafidlah.
1.
‘Alqamah bin Qais An-Nakha’iy rahimahullah (kibaarut-taabi’iin, w. 62
H).
عَنْ عَلْقَمَةَ، قَالَ: " لَقَدْ غَلَتْ هَذِهِ الشِّيعَةُ فِي عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَمَا غَلَتِ النَّصَارَى فِي عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ "
Dari ‘Alqamah, ia berkata : “Sungguh Syi’ah ini
telah berlebih-lebihan terhadap ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu sebagaimana
berlebih-lebihannya Nashara terhadap ‘Iisaa bin Maryam” [Diriwayatkan ‘Abdullah
bin Ahmad bin Hanbal dalam As-Sunnah no. 1115 dan Al-Harbiy dalam
Ghariibul-Hadiits 2/581; shahih].
2.
Az-Zuhriy rahimahullah.
مَا رَأَيْتُ قَوْمًا أَشْبَهَ بِالنَّصَارَى مِنَ السَّبَائِيَّةِ "، قَالَ أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ: هُمُ الرَّافِضَةُ
“Aku tidak pernah melihat satu kaum yang lebih
menyerupai Nashara daripada kelompok Sabaa’iyyah”. Ahmad bin Yuunus berkata :
“Mereka itu adalah Raafidlah” [Diriwayatkan oleh Al-Aajurriy dalam
Asy-Syaari’ah, 3/567 no. 2083; shahih].
3. Imam
Maalik bin Anas rahimahullah. Abu Bakar Al-Marwadzi berkata
سَأَلْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ: عَنْ مَنْ يَشْتِمُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعَائِشَةَ؟ قَالَ: مَا أُرَآهُ عَلَى الإِسْلامِ، قَالَ: وَسَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: قَالَ مَالِكٌ: الَّذِي يَشْتِمُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ لَهُ سَهْمٌ، أَوْ قَالَ: نَصِيبٌ فِي الإِسْلامِ
Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah tentang orang
yang mencaci-maki Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aaisyah ?. Maka ia menjawab : “Aku
tidak berpendapat ia di atas agama Islam”. Al-Marwadziy berkata : Dan aku juga
mendengar Abu ‘Abdillah berkata : Telah berkata Maalik (bin Anas) : “Orang yang
mencaci-maki para shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka ia tidak
mempunyai bagian (dalam Islam)” – atau ia berkata : “bagian dalam Islam”
[Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 783; shahih sampai Ahmad bin
Hanbal].
4.
Imam Asy-Syaafi’iy rahimahullah.
Harmalah bin Yahya berkata :
سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ، يَقُولُ: لَمْ أَرَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ الأَهْوَاءِ، أَشْهَدُ بِالزُّورِ مِنَ الرَّافِضَةِ
Aku mendengar Asy-Syaafi’iy berkata : “Aku tidak
pernah melihat seorang pun dari pengikut hawa nafsu yang aku saksikan
kedustaannya daripada Raafidlah” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Haatim dalam
Aadaabusy-Syaafi’iy, hal. 144; hasan]
عن البويطي يقول: سألت الشافعي: أصلي خلف الرافضي ؟ قال: لا تصل خلف الرافضي، ولا القدري، ولا المرجئ....
Dari Al-Buwaithiy ia berkata : “Aku bertanya
kepada Asy-Syafi’iy : ‘Apakah aku boleh shalat di belakang seorang Rafidliy ?”.
Beliau menjawab : “Janganlah engkau shalat di belakang seorang Raafidliy,
Qadariy, dan Murji’” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 10/31].
5.
Ahmad bin Hanbal rahimahullah. ‘Abdul-Malik bin ‘Abdil-Hamiid ia berkata
:
سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: " مَنْ شَتَمَ أَخَافُ عَلَيْهِ الْكُفْرَ مِثْلَ الرَّوَافِضِ، ثُمَّ قَالَ: مَنْ شَتَمَ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا نَأْمَنُ أَنْ يَكُونَ قَدْ مَرَقَ عَنِ الدِّينِ "
Aku mendengar Abu ‘Abdillah berkata :
“Barangsiapa yang mencaci-maki, aku khawatir ia akan tertimpa kekafiran seperti
Raafidlah”. Kemudian ia melanjutkan : “Barangsiapa yang mencaci-maki para
shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka kami tidak percaya ia aman
dari bahaya kemurtadan” [Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 784;
shahih].
Yusuf bin Muusa berkata
أَنَّ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ سُئِلَ، وَأَخْبَرَنِي عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الصَّمَدِ، قَالَ: " سَأَلْتُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ، عَنْ جَارٍ لَنَا رَافِضِيٍّ يُسَلِّمُ عَلَيَّ، أَرُدُّ عَلَيْهِ؟ قَالَ: لا "
Bahwasanya Abu ‘Abdillah pernah ditanya. Dan
telah mengkhabarkan kepadaku ‘Aliy bin ‘Abdish-Shamad, ia berkata : Aku pernah
bertanya kepada Ahmad bin Hanbal tentang tetanggaku Raafidliy yang mengucapkan
salam kepadaku, apakah perlu aku jawab ?”. Ia menjawab : “Tidak” [Diriwayatkan
oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 787; hasan].
6.
Al-Bukhaariy rahimahullah berkata :
مَا أُبَالِي صَلَّيْتُ خَلْفَ الْجَهْمِيِّ، وَالرَّافِضِيِّ أَمْ صَلَّيْتُ خَلْفَ الْيَهُودِ، وَالنَّصَارَى، وَلا يُسَلَّمُ عَلَيْهِمْ، وَلا يُعَادُونَ، وَلا يُنَاكَحُونَ، وَلا يَشْهَدُونَ، وَلا تُؤْكَلُ ذَبَائِحُهُمْ
“Sama saja bagiku shalat di belakang Jahmiy dan
Raafidliy, atau aku shalat di belakang Yahudi dan Nashrani. Jangan memberikan
salam kepada mereka, jangan dijenguk (apabila mereka sakit), jangan dinikahi,
jangan disaksikan (jenazah mereka), dan jangan dimakan sembelihan mereka”
[Khalqu Af’aalil-‘Ibaad, 1/39-40].
7.
Al-Qaadliy ‘Iyaadl rahimahullahu berkata :
وَكَذَلِك نقطع بتكفير غلاة الرافضة فِي قولهم إنّ الْأَئِمَّة أفضل مِن الْأَنْبِيَاء
“Dan begitu pula kami memastikan kafirnya ghullat
(ekstrim) Raafidlah tentang perkataan mereka bahwasannya para imam lebih utama
dari para Nabi” [Asy-Syifaa bi-Ahwaalil-Mushthafaa, 2/174].
8. Ibnu
Hazm Al-Andaaluusiy rahimahullah berkata :
وأما قولهم ( يعني النصارى ) في دعوى الروافض تبديل القرآن فإن الروافض ليسوا من المسلمين ، إنما هي فرقة حدث أولها بعد موت رسول الله صلى الله عليه وسلم بخمس وعشرين سنة .. وهي طائفة تجري مجرى اليهود والنصارى في الكذب والكفر
“Adapun perkataan mereka (yaitu Nasharaa) atas
klaim Raafidlah tentang perubahan Al-Qur’an (maka ini tidak teranggap), karena
Raafidlah bukan termasuk kaum muslimin. Ia hanyalah kelompok yang muncul
pertama kali 25 tahun setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam.... Raafidlah adalah kelompok berjalan mengikuti jalan orang Yahudi dan
Nashara dalam dusta dan kekufuran” [Al-Fishal fil-Milal wan-Nihal, 2/213].
9. Dan
lain-lain.
Syi’ah Raafidlah sering menggunakan dalih
mencintai Ahlul-Bait untuk menutupi hakekat busuk ‘aqidah mereka, dan untuk
menipu umat. Kecintaan mereka itu palsu. Kecintaan yang tidak diridlai oleh
Ahlul-Bait sendiri. Ahlul-Bait berlepas diri dari mereka, dan mereka pun berlepas
diri dari Ahlul-Bait.
عَنْ عَلِيَّ بْنَ حُسَيْنٍ، وَكَانَ أَفْضَلَ هَاشِمِيٍّ أَدْرَكْتُهُ، يَقُولُ: " يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَحِبُّونَا حُبَّ الإِسْلامِ، فَمَا بَرِحَ بِنَا حُبُّكُمْ حَتَّى صَارَ عَلَيْنَا عَارًا "
Dari ‘Aliy bin Al-Husain – dan ia adalah
seutama-utama keturunan Bani Haasyim yang aku (perawi) temui – berkata : “Wahai
sekalian manusia, cintailah kami dengan kecintaan Islam. Kecintaan kalian
kepada kami senantiasa ada hingga kemudian malah menjadi aib bagi kami”
[Ath-Thabaqaat, 5/110; shahih].
عَنْ فُضَيْل بْنُ مَرْزُوقٍ، قَالَ: سَمِعْتُ إِبْرَاهِيمَ بْنَ الْحَسَنِ بْنِ الْحَسَنِ، أَخَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَسَنِ يَقُولُ: " قَدْ وَاللَّهِ مَرَقَتْ عَلَيْنَا الرَّافِضَةُ كَمَا مَرَقَتِ الْحَرُورِيَّةُ عَلَى عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ "
Dari Fudlail bin Marzuuq, ia berkata : Aku
mendengar Ibraahiim bin Al-Hasan bin Al-Hasan, saudara ‘Abdullah bin Al-Hasan,
berkata : “Sungguh, demi Allah, Raafidlah telah keluar (ketaatan) terhadap kami
(Ahlul-Bait) sebagaimana Al-Haruuriyyah telah keluar (ketaatan) terhadap ‘Aliy
bin Abi Thaalib” [Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy dalam Fadlaailush-Shahaabah
no. 36; hasan].
Ibraahiim bin Al-Hasan bin Al-Hasan adalah
anggota Ahlul-Bait dari jalur Al-Hasan bin ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu
‘anhu. Ibnu Hibbaan berkata : “Ia termasuk di antara pemimpin penduduk
Madiinah, dan Ahlul-Bait yang mulia/agung” [Masyaahir ‘Ulamaa Al-Amshaar, hal.
155 no. 995].
Ya, kecintaan Syi’ah terhadap Ahlul-Bait telah
menjadi ‘aib bagi kemuliaan Ahlul-Bait. Mereka telah melakukan banyak kedustaan
atas nama Ahlul-Bait untuk merusak ‘aqidah Islam dari dalam.
Wallaahul-musta’aan.
bersambung…
Diterbitkan pada 18 September 2012
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
Disalin pada 21 Juni 2013
Untuk lebih lengkapnya (teks arabnya), bisa klik
sumbernya langsung, ada komentar dan diskusi juga di sana.