Idahram membawakan beberapa hadits yang –menurut
persangkaannya- menunjukkan bahwa khawarij munculnya dari Najd yang ada di
timur kota Madinah, yaitu daerah tempat munculnya Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab, yang ini menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh Nabi dengan kaum khawarij
adalah kaum Salafi Wahabi.
Diantara hadits-hadits yang menunjukkan bahwa
Najd adalah tempat munculnya fitnah adalah:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Nabi pernah
bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah kepada kami pada Syaam kami dan Yamaan
kami”. Para shahabat : “Dan juga Najd kami ?”. Beliau bersabda : “Di sana
muncul bencana dan fitnah. Dan di sanalah akan muncul tanduk setan”.
(Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1037. Diriwayatkan juga pada no. 7094 dan
Muslim no. 2095)
Dalam riwayat yang lain dari Ibnu ‘Umar :
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ مُسْتَقْبِلَ الْمَشْرِقِ يَقُوْلُ "أَلآ إِنَّ الْفِتْنَةَ هَهُنَا. أَلآ إِنَّ الْفِتْنَةَ هَهُنَا، مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ".
Bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam - dimana beliau waktu itu menghadap ke timur -, beliau
bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya fitnah datang dari sini, ketahuilah
sesungguhnya fitnah datang dari sini, dari arah munculnya tanduk setan” (HR
Muslim no 2095)
Dalam lafadh lain:
فَقَالَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ "الْفِتْنَةُ هَهُنَا مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ" قالها مرتين أو ثلاثا.
"Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda dengan berisyarat dengan tangannya ke arah timur : “Fitnah itu dari
sini, dari arah munculnya tanduk setan”. Beliau mengatakannya dua atau tiga
kali" (HR Muslim 2905)
Dalam riwayat yang lain : يُشِيرُ بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ "Beliau memberi
isyarat dengan tangannya ke arah timur" (HR Muslim 2905)
Dalam hadits yang lain menunjukkan bahwa kau
khawarij munculnya dari arah timur.
عَنْ يُسَيْرِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: سَأَلْتُ سَهْلَ بْنَ حُنَيْفٍ، هَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ الْخَوَارِجَ، فَقَالَ: سَمِعْتُهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ «قَوْمٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ بِأَلْسِنَتِهِمْ لَا يَعْدُو تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ، كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ»
Dari Yusair bin 'Amr berkata, "Aku bertanya kepada Sahl bin
Hunaif (radhiallahu 'anhu), Apakah engkau mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam menyebutkan tentang khawarij?". Maka Sahl berkata, "Aku
mendengarnya –dan Nabi sambil mengisyaratkan tangannya ke arah timur- beliau
bersabda, "Suatu kaum yang membaca Al-Qur'an dengan lisan-lisan mereka akan
tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama sebagaimana
keluarnya anak panah dari badan hewan buruannya" (HR Muslim no 1068)
Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa akan
muncul banyak fitnah dari arah timur kota Madinah, yaitu dari Najd, yaitu tempat
munculnya tanduk syaitan. Dan diantara fitnah-fitnah tersebut yang datang dari
timur adalah munculnya kaum khawarij.
Idahram berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
Najd dalam hadits di atas adalah Najd yang ada di Arab Saudi yaitu daerah
sekitar kota Riyadh, tempat kelahirannya Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab.
Dengan demikian berarti pantaslah jika Syaikh Muhammad bin Abdil Wahab adalah
tokoh khawarij yang muncul dari arah timur kota Madinah.
Idahram berkata,
"Nabi saw. telah memberitahukan kepada
umatnya bahwa kemunculan fitnah-fitnah yang menerpa umatnya berasal dari arah
timur (baca : timur Madinah, yakni Najd di Saudi Arabia). Fitnah ini bukan
hanya sekali, tetapi berkali-kali. Sebab, kata fitnah dalam hadits di atas
menggunakan bentuk plural, yaitu fitan (fitnah-fitnah). Sejarah mencatat bahwa
Musailamah ibnu Habib al-Kadzdzab, Sajah binti Al-Harits ibnu Suwaid
at-Tamimah, Thalhah ibnu Khuwailid al-Asadi, dan orang-orang semisal mereka,
semuanya berasal dari Najd, tanah kelahiran Muhammad ibnu Abdil Wahhab si
pendiri sekte Salafy Wahabi. Bahkan para pembuat fitnah itu berasal dari
kaum/kabilah yang sama dengan kabilahnya pendiri Wahabi, yaitu Bani Tamim"
(Sejarah Berdarah… hal 150).
Idahram juga berkata,
"Mereka yang mengatakan bahwa Najd adalah
"dataran tinggi"di Iraq, salah besar. Karena selain Iraq bukan
dataran tinggi, juga karena Iraq berada di sebelah utara kota Madinah, dan
tidak pernah ada nama daerah Najd di Iraq" (Sejarah Berdarah… hal 152)
SANGAAHAN
Pernyataan-pernyataan Idahram di atas adalah
salah, bisa dilihat dari banyak sisi :
Pertama :
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Najd dalam hadits di atas maka
metode yang terbaik adalah dengan melihat riwayat-riwayat hadits-hadits yang
lain. Karena metode menafsirkan hadits yang terbaik adalah menafsirkan hadits
dengan hadits-hadits yang lain.
Jika kita kembali memperhatikan hadits di atas :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Nabi pernah
bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah kepada kami pada Syaam kami dan Yamaan
kami”. Para shahabat : “Dan juga Najd kami ?”. Beliau bersabda : “Di sana
muncul bencana dan fitnah. Dan di sanalah akan muncul tanduk setan”
Lantas kita bandingkan dengan riwayat yang lain
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ath-Thabaraani dari Ibnu Umar radhiallahu
'anhu:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلم قال : اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا، اللَّهُمَّ بَارِكْ فِي يَمَنِنَا، فَقَالَهَا مِرَاراً، فَلَمَّا كَانَ فِي الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ، قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَفِي عِرَاقِنَا؟ قَالَ: إِنّ بِهَا الزَّلاَزِلَ وَالْفِتَنَ، وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah kepada kami pada Syaam kami dan Yamaan
kami”. Beliau mengatakannya beberapa kali. Saat beliau mengatakan yang ketiga
kali atau keempat, para shahabat berkata : “Wahai Rasulullah, juga pada 'Iraq
kami ?”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya di sana terdapat bencana dan fitnah.
Dan di sanalah muncul tanduk setan” [Al-Mu’jamul-Kabiir, 12/384 no. 13422].
Hadits ini telah dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani rahimahullah, beliau telah mentakhrij hadits ini dengan menyebutkan
seluruh jalan-jalan hadits ini. (Lihat Silsilah Al-Ahaadiits As-Shahihah
5/302-306, takhriij hadits no 2246)
Kedua : Dalam hadits juga disebutkan bahwa kaum
khawarij keluar dari arah timur kota Madinah.
عَنْ يُسَيْرِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: سَأَلْتُ سَهْلَ بْنَ حُنَيْفٍ، هَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ الْخَوَارِجَ، فَقَالَ: سَمِعْتُهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ «قَوْمٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ بِأَلْسِنَتِهِمْ لَا يَعْدُو تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ، كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ»
Dari Yusair bin 'Amr berkata, "Aku bertanya kepada Sahl bin
Hunaif (radhiallahu 'anhu), Apakah engkau mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam menyebutkan tentang khawarij?". Maka Sahl berkata, "Aku
mendengarnya –dan Nabi sambil mengisyaratkan tangannya ke arah timur- beliau
bersabda, "Suatu kaum yang membaca Al-Qur'an dengan lisan-lisan mereka
akan tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama
sebagaimana keluarnya anak panah tembus keluar dari badan hewan buruannya"
(HR Muslim no 1068)
Rasulullah juga bersada
يَتِيهُ قَوْمٌ قِبَلَ الْمَشْرِقِ مُحَلَّقَةٌ رُءُوسُهُمْ
"Tersesat suatu kaum di arah timur,
kepala-kepala mereka gundul" (HR Muslim no 1068)
Rasulullah juga bersabda,
«يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ المَشْرِقِ، وَيَقْرَءُونَ القُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، ثُمَّ لاَ يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ»، قِيلَ مَا سِيمَاهُمْ؟ قَالَ: " سِيمَاهُمْ التَّحْلِيقُ
"Akan keluar dari arah timur segolongan
manusia yang membaca Al-Qur'an namun tidak sampai melewati batas kerongkongan
mereka. Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah tembus keluar dari
(badan) binatang buruannya. Mereka tidak pernah kembali sampai anak panah bisa
kembali ke busurnya. Ciri-ciri mereka adalah mencukur habis rambutnya atau
gundul" (HR Al-Bukhari no 7562)
Lebih jelas dalam riwayat berikut
عَنْ يُسَيْرِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ دَخَلْتُ عَلَى سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ فَقُلْتُ حَدِّثْنِي مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي الْحَرُورِيَّةِ قَالَ أُحَدِّثُكَ مَا سَمِعْتُ لَا أَزِيدُكَ عَلَيْهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ قَوْمًا يَخْرُجُونَ مِنْ هَاهُنَا وَأَشَارَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْعِرَاقِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ قُلْتُ هَلْ ذَكَرَ لَهُمْ عَلَامَةً قَالَ هَذَا مَا سَمِعْتُ لَا أَزِيدُكَ عَلَيْهِ
Dari Yusair bin 'Amr berkata, "Aku menemui Sahl bin Hunaif
(radhiallahu 'anhu) lalu aku berkata, "Sampaikanlah kepadaku hadits yang
engkau dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang
Haruriyah". Sahl berkata, Aku akan menyampaikan kepada engkau hadits yang
aku dengar dan aku tidak akan menambah-nambahi. Aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut suatu kaum yang keluar dari arah sini
-dan Nabi mengisyaratkan tangannya ke arah Iraq- mereka membaca Al-Qur'an akan
tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama sebagaimana
keluarnya anak panah tembus keluar dari badan hewan buruannya".
Aku (yaitu Yusair bin 'Amr) berkata, "Apakah
Nabi menyebutkan suatu tanda tentang mereka?", Sahl berkata, "Ini
yang aku dengar, aku tidak menambah-nambahinya" (HR Ahmad no 15977)
Sungguh benar sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam ini, ternyata sejarah menyatakan bahwa kaum Khawarij keluar dan muncul di
Iraq.
Ketiga : Kaedah menunjukkan bahwasanya perawi
hadits lebih paham dengan apa yang dia riwayatkan, terlebih lagi jika perawi
hadits tersebut sahabat atau tabi'in.
Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari
Ibnu Fudhail, ia berkata :
سَمِعْتُ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ، يَقُولُ: يَا أَهْلَ الْعِرَاقِ مَا أَسْأَلَكُمْ عَنِ الصَّغِيرَةِ، وَأَرْكَبَكُمْ لِلْكَبِيرَةِ سَمِعْتُ أَبِي عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ الْفِتْنَةَ تَجِيءُ مِنْ هَاهُنَا» وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ «مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنَا الشَّيْطَانِ» وَأَنْتُمْ يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ، وَإِنَّمَا قَتَلَ مُوسَى الَّذِي قَتَلَ، مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ، خَطَأً فَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ: {وَقَتَلْتَ نَفْسًا فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا} [طه: 40]
Aku mendengar Salim bin ‘Abdillah bin ‘Umar
berkata : “Wahai penduduk ‘Iraq, aku tidak bertanya tentang masalah kecil dan
aku tidak mendorong kalian untuk masalah besar. Aku pernah mendengar ayahku,
Abdullah bin ‘Umar berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu
'alaihi wa salam bersabda : ‘Sesungguhnya fitnah itu datang dari sini - ia
menunjukkan tangannya ke arah timur - dari arah munculya dua tanduk setan’.
Kalian saling menebas leher satu sama lain. Musa hanya membunuh orang yang ia
bunuh yang berasal dari keluarga Fir'aun itu karena tidak sengaja. Lalu Allah
'azza wa jalla berfirman padanya : 'Dan kamu pernah membunuh seorang manusia,
lalu kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan
beberapa cobaan." (Thaahaa: 40)” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2905].
Salim bin ‘Abdillah bin ‘Umar mengecam penduduk
‘Iraaq karena fitnah yang mereka timbulkan dengan menyebut hadits kemunculan
tanduk setan dari arah mereka. Ini menunjukkan bahwa Salim bin ‘Abdillah bin
‘Umar memahami arah timur yaitu arah Iraq.
Keempat : Para ulama juga memahami bahwa Iraq
adalah sebelah timurnya Mekah.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkali-kali menekankan
makna "masyriq" (timur) dalam kitabnya "Fathul Bari",
beliau berkata :
"Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
((Puncak kekufuran di arah timur)), …. Ini menunjukkan akan parahnya kekafiran
kaum majusi, karena kerajaan Persia dan orang-orang Arab yang tunduk kepada
mereka berada di arah timur kota Madinah. Mereka berada di puncak kekerasan
hati, kesombongan dan keangkuhan, hingga raja mereka merobek surat Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam –sebagaimana akan datang penjelasannya pada
tempatnya- dan fitnah-fitnahpun berkesinambungan dari arah timur" (Fathul
Baari 6/352)
Ibnu Hajar juga berkata tatkala menjelaskan
tentang hadits yang diriwayatkan oleh Usamah radhiallahu 'anhu
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْرَفَ عَلَى أُطُمٍ مِنْ آطَامِ الْمَدِينَةِ، ثُمَّ قَالَ: «هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَى؟ إِنِّي لَأَرَى مَوَاقِعَ الْفِتَنِ خِلَالَ بُيُوتِكُمْ، كَمَوَاقِعِ الْقَطْرِ»
"Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam melihat dari salah bangunan yang tinggi (benteng) di kota Madinah, lalu
beliau berkata, "Apakah kalian melihat apa yang aku lihat?, Sesungguhnya
aku benar-benar melihat tempat-tempat fitnah diantara rumah-rumah kalian,
sebagaimana tempat-tempat turunnya hujan" (HR Al-Bukhari no 1878 dan
Muslim no 2885)
"Hanyalah dikhususkan kota Madinah dengan
hal itu (*munculnya fitnah-fintah) karena pembunuhan Utsman terjadi di Madinah,
kemudian tersebarlah fitnah di negeri-negeri setelah itu. Perang Jamal, perang
shiffin semuanya karena peristiwa pembunuhan Utsman. Perang di Nahrawaan
disebabkan karena permasalahn tahkiim yang dilakukan di siffin. Seluruh
peperangan yang terjadi di masa itu hanyalah buah dari pembunuhan Utsman atau
karena sesuatu yang timbul akibat pembunuhan Utsman. Kemudian sebab utama
terjadi pembunuhan Utsman adalah pencelaan terhadap para gubernur dan juga
pencelaan terhadap Utsman yang telah mengangkat para gubernur tersebut. Dan
yang pertama kali timbul hal itu dari Iraq, dan ia dari arah timur." (Fathul Baari 13/13)
Ibnu Hajar juga berkata
"Selain Al-Khtthoobi berkata bahwasanya
penduduk daerah timur tatkala itu orang-orang kafir, maka Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam mengabarkan bahwa fitnah akan datang dari arah timur, dan
terjadilah sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi. Fitnah yang pertama kali
terjadi dari arah timur dan hal itu terjadi karena perpecahan diantara kaum
muslimin, dan hal ini merupakan perkara yang disukai dan digembirai syaitan.
Demikian juga bid'ah tersebar dari arah tersebut.
Al-Khottoobi berkata, "Najd dari sisi timur,
barang siapa yang di kota Madinah maka Najd nya adalah padang Iraq dan
sekitarnya, dan itu adalah bagian timur penduduk Madinah. Dan Najd asalnya
(*dalam bahasa) adalah setiap dataran yang tinggi, hal ini berbeda dengan
"ghour" karena ghour adalah dataran rendah. Dan Tihamah seluruhnya
dari ghour, dan kota Mekah termasuk Tihamah" demikian perkataan
Al-Khotthoobi.
Dengan demikian diketahuilah kelemahan pendapat
Ad-Dawudi yang menyatakan bahwa Najd (suatu tempat) di arah Iraq, karena ia
menyangka bahwa Najd adalah suatu tempat khusus tertentu, padahal bukan
demikian, seluruh tempat yang tinggi ditinjau dari daerah yang setelahnya
dikatakan dataran tinggi tersebut Najd dan dataran rendah ghour" (Fathul
Baari 13/47)
Ibnu Hajar juga berkata,
"Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
((Keluar sekelompok manusia dari arah timur)), sebagaimana telah lalu… mereka
adalah khawarij…dan awal kemunculan mereka di Iraq, dan Iraq berada di arah
timur jika ditinjau dari kota Mekah Al-Musyarrofah" (Fathul Baari 13/536)
Kesimpulan dari penjelasan Ibnu Hajar diatas
diantaranya :
Iraq merupakan timur kota Madinah
Fitnah
khawarij munculnya di Iraq, tatkala terpecah kaum muslimin
Najd artinya adalah dataran tinggi, dan ini
adalah makna Najd menurut asli bahasanya.
Najd bukanlah nama suatu tempat khusus yang ada
di Iraq, karenanya Ibnu Hajar membantah Ad-Dawudi yang menyangka ada suatu
daerah yang Namanya Najd di Iraq
Jadi memang tidak ada nama daerah Najd di Iraq
Kelima : Dari penjelasan lalu maka kita pahami
bahwasanya kata "masyriq" tidak berarti harus persis ke arah timur,
akan tetapi kata "masyriq" juga mencakup arah timur laut. Karena
posisi Iraq berada di arah timur laut kota Madinah.
Sebagai bukti bahwasanya kata "masyriq"
mencakup arah timur laut, sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa salam telah
mengabarkan bahwa akan muncul Dajjaal dari arah timur. Rasulullah bersabda:
أَلَا إِنَّهُ فِي بَحْرِ الشَّأْمِ أَوْ بَحْرِ الْيَمَنِ، لَا بَلْ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ، مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ، مَا هُوَ وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى الْمَشْرِقِ
"Ketahuilah, bahwasannya ia (Dajjaal) keluar
dari laut Syaam atau laut Yaman. Tidak, bahkan ia keluar dari arah Timur. Ia
dari arah Timur !, ia dari arah Timur !!”. Dan beliau mengarahkan tangannya ke
Timur" (HR Muslim no. 2942).
Rasulullah juga bersabda dalam hadits yang lain
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh :
" يَأْتِي الْمَسِيحُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ هِمَّتُهُ الْمَدِينَةُ حَتَّى يَنْزِلَ دُبُرَ أُحُدٍ، ثُمَّ تَصْرِفُ الْمَلَائِكَةُ وَجْهَهُ قِبَلَ الشَّامِ، وَهُنَالِكَ يَهْلِكُ "
“Al-Masiih (Ad-Dajjaal) datang dari arah Timur
menuju kota Madinah dan berhenti di belakang bukit Uhud. Kemudian malaikat
memalingkan mukanya ke arah Syaam dan ia binasa di sana” (HR Muslim no. 1380).
Ternyata yang dimaksud dengan arah timur tempat
kemunculan dajjal adalah di daerah Khuraasaan, sebagaimana dijelaskan dalam
riwayat berikut :
عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ، قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " الدَّجَّالُ يَخْرُجُ مِنْ أَرْضٍ بِالْمَشْرِقِ، يُقَالُ لَهَا: خُرَاسَانُ، يَتْبَعُهُ أَقْوَامٌ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ "
dari Abu Bakr Ash-Shiddiiq, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda : “Dajjaal akan keluar dari bumi Timur, yang bernama : Khuraasaan. Ia
akan diikuti oleh beberapa kaum, dimana wajah mereka itu seperti perisai yang
ditambal” (HR At-Timidzi no. 2237, Ibnu Majah no 4072, Ahmad no 12, dan
Al-Hakim no 8608, dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh
Adz-Dzahabi, silahkan lihat takhrij hadits ini secara luas di Silasilah
Al-Ahaadiits As-Shahihah 4/165 no 1591).
Khuraasaan adalah negeri yang letaknya tidak pas
di arah timur mata angin kota Madiinah, namun ia terletak di arah timur laut
kota Madinah sebagaimana ‘Iraq.
Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa Dajjal
muncul dari Asbahan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
وَإِنَّهُ يَخْرُجُ فِي يَهُودِيَّةِ أَصْبَهَانَ حَتَّى يَأْتِيَ الْمَدِينَةَ فَيَنْزِلُ فِي نَاحِيَتِهَا
"Dan sesungguhnya Dajjal akan keluar di
Yahudi Asbahan hingga ia mendatangi kota Madinah, lalu iapun berhenti di
pinggiran Madinah" (HR Ahmad no 24467, Ibnu Hibban no 1905 dan dishahihkan
oleh Al-Haitsami dalam Majma' Az-Zawaid 7/651)
Dan semisal hadits ini diriwayatkan oleh Imam
Muslim dengan lafal
يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْبَهَانَ، سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ
"Dajjal diikuti oleh 70 ribu Yahudi Asbahan,
mereka memakai thoyalisah (semacam pakaian yang diletakan di bahu)" (HR
Muslim no 2944)
Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata :
وَأَمَّا مِنْ أَيْنَ يَخْرُجُ؟ فَمِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ جَزْمًا، ثُمَّ جَاءِ فِي رِوَايَةٍ أَنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ خُرَاسَان، أَخْرَجَ ذَلِكَ أَحْمَدُ وَالْحَاكِمُ مِنْ حَدِيْثِ أَبِي بَكْرٍ وَفِي أُخْرَى أَنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ أَصْبَهَان أَخْرَجَهَا مُسْلِمٌ
"Adapun dari mana keluarnya Dajjal?, maka
keluarnya pasti dari arah timur, kemudian dalam sebuah riwayat bahwasanya
Dajjal keluar dari Khurosan, sebagaimana riwayatnya dikeluarkan oleh Imam Ahmad
dan Al-Hakim dari hadits Abu Bakr As-Shiddiq, dan dalam riwayat yang lain
bahwasanya Dajjaal keluar dari Ashbahaan, riwayatnya dikeluarkan oleh
Muslim" (Fathul Baari 13/91)
Padahal Asbahan terletak di timur laut kota
madinah, dan tidak persis ke arah timur, sebagaimana juga Iraq (tempat
munculnya Khawarij), ternyata juga di timur laut Madinah dan tidak persis di
arah timur, akan tetapi Nabi menyatakan dua tempat ini (Iraq dan Asbahan)
adalah di masyriq (timur) kota Madinah. Perhatikan peta di bawah ini (sumber :
http://maps.google.co.id/, kata kunci kufah)
Keenam : Para ahli bahasa Arab juga menyatakan
bahwa Najd dalam bahasa Arab artinya dataran tinggi.
Al-Azhari (wafat 370 H) berkata
قال ابن شميل: النَّجْدُ: قفاف الأرض وصلابتها، وما غلظ منها وأشرف، والجماعة: النَّجَادُ، ولا يكون إلا قفاًّ أو صلابة من الأرض في ارتفاع مثل الجبل مُعترضاً بين يديك، يردُّ طرفك عمَّا وراءه
"Ibnu Syumail berkata, "An-Najd : Tanah
kering dan keras, tanah yang keras dan tinggi. Pluralnya An-Najaad, dan tidak
dikatakn An-Najd kecuali dataran kering dan keras serta tinggi, seperti gunung
yang membentang dihadapanmu, ia menghalangi pandanganmu dari apa yang ada di
belakangnya" (Tahdziib Al-Lughoh 10/662)
Ibnu Faaris (wafat 395 H) berkata :
وَالنَّجْدُ مُرْتَفَعٌ مِنَ الأَرْضِ
(Mu'jam Maqooyiis Al-Lughoh 4/401)
Ibnul Atsiir (wafat 606 H) berkata :
والنَّجْد : ما ارْتَفع من الأرض وهو اسمٌ خاصٌّ لما دون الحجاز ممَّا يَلي العِراق
"Dan An-Najd adalah dataran tinggi, dan ia
adalah nama khusus untuk daerah setelah Hijaz (*Mekah-Madinah) ke arah
Iraq" (An-Nihaayah fi Ghoriib Al-Hadiits 5/19)
Al-Fairuz Aabadi (wafat 817 H) berkata:
النَّجْدُ : ما أشْرَفَ من الأرضِ
"An-Najd adalah dataran tinggi' (Qoomuus
Al-Muhiith 1/337)
Dari perkataan para Ahli bahasa Arab ini kita
mengetahui dengan pasti bahwa An-Najd secara bahasa adalah dataran tinggi.
Karenanya terdapat banyak Najd di dunia ini, yang
berarti dataran tinggi, sebagaimana disebutkan oleh Yaquut bin Abdillah
Al-Hamawi Ar-Rumi Al-Baghdadi dalam kitabnya Mu'jam Al-Buldaan, bahwasanya ada
Najd Barq, Najd Khool, Najd 'Ufr, Najd 'Uqoob, Najd Kabkab, Najd Yaman, dll
(Lihat Mu'jam Al-Buldaan 5/265)
Ketujuh : Terbukti kalau Iraq memang tempat
munculnya fitnah-fitnah, diantara fitnah-fitnah tersebut:
Terbunuhnya Al-Husain bin Ali bin Abi Thoolib di
Karbala
Tatkala ada penduduk Iraq yang bertanya kepada
Ibnu Umar radhiallahu 'anhu tentang hukum membunuh seekor lalat tatkala sedang
ihrom, maka Ibnu Umar berkata
أَهْلُ العِرَاقِ يَسْأَلُونَ عَنِ الذُّبَابِ، وَقَدْ قَتَلُوا ابْنَ ابْنَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Penduduk Iraq mereka bertanya tentang
(hukum membunuh) lalat, sementara mereka telah membunuh putra dari putri
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam !!" (HR Al-Bukhari no 3753)
Munculnya Khawarij juga di Iraq, sebagaimana
sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
قَوْمًا يَخْرُجُونَ مِنْ هَاهُنَا وَأَشَارَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْعِرَاقِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ قُلْتُ هَلْ ذَكَرَ لَهُمْ عَلَامَةً قَالَ هَذَا مَا سَمِعْتُ لَا أَزِيدُكَ عَلَيْهِ
"Suatu kaum yang keluar dari arah sini -dan
Nabi mengisyaratkan tangannya ke arah Iraq- mereka membaca Al-Qur'an akan teapi
tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama sebagaimana
keluarnya anak panah dari badan hewan buruannya".(HR Ahmad no 15977)
Munculnya Mukhtaar bin Abi 'Ubaid Ats-Tsaqofi
yang mengaku sebagai nabi
Fitnahnya Al-Hajjaaj bin Yusuf Ats-Tsaqofi yang
banyak menumpahkan darah kum muslimin.
Di Baghdad mulai munculnya fitnah Kholq
Al-Qur'an, yaitu di masa Imam Ahmad, sehingga Imam Ahmad dipenjara dan disiksa.
Para ulama telah sepakat bahwa aqidah Al-Qur'an adalah makhluk merupakan aqidah
kufur.
Iraq dahulu merupakan sarangnya Syi'ah Rofidoh,
bahkan hingga saat ini
Yang pertama kali mengingkari taqdir adalah
Ma'bad Al-Juhani di Bashroh di Iraq
عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ، قَالَ: كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِيُّ
Dari Yahya bin Ya'mar berkata, "Pertama kali
yang menolak taqdir dalah Ma'bad Al-Juhani di Bahsroh (*salah satu kota di
Iraq)" (HR Muslim no 1)
Fitnah Mu'tazilah
Fitnah Murji'ah juga pertama kali muncul di Iraq
Dan di Iraqlah mengalir darah-darah kaum muslimin
yang terbunuh oleh bala tentara kaum Tatar
Mahmuud Syukriy Al-Aaluusiy Al-‘Iraaqiy
rahimahullah berkata :
“Bukan
perkara yang mengherankan bahwa negeri ‘Iraq sumber setiap fitnah dan bencana.
Kaum muslimin di sana senantiasa ditimpa musibah demi musibah. Orang-orang
Haruuraa’ (Khawaarij) dan apa yang mereka lakukan terhadap Islam tidaklah samar
lagi (akan kerusakannya). Begitu juga dengan fitnah Jahmiyyah yang telah
dikafirkan mayoritas ulama salaf, hanya keluar dan lahir dari bumi ‘Iraq.
Mu’tazillah dan apa yang mereka katakan kepada Al-Hasan Al-Bashriy serta lima
pokok keyakinan mereka yang masyhur yang menyelisihi Ahlus-Sunnah, dan
ahlul-bid’ah dari kalangan Shufiyyah yang berpendapat akan adanya fanaa’ dalam
tauhid ar-rububiyyah yang bermaksud menggugurkan beban perintah dan larangan;
juga muncul di Bashrah (‘Iraq). Lalu Raafidlah dan Syi’ah serta apa yang
terdapat pada mereka dari sikap ghulluw (berlebih-lebihan) terhadap ahlul-bait,
perkataan buruk mereka terhadap Al-Imaam ‘Aliy dan seluruh imam-imam, serta
caci-maki mereka terhadap para pembesar shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam; maka semuanya ini ma’ruuf lagi tersiar” (Ghayaatul-Amaaniy, 2/180).
Kedelapan : Jika kita membaca tentang sejarah
Islam tentang fitnah-fitnah yang terjadi di dunia Islam, kita akan dapati
daerah Najd Arab Saudi jauh dari tempat-tempat munculnya fitnah. Di zaman para
sahabat –terutama zaman dua khalifah, Utsman dan Ali bin Abi Tholib-, muncul
banyak fitnah, dan semua fitnah muncul di Iraq, Syam, dan Mesir. Tidak ada
fitnah yang lebih besar dari terbunuhnya Umar bin Al-Khotthob, Utsman
bin'Affan, dan Ali bin Abi Tholib. Termasuk fitnah yang besar adalah peperangan
yang terjadi antara Ali dan Mu'awiyah, demikian juga perang jamal, juga perang
antara Ali dan Khawarij. Dan jika kita mengecek sejarah Islam dari zaman para
sahabat hingga saat ini maka kita akan dapati kebanyak fitnah besar yang timbul
adalah di daerah Iraq, Mesir dan Syam, tidak kita dapatkan hal tersebut terjadi
di Najd Arab Saudi.
Kesembilan : Kalaupun seandainya dakwah salafiyah
(dakwah salafi wahabi) yang ada sekarang adalah dakwah yang sesat, maka apakah
fitnahnya lebih besar dibandingkan dengan fitnah ilhad, kristenisasi,
kefasikan, dan kefujuran yang muncul sekarang di negeri-negeri yang lain selain
di Najd Arab Saudi??. Apakah pantas kita memvonis bahwa hadits-hadits tentang
munculnya fitnah-fitnah itu adalah di Najd Arab Saudi??, sementara
negeri-negeri lain tenggelam dalam tersebarnya kekufuran, liberalisme,
kefasikan, kristenisasi, dll??!!
Jika memang dakwah Salafy Wahabi dianggap sesat,
maka tidak bisa dipungkiri, bahwasanya aqidah-aqidah yang rusak dari
firqoh-firqoh yang sesat banyak muncul di negeri-negeri Islam, tidak sebanding
dengan dakwah Salaf Wahabi
Terlebih lagi suku kata "fitnah" seringnya
digunakan untuk mengungkapkan terjadinya pertumpahan darah dan peperangan, maka
apakah telah terjadi perang besar-besaran dan pertumpahan darah besar-besaran
di Najd Arab Saudi bila dibandingkan pertumpahan darah dan peperangan yang
sering terjadi di Iraq??!!. Kita tidak mengingkari adanya peperangan
kecil-kecilan yang terjadi di Najd Arab Saudi terutama di zaman Raja Abdul
Aziz, akan tetapi itu merupakan hal yang wajar, dan semua negara mengalami hal
seperti ini.
Tatkala mengomentari hadits tentang munculnya
tanduk syaitan dari arah timur, maka Ibnu Abdil Barr berkata :
"Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mengabarkan tentang datangnya fitnah-fitnah dari arah timur, dan demikianlah
kebanyakan fitnah muculnya dari timur dan terjadi di timur, seperti perang
jamal, perang sifin, terbunuhnya Al-Husai, dan fitnah-fitnah yang lainnya yang
panjang jika diceritakan, yaitu fitnah-fitnah yang terjadi setelah itu di Iraq
dan Khurosan hingga hari ini. Memang terjadi fitnah-fitnah di negeri-negeri
Islam, akan tetapi fitnah yang terjadi di timur selalu lebih banyak"
(At-Tamhiid 17/12)
Kesepuluh : Munculnya fitnah di suatu tempat,
tidaklah melazimkan rusaknya aqidah di tempat tersebut.
Dari Usamah radhiallahu 'anhu
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْرَفَ عَلَى أُطُمٍ مِنْ آطَامِ الْمَدِينَةِ، ثُمَّ قَالَ: «هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَى؟ إِنِّي لَأَرَى مَوَاقِعَ الْفِتَنِ خِلَالَ بُيُوتِكُمْ، كَمَوَاقِعِ الْقَطْرِ»
"Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam melihat dari salah satu bangunan yang tinggi (benteng) di kota Madinah,
lalu beliau berkata, "Apakah kalian melihat apa yang aku lihat?,
Sesungguhnya aku benar-benar melihat tempat-tempat fitnah diantara rumah-rumah
kalian, sebagaimana tempat-tempat turunnya hujan" (HR Al-Bukhari no 1878
dan Muslim no 2885)
Bahkan dalam hadits ini Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam menyamakan fitnah yang terjadi di kota Madinah ibarat tempat-tempat
jatuhnya air hujan. Kesamaannya dari sisi banyaknya fitnah tersebut dan juga
tersebarnya fitnah tersebut (lihat penjelasan Imam An-Nawawi di Syarh Shahih
Muslim 18/7-8).
Lantas apakah terjadinya fitnah-fitnah di kota
Madinah menunjukkan akan rusaknya aqidah penduduk kota Madinah??!!
Kesebelas : Kalaupun hadits-hadits tentang fitnah
menunjukkan akan rusaknya aqidah secara umum maka hal ini tidaklah menunjukkan
bahwa rusaknya aqidah tersebut akan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Penduduk Najd Arab Saudi sebelum datangnya Nabi
adalah kaum musyrikin sebagaimana penduduk daerah-daerah yang lain, dan setelah
wafatnya Nabi shallallahu 'alahi wa sallam sebagian penduduk Najd Arab Saudi
menjadi kafir dan mengikuti Musailamah Al-Kadzdzab. Dakwah Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab baru berumur kurang lebih dua abad, lantas bukankah sebelum
munculnya dakwah wahabi di Najd maka penduduk Najd sama seperti penduduk
daerah-daerah yang lainnya. Dan menurut para penentang dakwah wahabi bahwasanya
penduduk Najd -dari zaman tewasnya Musailamah hingga munculnya dakwah wahabi-
semuanya dalam keadaan di atas petunjuk dan terbebaskan dari fitnah. Jika
perkaranya demikian, maka apakah mereka tetap nekat memvonis hadits-hadits
fitnah kepada kota Najd Arab Saudi??!!
bersambung...
Diterbitkan pada 11 October 2012
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
Disalin pada 22 Juni 2013
Untuk lebih lengkapnya (teks arabnya), bisa klik
sumbernya langsung, ada komentar dan diskusi juga di sana.