Alhamdulillah sang ustadz telah menanggapi
dengan baik tulisan saya, yang ini tentunya menunjukan keikhlasan sang ustadz.
Dan tangapan sang ustadz tersebut tentunya bukan tentang permasalahan inti yang
sedang kita diskusikan yaitu tentang apakah yang tidak mentahdzir IT menjadi
sururi?.
Akan
tetapi, tanggapan sang ustadz lebih pada mengenai stempel dusta kepada firanda.
Sebenarnya saya masih menunggu dan itu yang
paling saya inginkan agar sang ustadz menanggapi tulisan-tulisan saya tentang
manhaj mentahdzir yang telah saya tulis di webs saya, mungkin Ustadz ada
masukan atau apa yang saya kemukakan keliru dsb, barakallahu fikum. Karena
inilah inti permasalahan dari pertama, tapi ternyata ustadz lebih sibuk
mengurusi saya pendusta atau tidak.
Yang jelas, mungkin bisa diberikan beberapa
catatan terhadap catatan sang ustadz hafizhahullah:
Pertama : Adapun perkataan sang ustadz
((Tuduhan “pendusta” terhadap seseorang dan menyebarkannya bukanlah merupakan
bentuk mengumbar ‘aib dan melakukan ghibah yang diharamkan didalam islam, jika
tuduhan tersebut memiliki bukti- bukti yang kongkrit, dan diucapkan oleh seorang
yang tsiqah dan amanah. Namun ini merupakan bentuk “identifikasi” terhadap
seseorang yang tidak pantas diambil ilmu dan riwayatnya jika dia termasuk
perawi hadits)) Di sini sang ustadz bersikeras menjelaskan saya sebagai
pendusta dengan niat yang baik, yaitu untuk menjelaskan kepada umat bahwasanya
firanda tidak pantas untuk diambil ilmunya. Maka hal ini tidak mengapa, toh itu
ijtihad sang ustad, barakallahu fikum.
Oleh karenanya sang ustadz tetap bersikeras
tidak mau berdialog dengan saya, ia berkata ((Bukan dari manhaj yang menjadi
keyakinan saya membuka pintu dialog secara terbuka dengan siapa saja yang
menyelisihi manhaj ahlus sunnah wal jama’ah, baik dia sufi, tablighi, ikhwani,
syi’i, dan yang lainnya))
Jika sang ustadz menganggap saya pendusta dan
menyelsihi manhaj Ahlus Sunnah sebagaimana sufi, tablighi, ikhwani, syi'ah dll…
maka itu adalah hak ustadz, dan itu adalah ijtihad ustadz dan saya menghargai
ijtihad tersebut. Baarokallahu fiikum.
Kedua : Mengenai masalah tuduhan
"menyembunyikan fatwa" maka telah saya katakan dalam tulisan saya
((Fenomena yang sangat menyedihkan yang didapati oleh penulis dari sebagian
saudara-saudara kita yang hobinya mentahdzir dan menghajr adalah kurang jujur
dalam menebarkan fatwa. Padahal sudah berapa banyak ustadz yang telah mereka
gelari dengan 'Al-Kadzdzaab/pendusta". Akan tetapi sikap kurang jujur ini
akhirnya mereka lakukan sendiri. Fenomena yang menyedihkan tersebut adalah
fenomena "Menyembunyikan fatwa". Jika mereka mau jujur dan gentleman
tentunya mereka menampilkan fatwa yang juga berseberang dengan mereka, apalagi
yang bertanya adalah mereka sendiri))
Saya tidak mengatakan sang ustadz berdusta
apalagi kadzdzaab (gemar berdusta), saya hanya menggunakan lafal "kurang
jujur" sebagai isyarat bahwasanya semestinya dalam membahas masalah
tertentu hendaknya menampilkan seluruh fatwa. Dan inilah yang disebut
pembahasan ilmiyah, yaitu menyebutkan fatwa-fatwa baik yang mendukung maupun
yang berseberangan. Tatakala sang ustadz menuduh orang-orang yang bermu'amalah
dengan IT sebagai sururi dan bahkan yang tidak bermua'amalahpun dituduh sururi
maka hendaknya sang ustadz menampilkan seluruh fatwa. Terlebih lagi fatwa yang
berkaitan langsung dengan permasalahan mengambil dana. Apalagi yang bertanya
adalah kelompok sang ustadz sendiri secara langsung. Terlebih lagi fatwa
tersebut sudah ditunggu bertahun-tahun namun tidak muncul-muncul juga. Akhirnya
terkesan menyembunyikan fatwa. Akan tetapi, walhamdulillah… sang ustadz telah
menjelaskan sebab ia tidak sempat menyebarkan fatwa tersebut, sang ustadz
berkata ((Saya memang belum sempat mentranskrip lalu menerjemahkan fatwa Beliau
selama ini, seperti halnya fatwa- fatwa para masyayikh lainnya yang masih
tersimpan dalam komputer saya, juga belum sempat saya transkrip dan terjemahkan,
dalam keadaan sangat ingin fatwa ini segera disebarkan. Hal ini disebabkan
karena kesibukan mengajar, menulis artikel lain, dan yang lainnya))
Oleh karenanya saya mohon maaf kepada sang
ustadz yang sangat sibuk hingga tidak sempat menyebarkan fatwa tersebut,
padahal sang ustadz sangat ingin menyebarkan fatwa tersebut… hanya saja
kesibukan sang ustadz berdakwah dan mengajar yang menghalangi hal itu. Syukron
yaa ustadz, semoga waktu kita dipenuhi
dengan amal ibadah.
Ketiga : Adapun mengenai fatwa jihad yang
(maaf) "tersembunyikan" hingga saat ini, maka ustadz DR Muhammad
Arifin Badri hafizhahullah telah bertabayyun –di hadapan teman-teman mahasiwa
Madinah- kepada sang ustadz "penanya" tersebut di Madinah, dan sang
ustad penanya telah mengaku hanya menyebarkan fatwa tersebut di kalangan ustadz
laskar Jihad, namun tidak menyebarkannya di kaum muslimin. Dan saya rasa saya
tidak perlu menyebutkan nama ustadz tersebut, karena ini hanyalah mengumbar
aib. Dan saya harap sang ustadz tidak menjadikan saya terpaksa menyebutkan
siapa ustadz penanya tersebut. Padahal fatwa tersebut sangat berkaitan dengan
jihad. Sehingga laskar jihad tatkala itu sampai menyatakan hizbi kepada ahlus
sunnah yang tidak mendukung mereka, padahal ternyata Syaikh utsaiamin
rahimahullah tidak mendukung mereka.
Keempat : Ketahuilah sang ustadz, anda memang
berhak mencap saya sebagai pendusta tatkala mendengar khabar dari seorang yang
tsiqoh, maka saya ingin bertanya, "Apakah saya juga berhak mencap anda
sebagai pendusta karena mendengar khabar dari teman antum yang juga sama-sama
belajar di Yaman bertahun-tahun bersama antum, dan tentunya sudah tahu benar
siapa antum. Maka jika saya menganggapnya tsiqoh bolehkah saya mencap antum
sebagai pendusta tanpa tabayyun dulu??". Tentunya ini merupakan tindakan
yang tidak adil. Adapun syaikh Fulan yang mencap saya sebagai pendusta maka
beliau hafzohullah hanyalah mengenal saya sekali dalam majelis tersebut, lantas
menuduh saya gemar berdusta. Baarokallahu fiik.
Keempat : Mengenai pernyataan ana tentang syaikh
Robi' bahwasanya syaikh Robii' diusir dari kota Madinah, maka memang ana pernah
mengucapkannya kepada salah seorang guru saya yang sangat saya cintai (yang
tidak pernah saya lupakan jasanya, semoga Allah menyatukan hati kami kembali)
sekitar 9 tahun yang lalu. Saya sempat berkata kepada seorang ustadz guru saya
tesebut bahwasanya ada salah seorang mahasiswa dari IM di Universitas Madinah
yang menyampaikan syubhat ini bahwasanya syaikh Robi' hafizhahullah wa thawwal
'umrahu fi tha'atih pernah menuduh salah seorang syaikh yang lain di Madinah
dengan sebuah tuduhan, dan ternyata tuduhan tersebut tidaklah benar, sehingga
akhirnya syaikh Robii' hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi tha'atih diminta
untuk tinggal di luar kota Madinah agar kondisi menjadi stabil. Demikianlah
syubhat yang dilontarkan oleh mahasiswa IM tersebut. Saya bahkan berjanji
kepada guru saya tersebut untuk mencari jawaban syubhat ini, dan Alhamdulillah
saya sudah berusaha untuk mencari jawabannya akan tetapi sampai saat ini masih
simpang siur berita yang sampai. Oleh karenanya saya mohon sang ustadz untuk
bertanya kepada Syaikh Ubaid Al-Jabiri hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi
tha'atih tentang permasalahan ini, jika sang ustadz datang ke Madinah. Adapun
apa yang pernah disebarkan sang ustadz di internet bahwasanya berita tersebut
di dengar Firanda dari salah seorang dosen Universitas madinah maka hal itu
tidak benar dan dusta. Sang ustadz berkata ((Diantara yang disebutkan oleh
Firanda bahwa ia dikabari oleh gurunya yang mengajarinya di "Jami'ah
Islamiyyah" Madinah Nabawiyyah, bahwa "keadaan kota Madinah
"lebih kondusif" setelah Syaikh Rabi' "diusir" dari kota
tersebut")) (lihat http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=424) maka
ini merupakan kedustaan. Tidak ada guru di Jami'ah yang pernah berkata
demikian. Baarokallahu fiikum
Jadi, saya hanya menyampaikan syubhat yang
tersebar di Madinah, bukan menuduh.
Dan demi Allah, saya tidak pernah menuduh
–jika saya berdusta maka semoga Allah melaknat diri saya dan seluruh
keturunanku-. Namun kenapa sang ustadz lantas menuduh saya berdusta…???.
Tapi tidak mengapa, semoga inilah takdir
Allah Ta'ala untuk menjalankan manhaj tabayyun dulu sebelum menghukumi.
Sehingga bisa diikuti oleh siapapun yang ingin mentahdzir seseorang.
Barakallahu fikum atas contoh ini ustadz.
Dan saya sama sekali tidak pernah menyebarkan
syubhat ini, syubhat IM ini saya sampaikan kepada guru saya 9 tahun yang lalu
dan selesai. Eh.. ternyata justru sang ustadzlah yang mengangkat-ngangkat
kembali syubhat ini di internet dalam rangka mengecap saya pendusta.
Kelima : Adapun perkataan Syaikh Fulan yang
telah menyebutkan masa lalu syaikh Abdurrozzaq hafizhahullah wa thawwala
'umrahu fi tha'atih dalam rangka menjelekan syaikh Abdurrozzaaq hafizhahullah
wa thawwala 'umrahu fi tha'atih maka silahkan anda bertanya kepada para ustadz
yang hadir (baik ustadz arifin atau ustadz nur ihsan atau ustadz Abdullah
Taslim hafizhahumullah). Konteksnya untuk menjatuhkan syaikh Abdurrozzaq
hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi tha'atih yang mengisi muhadhorah di
yayasan IT sebagaimana syaikh-syaikh yang lain. Bahkan lafal yang digunakan
oleh syaikh Fulan adalah "Syaikh Abdurrozzaq baru saja sadar". Bukan
cuma syaikh Abdurrozzaq hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi tha'atih yang
beliau cela, bahkan murid syaikh Abdurrozzaq yang bernama Ishaq Kindo juga
dikatakan kadzdzaab oleh syaikh fulan ini. Silahkan anda bertabayyun kepada
syaikh fulan tersebut. Dan bagaimana dengan celaan-celaan terhadap
syaikh-syaikh yang lain –selain syaikh Abdurrozaq hafizhahullah wa thawwala
'umrahu fi tha'atih?-, dan bagaimana celaan beliau terhadap syaikh Muqbil
rahimahullah yang rekamannya ada pada sang ustadz…??!
Keenam :
Adapun perkataan sang ustadz ((yang menyebabkan Syaikh Abdullah
Al-Bukhari marah besar kepadanya dan tidak memaafkannya hingga dia datang ke
rumah Beliau. Menurut berita dari Syaikh Al-Bukhari bahwa dia telah datang
untuk meminta maaf, namun gelar “pendusta” tersebut masih saja Beliau sematkan
kepada hamba Allah yang satu ini, dan gelar itu memang pantas disematkan
kepadanya. Selamat berbahagia dengan gelar ini wahai Firanda dari salah seorang
ulama besar Madinah Nabawiyyah)) kemudian sang ustadz juga berkata ((Namun
ternyata kebiasaan berdusta Firanda tidak juga berhenti, dan gelar yang telah
dilekatkan kepadanya tidak membuatnya jera dan bertaubat kepada Allah ‘azza
wajalla, bahkan masih saja terus menyebarkan fitnah dan dusta)) silahkan lihat
(http://www.salafybpp.com/categoryblog/97-dusta-firanda-ditengah-badai-fitnah-yang-sedang-melanda-bag1.html)
Maka saya katakan : Saya tidak pernah meminta
maaf kepada beliau syaikh Fulan, apalagi sampai ke rumahnya. Justru saya pernah
mengajak beliau berdialog secara langsung dengan syarat dialog tersebut
direkam. Akan tetapi syaikh menolak dan berkata : ((Jika Firanda datang untuk
meminta maaf maka saya akan terima dia di rumahku, namun jika Firanda datang ke
rumahku untuk mengajak dialog maka saya akan usir dia)).
Saya Bersumpah: Demi Allah, jika saya
berdusta maka saya rela dilaknat oleh Allah dan dimasukan ke dalam api neraka
bersama Fir'aun, Justru ini merupakan kedustaaan, silahkan bertanya kepada
ustad DR Muhammad Nur Ihsan hafizhahullah, yang mendengar langung perkataan
syaikh fulan ini (dan wal hamdulilah Ustadz DR. Muhammad Nur Ihsan
hafizhahullah belum disematkan oleh syeikh ini gelar Al Kadzdzab, Khobits,
Qootalahullah, akan menjadi sampah sejarah… seperti saya, jadi ustadz jangan
ragu-ragu bertanya kepada beliau Ustadz DR. Muhammad Nur Ihsan hafizhahullah).
Bahkan syaikh fulan ini lantas marah-marah
dan berkata :
"Firanda adalah kadzdzab Dajjaal,
Khobiits, Qootalahullah, akan menjadi sampah sejarah.. jika saya bertemu dengannya
maka akan saya hajr dia. Saya berlindung kepada pndusta yang jahat".
Demikian perkataan "ulama besar" kota madinah. Baarokallahu fiikum.
Demikian juga saya tidak pernah berjanji
menarik buku lerai pertikaian sebagaimana yang disebarkan di internet sbb :
((Kendati asatidzah Salafiyyin dan ulama Salafy telah banyak menerangkan
kesesatan Ihya at-Turots, rupanya Firanda pura-pura tidak tahu kesesatan IT.
Firanda Andurjana yang baru saja diberikan penjelasan Syaikh Abdullah Bukhari,
tak segan berdusta di hadapan kawan-kawannya seide. Bahkan berpura-pura
menjanjikan di hadapan Syaikh untuk menarik bukunya dan menulis bantahan
terhadap buku pembelaannya terhadap Ihya At-Turats (IT). Namun tidak pernah
kita ketahui bahwa Firanda ruju’ dari keyakinannya yang menyimpang, syaikh
Abdullah Bukhari pun menanyakan pada salah satu ustadz Salafi, Askari dan
beliau menjawab : “Setahu ana tidak ada,
wahai Syaikh, bahkan para pengikutnya masih menjadikan bukunya tersebut sebagai
tameng untuk bermuamalah dengan Ihya At-Turats.”.
“Maka Syaikh pun berkata tentang
Firanda—semoga Allah memberi hidayah kepadanya—: “KADZDZAB KHABITS DAJJAL”
(Pendusta besar, Jahat, Dajjal).”Dan Majelis ini dihadiri beberapa ustadz,
diantaranya ustadz Usamah Mahri, Abdus Shamad, dll. Demikian sekilas info,
semoga bermanfaat,” ujar al Ustadz Askari. (Abu Salma Berkata : Yang tidak
percaya dan ragu silahkan hubungi para asatidzah tersebut)) (lihat
http://abasalma.wordpress.com/2009/10/23/permasalahan-ath-thurots-telah-selesai/)
Demi Allah saya tidak pernah menyatakan akan
membantah buku saya sendiri apalagi sampai berjanji menarik kembali buku saya,
saya tidak pernah berkata demikian, silahkan bertanya kepada ustadz Taslim,
ustadz Arifin Badri dan ustadz Nur Ihsan. Jika saya berdusta semoga saya dimasukan
dalam neraka jahannam bersama Iblis. Akan tetapi jika sang ustadz yang
berdusta….
Ketujuh : Kalau permasalahan ini kita angkat
ke syaikh Abdul Muhsin tentu sang ustadz tidak berkenan. Dan ini benar…
buktinya sang ustadz memberi persyaratan…
Akan tetapi justru inilah yang –demi Allah-
sangat menyenangkan hati saya. Saya berkata :
Alhamdulillah … hati ini sungguh
berbinar-binar tatkala membaca tanggapan al-ustadz hafidzohullah, semoga Allah
akan memudahkan jalan menuju persatuan ahlus sunnah wal jama'ah.
Sang ustadz telah berkata ((Maka saya
katakan: saya persilahkan kepada Firanda untuk memilih ulama kibar versi
Firanda yang mana yang dia inginkan, apakah Syaikh Abdurrazzaq atau Syaikh
Abdul Muhsin, atau yang lainnya. Namun ada satu syarat yang harus diwujudkan
agar hasil dari majelis tersebut benar-benar ilmiah: karena kita sedang
membahas permasalahan Ihya At-Turats dan pengaruh bermuamalah dengannya, maka
perlu dihadirkan dalam majelis tersebut minimal satu orang dari para ulama
(meskipun bukan kibar menurut Firanda) yang mengetahui sepak terjang yayasan
ini diberbagai negeri, agar pembahasan tersebut benar-benar sesuai dengan
porsinya secara ilmiah dan kenyataan yang ada)),
Kemudian sang ustadz menyebutkan para syaikh
yang diharapkan ikut serta dalam pertemuan tersebut. Maka saya mengusulkan agar
permasalahan diangkat kepada Syaikh Abdul Muhsin Al-Abaad hafizhahullah wa
thawwala 'umrahu fi tha'atih yang merupakan ulama paling senior di kota
Madinah, dan saya akan segera menghubungi beliau. Adapun syaikh dari pihak sang
ustadz hafizohullah maka ana meminta agar sang ustadz bisa menghubungi syaikh
Ubaid Al-Jabiri hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi tha'atih, karena sebagian
teman-teman ustadz di Madinah lebih dekat kepada beliau syaikh Al-Jabiri
hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi tha'atih, dan juga posisi beliau yang di
Madinah. baarokallahu fiik. Maka saya ingin tahu kapan sang ustadz bisa tiba di
Madinah?, sehingga saya bisa mengatur waktu bersama syaikh Abdul Muhsin
Al-Abbad hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi tha'atih. Baarokallahu fiik, dan
mohon agar segala data dipersiapkan agar bisa disampaikan kepada dua syaikh
tersebut dengan baik. Jika memang syaikh Ubaid tidak berkesempatan maka saya
mohon sang ustadz menghubungi Syaikh Robi' hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi
tha'atih atau syaikh Muhammad bin Haadi hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi
tha'atih. Hati ini akan menjadi lapang jika saya dan syaikh menerima keputusan
syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi tha'atih yang
ditemani oleh salah seorang syaikh yang mentahdzir yayasan IT. Karena sungguh
hati ini merasa pilu akibat perpecahan… tahdzir mentahdzir, hajr menghajr…
tuduh menuduh…hingga sampai pada tingkat perceraian…. Innaa lillaah wa inna
ilaihi raji'un…
Semoga pertemuan nanti diberkahi oleh Allah
dan menjadi solusi atas pertikaian selama ini. Baarokallahu fiikum
Ini merupakan langkah yang baik. Sekali lagi
permintaan saya :
-
Mohon kabarkan kepada saya kapan sang ustadz tiba di kota madinah
-
Mohon hubungi syaikh dari pihak sang ustadz, adapun syaikh Abdul Muhsin
hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi tha'atih maka saya yang akan langsung
menghubungi beliau hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi tha'atih.
-
Keputusan Syaikh Abdul Muhsin hafizhahullah wa thawwala 'umrahu fi
tha'atih nantinya akan disebarkan dan menjadi kesepakatan kita berdua.
Ya Allah, Dengan Nama-nama-Mu Yang Husna dan
Sifat-sifat-Mu Yang 'Ulya, semoga dengan usaha ini, Engkau melerai pertikaian
dan menjalin ukhuwah di jalan nubuwwah diantara Ahlus Sunnah di Indonesia.
Allahumma amin.
Madinah , 11 04 1432 H / 16 03 2011 M
Abu
Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
Diterbitkan pada 16 March 2011
Disalin pada
23 May 2013
Untuk lebih
lengkapnya (teks arabnya), bisa klik sumbernya langsung, ada komentar dan
diskusi juga di sana.