Sekali lagi : Tipu muslihat Abu
Salafy CS (bag 2)
Diterbitkan pada 12 January 2011
Alhamdulillah atas segala nikmat
yang Allah karuniakan kepada kita semua, semoga shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya serta seluruh sahabatnya.
Alhamdulillah tanggapan dari
ustadz Abu Salafy yang ana tunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Meskipun ustadz
Abu salafy langsung meloncat ke tulisan ana yang kedua yang belum selesai.
Sebenarnya ada dua perkara yang ana lebih tunggu lagi dari sang ustadz
Pertama : Menunggu tanggapan
beliau terhadap tulisan saya (http://www.firanda.com/index.php/artikel/31-bantahan/76-mengungkap-tipu-muslihat-abu-salafy-cs),
karena pada tulisan inilah nampak tipu muslihat yang dilakukan oleh sang
ustadz.
Kedua : Saya ingin berkenalan
dengan sang ustadz dan ingin bisa berdialog langsung dengan beliau. Masih tanda
tanya besar dalam hati saya, apakah Abu Salafy ini satu orang atau sebuah
lembaga anti wahabi?, lantas apa sebenarnya aqidah yang sedang diperjuangkan
oleh Abu Salafy?,
Apakah beliau ini seorang yang
bermadzhab Asy'ari ataukah Jahmiah?!!
Ataukah bermadzhab Syi'ah?!!, hal
ini mengingat :
- Sang ustadz Abu Slafy mengutuk
Mu'aawiyah, yang ini merupakan propaganda orang-orang syi'ah, dan ana ingin
tahu dari beliau apakah ada ulama Ahlus Sunnah yang mengutuk Mu'aawiyah?. Untuk
masalah Mu'aawiyah radhiallahu 'anhu insyaa Allah akan ada pembahasan khusus
- dan juga sang ustadz ternyata
menukil dari kitabnya orang syi'ah.
- Aqidah yang diperjuangkan oleh
ustadz Abu Salafy (bahwasanya Allah tidak di atas) juga merupakan aqidah orang
syi'ah
- Sang ustadz sangat getol
membantah dan mengejek-ngejek Syaikhul Islaam Ibnu Taimiyyah yang sangat getol
membantah aqidah orang syi'ah. Kita tahu betapa besar kebencian orang-orang syi'ah
kepada Ibnu Taimiyyah rahimahullah yang telah mengupas habis syubhat-syubhat
mereka dalam kitab beliau "Minhaajus Sunnah An-Nabawiyaah".
Jika memang sang ustadz adalah
seorang syi'ah maka tentunya kedustaan dan taqiyyah itu merupakan hal yang
biasa.
Oleh karenanya saya sangat ingin
agar sang ustadz menampakkan jati diri sang ustadz kalau memang sang ustadz
"maaf- maaf saja" adalah seorang lelaki…Wallahul Musta'aan.
Berikut ini tanggapan saya
terhadap tulisan ustadz Abu Salafy dalam web beliau
(http://abusalafy.wordpress.com/2011/01/08/benarkan-kaum-musyik-arab-beriman-kepada-tauhid-rububiyyah-allah-bantahan-untuk-ustad-firanda-i/)
Berdusta atas Nama Imam Al-Qurthubi
Ustadz Abu Salafy berkata
:((Tentang ayat 61 surah al Ankabut:
وَ لَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ
خَلَقَ السَّماواتِ وَ الْأَرْضَ وَ سَخَّرَ الشَّمْسَ وَ الْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ
اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka:” Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan
menundukkan matahari dan bulan” Tentu mereka akan menjawab:” Allah”, maka
betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).”
- Al Qurthubi berkata:
“… maka betapakah mereka (dapat)
dipalingkan (dari jalan yang benar) maksudnya: Bagaimana mereka kafir dengan
keesaan-Ku dan berbalik dari menyembah-Ku. Artinya: Sesungguhnya mereka akan
mengatakan jawaban itu dengan lisan mereka saja ketika ditegakkan hujjah-hujjah
atas mereka, sementara hakikatnya mereka tidak mengatakan (berpendapat)nya.”
[1] Tafsir al Jâmi’ Li Ahkâm al Qur’ân,13/161
Abu Salafy Berkata: Saya tidak
mengerti bagaimana saudara Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja dapat tidak membaca
ketarangan Imam al Qurthubi di atas pada tafsiran ayat 61 dan ia hanya
menampilkan tafsiran ayat 63? Padahal ketika menukil keterangan az Zamakhsyari,
misalnya ia jusrtu menampilkan ketarangan tentang tafsir ayat 61! Apakah itu ia
sengaja ia lakukan untuk menutup-nutupi kenyataan sebab tidak banyak santri yang
akan berkessempatan mengeceknya, apalagi kaum awam?! Atau karena alasan lain.
Allahu A’lam. Saya tidak akan berburuk sangka kepadanya)) Demikian perkataan
Abu Salafy.
Firanda berkata : Saya balik
bertanya "Kenapa Abu Salafy tidak menampilkan perkataan Imam Al-Qurthubi
dengan bahasa arabnya, " Apakah itu ia sengaja ia lakukan untuk
menutup-nutupi kenyataan, sebab tidak banyak santri yang akan berkesempatan
mengeceknya, apalagi kaum awam?! Atau karena alasan lain"??
Para pembaca yang budiman untuk
mengungkap kedustaan Abu Salafy –sebagaimana kedustaan-kedustaannya yang
lainnya yang telah saya ungkap- maka saya akan menukil perkataan Imam
Al-Qurthubi tatkala menafsirkan ayat 61 dari surat Al-Ankabuut;
Beliau rahimahullah berkata :
"“… maka betapakah mereka
(dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)" maksudnya : bagaimana mereka
kafir kepada pentauhidanku dan berpaling dari beribadah kepadaku?" (Tafsir
A-Qurthubi tafsir Al-Ankabuut ayat 61)
Demikian terjemahan yang benar,
akan tetapi lihat bagaimana terjemahan Abu salafi diatas, ternyata ia melakukan
tipu muslihat dari dua sisi :
Pertama : Tipu muslihat yang
pertama Abu salafy menterjemahkan perkataan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya
"بِتَوْحِيْدِي" dengan "Keesaanku" sehingga terjemahan
perkataan Imam Al-Qurthubi menjadi "Bagaimana mereka kafir dengan
keesaan-Ku " Yang mengesankan seakan-akan Imam Al-Qurthubi menyatakan
bahwsanya orang-orang musyrik Arab mengingkari keesaan Allah dalam tauhid
Rububiyyah. Padahal yang dimaksud oleh Imam Al-Qurtubhi dengan tauhid di sini
adalah tauhid dalam penyembahan, yaitu tauhid Ulluhiyah, oleh karenanya setelah
itu Al-Qurthubi berkata "وَيَنْقَلِبُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيِ" yang
artinya, "Dan mereka (kaum muyrikin Arab) berpaling dari beribadah
kepadaku?". Sehingga kalau kita melihat perkataan Al-Qurthubi secara utuh
yaitu : ((bagaimana mereka kafir kepada pentauhidanku dan berpaling dari
beribadah kepadaku?)) maka jelas maksudnya kaum musyrikin Arab tidak bertauhid
kepada Allah dengan memalingkan ibadah kepada selain Allah. Di sinilah letak
keanehan kaum musyrikin, bagaimana bisa mereka berpaling dari bertauhid kepada
Allah dan dan beribadah kepada selain Allah padahal mereka mengakui Allah-lah
yang menciptakan langit dan bumi dan yang mengatur perjalanan matahari dan
bumi?. Ayat ini dibawakan oleh Allah dalam rangka membantah kaum musyrikin Arab
yang mengakui rububiyah Allah akan tetapi tidak mentauhidkan Allah.
Jika asalnya mereka tidak
mengakui rububiyah Allah maka apa gunanya istifhaam ingkari (pertanyaan Allah
yang menunjukan pengingkaran) "?. Kalau mereka tidak percaya adanya Allah
maka sudah jelas mereka tidak menyembah Allah.
Adapun perkataan Imam Al-Qurthubi
yang menegaskan bahwasanya kaum musyrikin Arab mengakui rububiyah Allah maka
sangatlah banyak, para pembaca bisa membaca kembali
(http://www.firanda.com/index.php/home/31/82-persangkaan-abu-salafy-al-majhuul-bahwasanya-kaum-musyrikin-arab-tidak-mengakui-rububiyyah-allah)
Kedua : Tipu muslihat yang kedua
ini lebih parah daripada tipu muslihat yang di atas. Bagaimana?, Abu salafy
memasukkan perkatannya sendiri setelah perkataan Imam Al-Qurthubi dan
mengesankan bahwa perkataannya tersebut adalah perkataan Imam Al-Qurthubi,
sehingga Abu Salafy meletakkan tanda footnote[1] setelah perkataannya sendiri
dan bukan setelah perkataan Imam Al-Qurthubi"
Mari kita lihat kembali perkataan
Abu Salafy :
((Al Qurthubi berkata: “… maka
betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar) maksudnya:
Bagaimana mereka kafir dengan keesaan-Ku dan berbalik dari menyembah-Ku.
Artinya: Sesungguhnya mereka akan mengatakan jawaban itu dengan lisan mereka
saja ketika ditegakkan hujjah-hujjah atas mereka, sementara hakikatnya mereka
tidak mengatakan (berpendapat)nya.” [1] Tafsir al Jâmi’ Li Ahkâm al
Qur’ân,13/161))
Bahkan untuk memperhalus tipu
muslihatnya Abu Salafy menghitamkan/menebalkan perkataannya tersebut, karena
itulah perkataan yang sangat penting. Ternyata… itu bukan perkataan Imam
Al-Qurthubi akan tetapi perkataannya sendiri….!!!!???
Maka saya menghadiahkan kepada
Abu Salafy perkataan Abu Salafy sendiri ((Apakah itu ia sengaja ia lakukan
untuk menutup-nutupi kenyataan sebab tidak banyak santri yang akan
berkessempatan mengeceknya, apalagi kaum awam?! Atau karena alasan lain ?!))
Abu Salafy Tidak Paham Perkataan
Para Ulama Tafsir
Abu Salafy berkata : ((Tentang
Ayat 31 surah Yunus:
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ
السَّماءِ وَ الْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَ الْأَبْصارَ وَ مَنْ
يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَ يُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَ مَنْ
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَ فَلا تَتَّقُونَ
“Katakanlah:” Siapakah yang
memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah
yang mengatur segala urusan” Maka mereka akan menjawab:” Allah”. Maka
katakanlah:” Mengapa kamu tidak bertakwa) (kepada- Nya).”
* Al Qurthubui juga berkata:
“Maka mereka akan
menjawab:’Allah’.” Sebab mereka meyakini bahwa Sang pencipta adalah Allah. Atau
mereka akan mengatakan dia adalah “Allah” jika mereka mau berfikir dan bersikap
obyektif.”[2]
* Ibnu ‘Athiyyah berkata tentang ayat
di atas:
“Maka mereka akan
menjawab:’Allah’.” Tidak ada jalan bagi mereka kecuali mengatakannya dan mereka
tidak dapat menentang dengan selainnya.[3]
* Imam al baidhawi berkata:
“Maka mereka akan
menjawab:’Allah’.” Sebab mereka tidak dapat menentang dan membantah dalam
masalah ini mengingat begitu jelasnya bukti.[4]
* Al Gharnâthi berkata tentang
ayat 31 di atas:
“Katakanlah:” Siapakah yang
memberi rezeki kepadamu ….. “ Ayat ini adalah berargumentasi atas kaum kafir
dengan hujjah yang banyak lagi jelas yang tiada jalan bagi mereka melainkan
mengakuinya.”[5]
Abu Salafy berkata: Dan selain
mereka banyak Anda temukan keterangan serupa di antaranya dalam tafsir Fathu al
Qadîr; karya asy Syaukâni dan al jawâhir al Hisân karya ats Tsa’âlibi… demikian
juga keterangan mereka pada ayat surah al Mu’minun ayat 84-92!)) Demikianlah
perkataan Abu Salafy
Para pembaca yang budiman, pada
poin ini kembali Abu Salafy melancarkan tipu muslihatnya setelah berdusta atas
nama Imam Al-Qurthubi. Hal ini nampak dari dua sisi:
Pertama : Terus terang saya heran
dengan ustadz Abu Salafi ini, coba para pembaca membaca perkataan para mufassir
di atas. Apakah ada isyarat –bahkan meskipun isyarat dari jauh- dari para ahli
tafsir tersebut bahwasanya kaum musyrikin Arab hanyalah berpura-pura tatkala
menyatakan bahawasanya Allah lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
memberikan rizki??!!.
Justru perkataan para ahli tafsir
yang disampaikan oleh ustadz Abu Salafi semuanya mendukung tafsiran salaf
bahwasanya kaum musyrikin mengakui rububiyah Allah, sehingga Allah melazimkan
kepada mereka bahwasanya jika mereka mengakui Rububiyah Allah maka seharusnya
mereka hanya menyembah Allah saja, yaitu seharusnya mereka juga bertauhid
uluhiyah. Apakah Abu Salafy yang jago mengkritik Ibnu taimiyyah dan Albani
tidak bisa faham perkataan yang ia tulis sendiri yang merupakan terjemahan
perkataan para ahli tafsiir??. Sekali lagi saya harap Abu salafy lain kali
kalau menerjemahkan perkataan para ulama dicantumkan teks arabnya, kawatir
salah menerjemahkan, atau sudah benar terjemahannya namun salah kesimpulannya
sebagaimana di sini.
Kedua : Abu Salafy menyebutkan
banyak ahli tafsir dalam pernyataannya di atas agar mengesankan kepada para
pembaca bahwasanya yang berpendapat seperti dia adalah banyak dari kalangan
ulama. Padahal ini hanya tipu muslihat saja. Justru seluruh perkataan ahli
tafsir yang ia sebutkan mendukung apa yang telah ana jelaskan, bahwasanya kaum
musyrikin Arab mengakui bahwasanya Allah-lah satu-satunya yang telah
menciptakan langit dan bumi. Secara tidak langsung bisa dikatakan Abu Salafy
juga telah berdusta atas nama para ahli tafsir tersebut yang telah ia nukilkan
di sini.
Adapun perkataan Abu Salafy
((Dari sini dapat Anda saksikan bahwa keterangan saya bukan mengada-ngada dan tanpa
dasar rujukan kepada para ahli tafsir! Jika saudara Abu Abdil Muhsin Firanda
Andirja tidak sependapat dengan saya dalam memahami ayat-ayat di atas itu
adalah hak dia. Tetapi ia tidak berhak menganggap apa yang dia pilih adalah
satu-satunya tafsiran dalam ayat-ayat tersebut apalagi memaksa orang lain
menerima pilihannya itu!))
Firanda berkata : Praktekanlah
perkataanmu ini wahai abu salafy pada diri anda. Bukankah syaikh Muhammad bin
Abdil Wahhab telah menafsirkan dengan tafsiran salaf bahwasanya kaum musyrikin
Arab mengakui rububiyah Allah, lantas mengapa anda sewot untuk membantah
beliau, apalagi membantah beliau rahimahullah dengan nekad berdusta atas nama
Imam Al-Qurthubi secara sengaja??, dan juga berdusta atas nama para ahli tafsir
secara tidak langsung??!!
Abu Salafy Berusaha untuk
Melegalkan Pendapatnya dari Mujahid rahimahullah.
Abu Salafy berkata : ((Ibnu Jarîr
Menukil Bahwa Mujahid berpendapat Seperti Pendapat yang Kami Kemukakan
Ketika menafsirkan ayat 22 surah
al Baqarah, Ibnu Jarîr ath Thabari menukil dua pendapat tentang siapa yang
menjadi alamat pembicaraan Allah dengan firman-Nya:
فَلاَ تَجْعَلُوْا ِللهِ أَندَاداً
وَ أَنتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Oleh karena itu, janganlah
kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui (bahwa
tidak satupun dari para sekutu itu yang menciptakanmu dan memberikan rezeki
kepadamu).”
Pendapat pertama: yang dimaksud
adalah kaum Musyrik dan juga Ahlul Kitab. Pendapat ini dinukil dari Ibnu Abbas
ra.
Pendapat kedua: Yang dimaksud
adalah Ahlul Kitab. Kaum Musyrik tidak termasuk. Ini pendapat Mujahid. Juga
dari generasi Salaf.
“Kemudian Ibnu Jarîr ath Thabari
berkomentar, “Dalam hemat saya yang mendorong Mujahid berta’wil seperti itu dan
menyandarkan alamat pembicaraan itu hanya kepada Ahlul Kitab; Taurat dan Injil
bukan selain mereka adalah anggapan bahwa bangsa Arab tidak mengetahui bahwa
Allah itu adalah Sang Pencipta, Pemberi Rizki karena mereka mengingkari dan
mengkufuri keesaan Tuhan mereka dan mempersekutukan-Nya dalam penyembahan
sesembahan lain. Memang ini adalah pendapat yang juga ada. Hanya saja Allah SWT
mengabarkan dalam kitab-Nya bahwa mereka itu mengakui keesaan Allah hanya saja
mereka menyekutukan-Nya dalam penghambaan sesembahan-sesembahan lain.”[6]
Betapa pun ath Thabari tidak
memilih pendapat Mujahid namun adalah bukti bahwa di kalangan para penafsir Salaf
ada yang berpendapat seperti itu!)) Demikian perkataan Abu Salafy
Firanda berkata : Untuk
menjelaskan hal ini maka saya katakan :
Pertama : Marilah kita lihat
tafsiran Mujahid yang sebenarnya dengan sanadnya sebagaimana diriwayatkan oleh
Ibnu Jariir At-Thobari dan Ibnu Abi Hatim.
Adapun dalam tafsir At-Thobari
(1/393) maka sebagai berikut:
"…Dari Sufyaan (At-Tsauri)
dari seseorang dari Muhahid ((Janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan
bagi Allah padahal kalian mengetahui)) bahwasanya Allah adalah sesembahan yang
Esa (sebagaimana tersebut) di Tauroot dan Injiil"
Adapun pada tafsir Ibnu Abi
Haatim (1/62 no 232) adalah sebagai berikut:
"…Dari Sufyaan (At-Tsauri)
dari seseorang yang mengabarkan kepadanya dari Muhahid tentang firman Allah
((Janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah padahal kalian
mengetahui)) beliau (Mujahid) berkata : bahwasanya kalian mengetahui Allah adalah
sesembahan yang Esa (sebagaimana tersebut) di Tauroot dan Injiil"
Para pembaca yang budiman,
Mujahid bin Jabr Abul Hajjaaj wafat pada tahun 101 atau 102 atau 103 Hijriah
(lihat Tahdziib At-Thdziib 4/25-26 atau Taqriib At-Tahdziib hal 921) adapun
Sufyaan adalah Sufyaan bin Sa'iid bin Masruuq Ats-Tsauri maka beliau wafat pada
tahun 161 (lihat Tahdziib At-Tahdziib 2/56-58 atau Taqriib At-Tahdziib hal 394)
Sufyan At-Tsauri tidak termasuk
daftar orang-orang yang meriwayatkan dari Mujahid dan juga sebaliknya Mujahid
bukanlah termasuk daftar orang-orang yang diambil riwayatnya oleh Sufyaan
(silahkan kedua daftar tersebut dalam kita Tahdziib At-Tahdziib). Dan Sufyaan
At-Tsauri meninggal tatkala berumur 64 tahun pada tahun 161 H (lihat Taqriib
At-Tahdziib hal 394), berarti Sufyaan lahir sekitar tahun 97 Hijriyah. Hal ini
menunjukan bahwa tatkala Mujahid meninggal pada tahun 102 Hijriyah berarti
tatkala itu Sufyaan berumur sekitar 5 tahun. Oleh karenanya Sufyan meriwayatkan
dari Mujahid dengan perantara.
Dalam dua sanad hadits di atas
sangatlah nampak bahwasanya ada perantara antara Sufyan dan Mujahid yang
majhul, dan dalam ilmu hadits sanad yang seperti ini hukumnya lemah. Dan hal
ini tentunya diketahui oleh ustadz Abu Salafy yang pandai mengkritik syaikh Al-Albani
rahimahullah. Jika seandainya Sufyan termasuk murid Mujahid namun meriwayatkan
dengan perantara yang majhul dari Mujahid maka para ulama hadits menghukumnya
sebagai sanad yang lemah, apalagi jika ternyata Sufyaan bukan termasuk dari
muridnya Mujahid??!!
Kedua : Ada tafsiran dengan
banyak sanad yang bersambung dari Mujahid yang mendukung pendapat Muhammad bin
Abdil Wahhab rahimahullah dan berseberangan dengan pendapat Abu Salafy.
At-Thobari membawakan
riwayat-riwayat tersebut dalam tafsirnya (13/374-375) sebagaimana berikut ini:
Dalam atsar-atsar di atas Mujahid
menafsirkan tentang orang-orang musyrik secara umum (tanpa membatasi pada Ahlul
Kitab saja) bahwasanya mereka beriman bahwasanya Allah pencipta mereka, yang
memberi rizki kepada mereka, dan yang mematikan mereka.
Bahkan dalam atsar yang terakhir
Mujahid (dan juga Ikrimah dan 'Aamir) mereka berkata, "Tidak seorangpun
kecuali ia mengetahui bahwasanya Allah-lah yang menciptakannya dan menciptakan
langit dan bumi" (Lihat Tafsir At-Thobari 13/375)
Lantas kenapa ustadz Abu Salafy
memilih tafsir dari Mujahid dengan sanad yang lemah dan meninggalkan
tafsiran-tafsiran beliau dengan sanad yang bersambung?!!
Ketiga : Kalaupun tafsiran
Mujahid yang disebutkan oleh Abu Salafy adalah tafsiran yang shahih maka hal
ini sama sekali tidak menunjukkan bahwasanya beliau menyatakan bahwa kaum
musyrikin Arab mengingkari adanya Allah sebagaimana pernyataan Abu Salafy.
Coba perhatikan perkataan Mujahid
(dengan sanad yang lemah tersebut) :
"Bahwasanya kalian mengetahui
Allah adalah sesembahan yang Esa (sebagaimana tersebut) di Tauroot dan
Injiil"
Dalam perkataan di atas sama
sekali tidak ada pernyataan Mujahid bahwasanya kaum musyrikin Arab mengingkari
adanya Allah. Beliau hanya menjelaskan bahwasanya ayat 22 dari surat Al-Baqoroh
tersebut berkenaan dengan ahlul kitab Yahudi dan Nasoro.
Oleh karenanya apa yang dikatakan
oleh At-Thobari ((Dalam hemat saya yang mendorong Mujahid berta’wil seperti itu
dan menyandarkan alamat pembicaraan itu hanya kepada Ahlul Kitab; Taurat dan
Injil bukan selain mereka adalah anggapan bahwa bangsa Arab tidak mengetahui
bahwa Allah itu adalah Sang Pencipta, Pemberi Rizki karena mereka mengingkari
dan mengkufuri keesaan Tuhan mereka dan mempersekutukan-Nya dalam penyembahan
sesembahan lain. Memang ini adalah pendapat yang juga ada. Hanya saja Allah SWT
mengabarkan dalam kitab-Nya bahwa mereka itu mengakui keesaan Allah hanya saja
mereka menyekutukan-Nya dalam penghambaan sesembahan-sesembahan lain)) maka itu
hanyalah praduga Imam At-Thobari, namun kita tidak menerima praduga tersebut
karena beberapa hal diantaranya :
- Riwayat tafsiran Mujahid ini
lemah
- Lafal dari tafsiran Mujahid
tidak menunjukan akan hal itu
- Riwayat yang bersambung dari
Mujahid menunjukan kaum musyrikin Arab juga mengakui adanya Allah dan mengakui
rububiyah Allah
Tipu Muslihat Berikutnya
Abu Salafy menyebutkan
pendapat-pendapat lain dari para ulama tentang tafsir ayat 106 dari surat Yusuf
dengan mengesankan kepada para pembaca bahwa tafsiran-tafsiran tersebut
mendukung pendapat dia bahwasanya kaum musyrikin Arab mengingkari adanya Allah.
Padahal tafsiran-tafsiran yang ada tersebut sama sekali tidak menafikan
percayanya kaum musyrikin Arab dengan rububiyah Allah.
Abu Salafy berkata ((Tentang Ayat
106 Surah Yusuf
Allah SWT berfitman:
وَ ما يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ
بِاللَّهِ إِلاَّ وَ هُمْ مُشْرِكُونَ
“Dan sebahagian besar dari mereka
tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah
(dengan sembahan-sembahan lain).”
Adapun tentang ayat di atas, maka
perlu diketahui bahwa selain tafsir yang disebutkan saudara kita Abu Abdil
Muhsin Firanda Andirja juga ada pendapat lain yang disampaikan oleh Ibnu Jauzi
(w. 597 H) dalam tafsirnya yang jalas menerangkan bahwa mereka yang dimaksud
bukankah Mukmin sejatinya…ia berkata, “Jika dikatakan, ‘Bagaimana Allah
mensifati si musyrik itu dengan keimanan?’ Maka jawabnya, ‘Sesungguhnya yang
dimaksud bukanlah hakikat keimanan, akan tetapi maknanya bahwa kebanyakan
mereka meskipun mereka menampakkan keimanan dengan lisan-lisan mereka, mereka
itu adalah orang-orang musyrik.”[7]
Ibnu ‘Athiyah (W.546 H) menukil
Ibnu Abbas ra. sebagai berkata, “Ayat itu untuk Ahlul Kitab (Yahudi dan
Nashrani) mereka beriman kepada Allah kemudian mereka menyekutukan-Nya dari
sisi kekafiran mereka kepada nabi-Nya. Atau dari sisi perkataan mereka Uzair
itu anak Tuhan. Isa anak Tuhan… .”[8]
Adapun Ibnu Abi Hâtim ia menukil
dua riwayat tentang tafsir ayat ini. Pertama, bahwa ayat ini berbicarta tentang
syirik ashghar/kecil. Maksudnya adalah riyâ’. Ia berkata, ‘…. Dari Zakariya ibn
Zurarah ayahku bercerita kepadaku, ia baerkata, ‘Aku bertanya kepada Abu Ja’far
Muhammad ibn Ali tentang ayat: “Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman
kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan
sembahan-sembahan lain).” Maka berkata Abu Ja’far, “Syirik dalam ketaatan.
Seperti ucapann seorang, ‘Anda bukan karena Allah dan karena si fulan, … .”[9]
Pendapat Ibnu Jarîr ath Thabari
Seperti dikutip saudara kita dari
Ibnu Jarîr ath Thabari bahwa ia berkata:
Perkataan tentang ta’wil firman
Allah “Dan tidaklah kebanyakan mereka beriman kepada Allah kecuali mereka
berbuat kesyirikan” (QS Yusuf : 106)
Allah berkata: Dan tidaklah
kebanyakan mereka –yaitu yang telah disifati oleh Allah dengan firmanNya
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ
“Dan banyak sekali tanda-tanda
(kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka
berpaling dari padanya” mengakui bahwasanya Allah pencipta mereka, pemberi
rizki kepada mereka, dan pencipta segala sesuatu melainkan mereka berbuat
kesyirikian kepada Allah dalam peribadatan mereka kepada patung-patung dan
arca-arca dan menjadikan selain Allah sebagai tandingan bagi Allah dan
persangkaan mereka bahwasanya Allah memiliki anak. Maha tinggi Allah dari apa
yang mereka ucapkan.
Dan para ahli tafsir berpendapat
seperti pendapat kami ini.”[10]
Dari kutipan itu kita dapat
menyaksikan bagaimana Imam ath Thabari sadar bahwa kemusyrikan mereka dalam
penyembahan itu meskipun mereka beriman dalam pengesaan Allah dalam urusan
penciptaan dan pengaturan, bukanlah sebab tunggal. Tetapi di samping itu
dikeranakan mereka mengaku bahwa Allah punya anak.)) demikian perkataan Abu
Salafy
Tipu Muslihat Abu Salafy dalam
pemaparan diatas dari dua sisi :
Pertama : Tidak amanah dalam
menukil perkataan Ibnul Jauzii. Sebagai bukti maka saya akan membawakan
perkataan Ibnul Jauzi tersebut secara lengkap.
Abu Salafy menukil perkataan
Ibnul Jauzi ((“Jika dikatakan, ‘Bagaimana Allah mensifati si musyrik itu dengan
keimanan?’ Maka jawabnya, ‘Sesungguhnya yang dimaksud bukanlah hakikat
keimanan, akan tetapi maknanya bahwa kebanyakan mereka meskipun mereka
menampakkan keimanan dengan lisan-lisan mereka, mereka itu adalah orang-orang
musyrik.)) maka jika seseorang membacanya dengan sekilas maka seakan-akan
mengesankan bahwasanya Ibnul Jauzi berpendapat bahwasanya kaum muysrik arab
tidak beriman dengan rububiyah Allah, mereka hanya beriman dengan lisan mereka
saja.
Berikut nukilan Ibnul Jauzi
rahimahullah secara lengkap
((Firman Allah ((“Dan sebahagian
besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain))), maka tentang kaum
musyrikin di sini ada tiga pendapat.
Pendapat Pertama : Mereka adalah
kaum musyrikin, kemudian tentang makna ayat yang berkaitan dengan kaum
musyrikin ini ada dua pendapat. Yang pertama bahwasanya mereka beriman
bahwasanya Allah pencipta mereka dan yang memberi rizqi kepada mereka dan mereka
berbuat kesyirikan kepada Allah, Abu Sholeh meriwayatkan tafsiran ini dari Ibnu
Abbaas, dan ini pendapat Mujahid, Ikrimah, As-Sya'bi, dan Qotaadah .Yang kedua
ayat ini turun tentang talbiyahnya kaum musyrikin Arab, mereka berkata,
"Aku memenuhi panggilanMu Yaa Allah, aku memenuhi penggilanMu Yaa Allah
tidak ada syarikat bagiMu, kecuali syarikat milikMu, Engkau memiliki syarikat
itu,dan syarikat itu tidak memiliki". Tafsir ini diriwayatkan oleh
Ad-Dhohaak dari Ibnu Abbaas.
Pendapat Kedua : Mereka adalah
kaum Nashrani, mereka beriman bahwasanya Allah adalah pencipta mereka dan
pemberi rizki bagi mereka, meskipun demikian mereka berbuat kesyirikan kepada
Allah. Tafsiran ini diriwayatkan oleh Al-'Aufi dari Ibnu Abbaas
Pendapat Ketiga : Mereka adalah
kaum munafiq, mereka beriman secara dzohir karena riyaa' kepada orang-orang
akan tetapi dalam batin mereka kafir kepada Allah, ini tafsiran Al-Hasan
Jika dikatakan, ‘Bagaimana Allah
mensifati si musyrik itu dengan keimanan?’ Maka jawabnya, ‘Sesungguhnya yang
dimaksud bukanlah hakikat keimanan, akan tetapi maknanya bahwa kebanyakan
mereka meskipun mereka menampakkan keimanan dengan lisan-lisan mereka, mereka
itu adalah orang-orang musyrik)) Demikian perkataan Ibnu Jauzii secara lengkap.
Perkataan Ibnul jauzi yang
dinukil oleh Abu Salafy sama sekali tidak menunjukan bahwa kaum musyrikin baik
kaum musyrikin Arab maupun kaum Nashrani tidak percaya kepada adanya Allah.
Akan tetapi Ibnul Jauzii sedang menjelaskan tentang kaum musyrikin yang
disifati beriman oleh Allah karena pada hekekatnya keimanan mereka itu bukan
iman yang haqiqi, meskipun mereka mengakui dengan lisan-lisan mereka tentang
rubuiyah Allah (Allah pencipta dan pemberi rizki) namun mereka berbuat
kesyirikan dalam peribadatan. Karena Ibnul Jauzi telah menyatakan dalam
tafsirnya tatkala menafsirkan ayat 61 dari surat Al-Ankabuut (tanpa menyebutkan
khilaf sama sekali tentang tafsiran ayat 61 ini) bahwasanya kaum muyrikin Mekah
mengimani bahwasanya Allah yang menciptakan mereka dan memberi rizki kepada
mereka. Ibnul Jauzii berkata :
"Firman Allah ((Jika engkau
bertanya kepada mereka…)) yakni kaum kafir Mekah, dan mereka mengakui
bahwasanya Allah adalah pencipta dan Maha pemberi rizki. Hanyalah Allah
memerintahkan Nabi untuk berkata "Alhamdulillah" yaitu atas pengakuan
mereka (tersebut). Karena hal ini menjadikan mereka terkonsekuensikan dengan
hujjah, maka wajib bagi mereka untuk bertauhid (yaitu dalam peribadatan-pen).
((Akan tetapi kebanyakan mereka tidak memikirkan)) mentauhidkan Allah padahal
mereka mengakui bahwasanya Allah adalah Maha Pencipta" (Zaadul Masiir
6/283)
Kedua : Abu Salafy mengesankan
kepada para pembaca bahwa jika ada pendapat yang lain dalam satu ayat berarti
mendukung pendapatnya bahwasanya kaum musyrikin Arab tidak mengakui adanya
Allah. Ini merupakan tipu muslihat yang cukup halus sekali. Pendalilan Abu
salafy ini bisa benar jika ada satu tafsir dari seluruh ayat dalam Al-Qur'an
yang menyatakan bahwa kaum musyrikin Arab tidak mengakui adanya Allah. Namun kenyataannya
tidak ada satu tafsiranpun dari ayat-ayat di atas yang menyatakan pendapat Abu
Salafy.
Oleh karenanya saya meminta Abu
Salafy tolong tunjukan kepada saya satu tafsir saja dari ulama salaf (tentunya
dengan sanad yang bersambung dan shahih) atau bahkan dari ulama kholaf yang
menyatakan bahwasanya kaum musyrikin Arab tidak mengakui adanya Allah, dan
pengakuan mereka hanyalah pura-pura saja???!!!
Jika para pembaca membaca para
perkataan semua Ahli tafsir yang dinukil oleh Abu Salafy maka seluruh ahli
tafsir tersebut setuju bahwasanya kaum muysrikin Arab mengakui bahwasanya Allah
yang menciptakan mereka dan memberi rizki kepada mereka.
Adapun nukilan dari Ibnu Jauzi
maka telah lalu, adapun nukilan dari Ibnu Athiyyah (yang disampaikan oleh Abu
Salafy secara tidak lengkap) maka secara lengkapnya sbb :
Ibnu 'Athiyyah berkata, "Dan
firman Allah ((Dan kebanyakan mereka tidak beriman…)). Ibnu Abbaas berkata :
ayat ini tentang Ahlul Kitab yang mereka beriman kepada Allah kemudian mereka
berbuat kesyirikan dari sisi mereka kafir kepada nabi Allah, atau dari sisi
perkataan mereka "Uzair adalah anak Allah" dan Al-Masiih adalah anak
Allah".
Ikrimah, Mujaahid, Qotaadah, dan
Ibnu Zaid mengatakan bahwasanya ayat ini tentang kaum kafir Arab, dan keimanan
mereka adalah pengakuan mereka bahwasanya Allah Maha Pencipta, Maha pemberi
Rizki, Yang mematikan, maka Allah menamakan pengakuan mereka ini keimanan
meskipun keimanan tersebut disudahi dengan kesyirikan mereka terhadap
berhala-berhala dan patung-patung. Ini hanya iman secara bahasa saja dari sisi
pembenaran hal-hal tersebut.
Dan dikatakan bahwasanya ayat ini
turun disebabkan perkataan kaum Quraisy tatkala thowaf dan talbiyah "Ya
Allah tidak ada syarikat bagiMu kecuali syarikat milik-Mu, Engkau memilikinya
dan ia tidak memiliki" (Al-Muharroor Al-Wajiiz 3/285)
Demikian juga tafsiran para ahli
tafsir yang lainnya, tidak seorangpun dari mereka yang menyatakan bahwa kaum
musyrikin Arab mengingkari adanya Allah.
Kesimpulan :
Pertama : Abu Salafy telah
berdusta atas nama Imam Al-Qurthubi. Dan ini adalah hal yang ringan bagi Abu
Salafy, jika ia telah berani berdusta atas nama Ali bin Abi Tholib radhiallahu
'anhu (sebagaimana dalam bantahan ana : tentang tipu muslihat Abu salafy cs)
maka bagaimana lagi dengan Imam Al-Qurthubi??!!
Kedua : Abu Salafy tidak paham
perkataan para ahli tafsir. Sehingga akhirnya salah menyimpulkan. Inilah yang
membuat saya malas untuk membantah abu salafy lebih jauh lagi, karena begitu
soknya ia membantah Ibnu Taimiyyah, ana khawatir ia rupanya salah paham dengan
perkataan Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Ketiga : Semakin jelas bahwasanya
Abu Salafy dalam tafsirannya (bahwasanya kaum musyrikin arab sebenarnya
mengingkari adanya Allah dan hanya pura-pura tatkala menyatakan Allah yang
menciptakan langit dan bumi) tidak mengikuti satupun pendapat dari kalangan
salaf. Maka abu salafy hendaknya mengganti gelarnya dari abu salafy menjadi abu
kholafi.
Bahkan tidak ada seorangpun dari
para ahli tafsir dari kholaf yang berpendapat dengan pendapatnya. Oleh
karenanya tafsiran Abu salafy tersebut adalah bid'ah dalam ilmu tafsir yang
tidak pernah dinyatakan oleh seorangpun dari kalangan salaf dan kholaf. Dan
saya tidak akan mencabut pernyataan tafsiran bid'ah ini sampai Abu Salafy
mendatangkan satu ulama saja dari salaf maupun kholaf yang berpendapat seperti
pendapatnya. Oleh karenanya tidak pantas juga gelar abu salafy diganti menjadi
abu kholafy, akan tetapi yang pantas adalah abu bid'ah??!!. Dan gelar inipun
masih baik, namun tidak pantas bagi orang yang tidak berani menampakan jati
dirinya untuk berdialog. Oleh karena itu ana kawatir abu salafy ini bukanlah
seorang laki-laki akan tetapi seorang wanita. Jadi yang paling pantas adalah
digelari ummu bid'ah.
Keempat : Jika Abu salafy tidak
bisa mendatangkan satu ahli tafsir saja baik dari salaf maupun kholaf maka saya
menjadi curiga bahwasanya Abu Salafy bukan hanya mendukung aqidah kaum
Rofidhoh, bahkan juga mendukung kaum Jaringan Islam Liberal yang membolehkan
menafsirkan dengan hawa nafsu sendiri !!!!
Kelima : Jika Abu Salafy berhasil
mendatangkan pendapat satu ulama saja yang menyatakan bahwa kaum musyrikin Arab
mengingkari adanya Allah maka saya katakan bahwasanya :
1) Pendapat tersebut sangatlah
lemah karena bertentangan dengan dalil yang begitu banyak yang telah disebutkan
oleh para ahli tafsir. Dan sebagian dalil-dalil tersebut telah saya sebutkan
dalam tulisan saya di
(http://www.firanda.com/index.php/home/31/82-persangkaan-abu-salafy-al-majhuul-bahwasanya-kaum-musyrikin-arab-tidak-mengakui-rububiyyah-allah)
2) Sekali lagi orang yang
berpendapat dengan pendapat Abu Salafy ini telah dikatakan dungu oleh Ibnu
Jariir At-Thobari, beliau berkata "Sebagian orang dungu menyangka
bahwasanya orang-orang Arab tidak mengetahui Ar-Rohmaan dan kalimat Ar-Rohman
tidak terdapat dalam bahasa mereka, karenanya kaum musyrikin berkata kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ((Siapakah Ar-Rohmaan itu? Apakah kami akan
sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya )”?,)) QS
Al-Furqoon : 60, (mereka mengatakan demikian –red) karena mereka mengingkai
nama ini. Seakan-akan merupakan hal yang mustahil menurut orang dungu ini kalau
kaum musyrikin mengingkari sesuatu yang mereka tahu akan kebenarannya. Atau
seakan-akan orang dungu ini tidak membaca firman Allah ((Orang-orang yang telah
Kami berikan Al-Kitab kepada mereka (yaitu orang-orang yahudi-red)
mengetahuinya)) yaitu mengetahui (kebenaran) Nabi Muhmmad, namun meskipun
demikian mereka mendustakannya dan menolak kenabiannya. Maka dari sini
diketahui bahwasanya mereka (kaum musyrikin Arab) terkadang menolak apa yang
mereka telah tahu kebenarannya dan telah jelas diketahui oleh mereka"
(Tafsiir At-Thobari 1/130)
Dan pengingkaran kaum musyrikin
Arab itu hanyalah karena sikap ngeyel, bukan karena mereka tidak mengetahui
nama Ar-Rohmaan. Kalau orang yang menyangka bahwasanya kaum musyrikin Arab
tidak tahu penamaan Allah dengan Ar-Rohmaan telah dicap "Orang dungu"
oleh Ibnu Jariir, maka bagaimana lagi orang yang menyangka bahwasanya kaum
musyrikin Arab tidak mengetahui wujudnya Allah…??? (sebagaimana yang
disangkakan oleh Abu Salafy, sehingga tidak ada tuhan bagi mereka kecuali
arca-arca dan berhala-berhala mereka), maka entah cap apa yang akan diberikan
oleh Ibnu Jariir At-Thobari??!!
Keenam : Saya meminta Abu Salafy
jangan lari diskusi, dan saya harap diskusi kita teatur. Oleh karenanya
silahkan menanggapi tulisan pertama saya
(http://www.firanda.com/index.php/artikel/31-bantahan/76-mengungkap-tipu-muslihat-abu-salafy-cs)
yang mengungkap kedustaan dan manipulasi anda. Itu dulu yang saya tunggu
!!!!!!. Dan janganlah anda bersembunyi dibalik perkataan sombong anda ((Tadinya
saya tidak tertarik untuk meladeni artikel yang digelar di www.firanda.com yang
mengkritik tulisan saya, sebab terkesan tidak memahami pesan inti apa yang saya
tulis. Tetapi demi kebenaran dan agar tidak dianggap lari dari medan diskusi
maka saya pun menyempatkan diri menulis tanggapan ini…. itupun hanya
sekedarnya.. tidak menyoroti seluruh poin yang perlu ditanggapi!)). Buktikanlah
bahwa anda adalah seorang laki-laki yang berani dialog !!!
Bersambung…!!!
Madinah Munawwarah, 07 Safar 1432 / 11 Januari
2011
Firanda Andirja
Disalin
pada 23 May 2013
Untuk
lebih lengkapnya (teks arabnya), bisa klik sumbernya langsung, ada komentar dan
diskusi yang bermanfaat juga di sana.