Aroma Syi'ah Tercium Dari Idahram
Aroma syi'ah sangat mencolok dalam buku idahram
"Sejarah Berdarah….". Diantara yang menunjukan akan hal ini :
Pertama : Dalam bukunya (hal 203) idahram
menyebutkan bahwa setidaknya dalam dunia Islam ada tujuh madzhab yang dikenal,
yaitu Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki, Madzhab as-Syafii, Madzhab Hanbali,
Madzhab Dzohiri, Madzhab Ja'fari, dan Madzhab Imamiyah. Tentunya hal ini sangat
jelas menunjukkan pembelaan idahram terhadap dua madzhab syi'ah (Ja'fari dan
Imamiyah), dimana idahram mensejajarkan dua madzhab ini dengan madzhab-madzhab
Ahlus Sunnah (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali, dan Dzohiri). Dalam buku-buku Ahlus
sunnah wal jama'ah yang membicarakan tentang firqoh-firqoh sesat maka sekte
syi'ah dimasukkan dalam firqoh-firqoh sesat dan menyesatkan. Karena hal ini
merupakan kesepakatan ahlus sunnah wal jama'ah. Meskipun akhir-akhir ini ada
segelintir ahlus sunnah yang terpedaya oleh kaum syi'ah yang mencoba menjadikan
madzhab syi'ah sebagai madzhab yang ke 5 dalam dunia Islam.
Kedua : idahram sangat banyak menukil dari
buku-buku sejarawan syi'ah dalam rangka mencerca kaum salafy wahabi demikian
juga idahram banyak mengambil informasi dari situs-situs sekte syi'ah.
Ketiga : kedustaan yang banyak dilakukan ole
idahram, hal ini merupakan kebiasaan kaum syi'ah yang gemar berdusta, bahkan
menjadikan dusta (taqiyyah) sebagai ibadah yang sangat mulia.
Meskipun tidak bisa dipastikan apakah idahram
seorang syi'ah tulen yang sedang menyamar dan mengesankan dirinya sebagai
seorang penulis ahlus sunnah?, akan tetapi yang jelas idahram sedang
mempromosikan madzhab syi'ah dalam bukunya tersebut.
Judul buku idahram "Sejarah Berdarah Sekte
Salafi Wahabi, mereka membunuh semuanya termasuk para ulama!!, yang sangat
provokatif ini ternyata setelah diamati justru sangat cocok dengan kaum syi'ah.
Pembantaian ahlus sunnah di Syiria masih terus berlanjut hingga detik penulisan
buku ini…
Masih banyak masyarakat Indonesia yang masih
belum paham tentang aqidah dan bahayanya sekte syi'ah. Terlebih-lebih lagi
–semakin menjadikan samarnya kesesatan syi'ah- ternyata sebagian pemuka agama
di tanah air ikut-ikutan membela sekte syi'ah !!!.
Sungguh sangat menyedihkan tatkala nampak
sebagian sufi yang ikut-ikut melariskan kedustaan yang dihembuskan oleh kaum
syi'ah tentang gerakan dakwah Wahabi, lantas nampaklah kecondongan sebagian
kaum sufi tersebut kepada syi'ah, seakan-akan mereka melupakan bahwa kaum
syi'ah inilah yang telah mengkafirkan para sahabat, bahkan para ahlus sunnah,
bahkan membunuh dan membantai para ahlus sunnah !!!. Maka apakah karena
kesamaan yang terdapat pada sebagian sufi dengan syi'ah (sama-sama hobi
beribadah di kuburan) menjadikan sebagian kaum sufi ikut menyerang dakwah
Wahabi dan tidak membantah syi'ah bahkan malah menjadi "teman sejoli'??!!!
Karenanya dalam artikel ini akan dipaparkan
secara singkat tentang sejarah berdarah sekte syi'ah dan juga akan dikupas
tentang dasar-dasar aqidah kaum syi'ah agar jangan sampai masyarakat Indonesia
tertipu oleh mereka.
BAB PERTAMA
SEJARAH BERDARAH HITAM SEKTE SYI'AH
Mereka membunuh semuanya, para ulama, kaum usia
lanjut, para wanita, bahkan balita…!!!!
Kalau membicarakan tentang kejahatan kaum syi'ah
maka sangatlah banyak…dari zaman dahulu hingga masa kita sekarang. Terlalu
sering kita mendengar berita tentang pembantaian ahlus sunnah bahkan para ulama
ahlus sunnah di Iran dan Iraq…
Semua itu merupakan hal yang lumrah di mata
syi'ah.
Jika kita menyaksikan pembantaian anak-anak, para
wanita, orang-orang tua, penyiksaan dan pemerkosaan yang dilakukan oleh kaum
syi'ah di Suria… maka tidak perlu heran…pembantaian ahlus sunnah merupakan
ibadah di mata syi'ah. Mereka telah mewarisi adat kebiasaan mereka ini dari
nenek moyang mereka. Terlalu banyak potongan clip-clip video tentang
pembantaian ahlus sunnah di Suria yang dilakukan oleh Syi'ah An-Nushoiriyah
dengan cara yang sangat biadab, sebagiannya bisa dilihat di
(http://videosyiah.com/?dir=Membunuh%20Ummat%20Islam)
Sementara kenyataan yang ada tatkala Syi'ah hidup
di negeri ahlus sunnah maka mereka sama sekali hidup dengan tenang, dan bisa
menjalankan ibadah mereka dengan tenang tanpa ada gangguan dari ahlus sunnah.
Lihatlah bagaimana syi'ah bisa bebas bermondar-mandir di negara Arab Saudi yang
merupakan basisnya ahlus sunnah. Demikian pula keberadaan syi'ah di negeri
yaman, mereka bisa hidup dengan tenang, hanya saja akhir-akhir ini terjadi
peperangan sunnah versus syi'ah diakibatkan syi'ah yang memulai terlebih dahulu
menyerang sunnah.
Ahlus Sunnah Najis dan Halal Dibunuh Menurut Kaum
Syi'ah
Bagi siapa saja yang menelaah tentang aqidah
syi'ah terhadap ahlus sunnah maka ia tidak akan heran dengan pembantaian-pembantaian
yang dilakukan syi'ah terhadap Ahlus Sunnah. Syi'ah memandang kafirnya ahlus
sunnah, bahkan najis.
As-Sayyid Nimatullahi al-Jazaairi (wafat 1112 H),
seorang ulama terkemuka syi'ah dalam kitabnya yang sangat masyhur dan dijadikan
rujukan oleh kaum syi'ah (yaitu kitab al-Anwaar an-Nu'maaniyah, terbitan Daar
al-Kuufah, cetakan pertama tahun 1429 H/1998 M).
Ia berkata:
"Adapun Nashibi (*ahlus sunnah)…., makna
nashibi yang datang dalam riwayat-riwayat bahwasanya ia adalah najis, dan lebih
buruk daripada seorang yahudi, nasharani, dan majusi, dan ia adalah kafir najis
berdasarkan ijmak ulama imamiyah (syi'ah/rofidhoh)…, dan pendapat yang dipilih
oleh mayoritas Ashaab (ulama syi'ah) bahwasanya yang dimaksud dengan nashibi
adalah orang yang menegakan permusuhan kepada ahlu bait Muhammad dan nampak
kebencian mereka sebagaimana yang ada pada khawarij…." (Al-Anwaar
An-Nu'maaniyah 2/210)
Guru kami As-Syahiid Ats-Tsani…berpendapat bahwa
Nashibi adalah orang yang menegakan permusuhan kepada syi'ah ahlul baik, dan
nampak menjelek-jelakan mereka, sebagaimana ini adalah kondisi mayoritas
al-mukholifin/para penyelisihi (*yaitu ahlus sunnah) di zaman ini di setiap
kota. Dengan demikian maka tidak keluar dari definisi nasibi keculai
orang-orang yang lemah dari mereka, orang-orang yang taklid buta, orang-orang
pandir, para wanita dan yang semisalnya . Definisi nasibi ini lebih utama. Dan
ditunjukkan oleh sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh As-Shoduuq… ia berkata :
"Bukanlah nashibi orang yang menegakkan permusuhan kepada kita ahlul bait,
karena engkau tidak akan mendapati seroangpun yang berkata "Aku membenci
Muhammad dan keluarga Muhammad", akan tetapi nashibi adalah orang yang
menegakkan permusuhan kepada kalian, padahal dia tahu bahwasanya kalian berwalaa
kepada kami, dan kalian adalah syi'ah kami"
Dan banyak riwayat yang semakna dengan ini.
Dan telah diriwatahkan dari Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bahwasanya tanda orang-orang nashibi adalah mendahulukan
selain Ali atas Ali…maksudnya yaitu mendahukulan selain Ali di atas Ali yaitu
dengan cara meyakini hal tersebut dan memastikan….
Definisi ini didukung dengan bahwasanya para imam
dan pemuka-pemuka syi'ah telah memberikan lafal Nashibi kepada Abu Hanifah dan
yang semisalnya, padahal Abu Hanifah tidaklah menegakan permusuhan kepada ahlul
bait, bahkan ia mengkhususkan waktu untuk ke ahlul bait, ia menampakan
kecintaan kepada ahlul baik. Memang benar, ia menyelisihi pendapat ahlul bait,
ia berkata, "Ali berpendapat demikian, dan aku berpendapat demikian"
Dari sini memperkuat pendapat As-Sayyid
Al-Murtdho dan Ibnu Idriis, serta sebagian guru-guru kami di zaman ini akan
najisnya seluruh para penyelishi (ahlus sunnah), memandang adanya penggunaan
kalimat kufur dan syirik kepada mereka dalam al-kitab dan as-sunnah, dan lafal
ini mencakup mereka tatkala diitlakan. Dan karena sesungguhnya telah jelas bagi
engkau bahwasanya mayoritas mereka adalah nashibi dalam definisi ini (*memusuhi
syi'ah ahlul bait)
"Perkara yang kedua : yaitu tentang bolehnya
membunuh mereka (ahlus sunnah) dan halalnya harta mereka. Dan engkau telah
mengetahui bahwasanya mayoritas ashab (para ulama syi'ah) telah menyebutkan
pengertian nashibi dengan definisi khusus ini dalam bab thoharoh dan najis. Dan
hukum nashibi di sisi mereka (para ulama syi'ah) adalah seperti seorang kafir
harbi dalam mayoritas hukum-hukum fikih. Adapun berdasarkan definisi yang telah
kita sebutkan maka hukumnya mencakup (umum) sebagaimana engkau tahu, As-Shoduuq
meriwayatkan kepada Dawud bin Farqod, ia berkata, "Aku berkata kepada abu
Abdillah 'alaihis salaam, apa pendapatmu tentang membunuh nashibi?". Ia
berkata, "Nashibi darahnya halal, akan tetapi lindungilah dirimu, jika kau
mampu untuk menindihkan dinding kepadanya, atau menenggelamkannya di air agar
tidak ada yang menjadi saksi atas perbuatannya, maka lakukanlah !!". Aku
berkata, "Bagaimana pendapatmu tentang hartanya?", ia berkata,
"Ambilah semampumu !"
"Dalam riwayat-riwayat bahwasanya Ali bin
Yaqthin –ia adalah perdana mentri Harun Ar-Rosyiid- telah terkumpul dipenjaranya
sekelompok mukholifin/penyelisih (*ahlus sunnah), dan Ali bin Yaqthiin adalah
termasuk tokoh syi'ah. Maka iapun memerintahkan anak buahnya, maka merekapun
merobohkan atap penjara agar menimpa orang-orang yang dipenjara tersebut
(*yaitu ahlus sunnah) maka merekapun seluruhnya mati. Jumlah mereka sekitar 500
orang. Maka Ali bin Yaqthin ingin terbebaskan dari akibat urusan darah mereka,
lalu iapun mengirim surat kepada al-Imam al-Kazhim 'alaihis salaam (*untuk
bertanya kepadanya), maka Al-Kazhim menulis kepadanya jawaban suratnya :
"Bahwasanya jika engkau mengirim surat kepadaku sebelum engkau membunuh
mereka maka engkau tidak akan membayar apapun karena membunuh mereka, akan
tetapi karena engkau tidak bertanya kepadaku maka hendaknya engkau membayar
kaffaroh/denda, atas setiap lelaki yang engkau bunuh diantara mereka dengan
seekor kambing, dan kambing lebih baik darinya". Lihatlah diyat/denda yang
sangat rendahan ini, tidak sebanding dengan denda saudara bungsu mereka yaitu
anjing pemburu, karena diyat/denda membunuh anjing pemburu adalah 20 dirham.
Dan tidak pula sebanding dengan diyat/denda membunuh saudara sulung mereka
yahudi atau majusi yaitu 800 dirham. Dan kondisi mereka (ahlus sunnah) di
akhirat lebih rendah dan lebih najis"
(Demikian perkataan Ni'matullah al-Jazaarir dalam kitabnya Al-Anwaar
An-Nu'maaniyah 2/212)
Kesimpulan dari penjelasan Ni'matullah
Al-Jazaairi di atas adalah sebagai berikut :
Pertama : Definisi nashibi yang lebih benar
adalah orang yang menegakan permusuhan kepada syi'ah para pembela ahlul bait.
Kedua : Dari definisi ini menurut pernyataan para
ulama syi'ah, Imam Abu Hanifah rahimahullah termasuk nashibi, meskipun ia
menampakan cintanya kepada ahlul bait, akan tetapi ia menyelisihi perkataan Ali
bin Abi Tholib.
Ketiga : Nashibi (ahlus sunnah) hukumnya
seluruhnya kafir dan najis. Hanya saja dikecualikan dari mereka para wanita,
para orang pandir, para orang lemah, orang-orang yang taqlid buta.
Keempat : Karena nashibi (ahlus sunnah) kafir dan
najis, maka boleh membunuh mereka dan merampas harta mereka.
Kelima : Kalau bisa membunuh ahlus sunnah dengan
cara diam-diam sehingga tidak ketahuan dan terselamatkan dari persaksian orang
lain.
Keenam : Kalaupun harus membayar diyat (denda)
membunuh ahlus sunnah maka cukup dibayar dengan seekor kambing, yang denda ini
lebih rendah dari pada denda membunuh seorang yahudi dan majusi, bahkan lebih
rendah dari denda membunuh seekor anjing. Dan ahlus sunnah di akhirat kelak
lebih najis dan lebih hina lagi.
Oleh karenanya sebagian syi'ah zaman sekarang
berani terang-terangan menyatakan wajibnya membunuh Ahlus Sunnah.
Berkata Hazim al-A'roji -salah seorang pemimpin
pasukan syi'ah-, "Fatwa sudah ada…fatwa sudah ada…. bahwasanya wahabi
najis, bahkan lebih najis dari pada anjing…. perangilah seluruh wahabi
najis"
As-Syirozi –salah seorang ulama besar syi'ah abad
ini- berkata,
فالوهابي الإرهابي الكافر الناصبي الوحشي يجب قتله وكل من يؤيده...من رجل الدين أو غير رجل الدين يجب قتله. ومن لا يقول بوجوب قتل هؤلاء وبوجوب قتل مؤيدهم فهو علانيةً يكفر بالقرآن
"Wahabi yang teroris, kafir, nashibi, bengis
wajib untuk dibunuh, dan juga semua orang yang mendukungnya… baik dari kalangan
agamis maupun bukan, wajib untuk dibunuh. Dan barang siapa yang tidak
menyatakan wajib membunuh mereka atau wajib membunuh pendukung mereka maka ia
telah kafir kepada Al-Qur'an secara terang-terangan" silahkan lihat pernyataan kedua orang ini di
(http://www.youtube.com/watch?v=2ZTwRWyX3E4)
bersambung...
Diterbitkan pada 07 September 2012
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
Disalin pada 20 Juni 2013
Untuk lebih lengkapnya (teks arabnya), bisa klik
sumbernya langsung, ada komentar dan diskusi juga di sana.