Persangkaan Abu Salafy Al-Majhuul
Bahwasanya Kaum Musyrikin Arab Tidak Mengakui Rububiyyah Allah
Diterbitkan pada 10 November 2010
Abu Salafy mengkritik kitab
Kasyfu As-Syubhaat karya Muhammad bin Abdul Wahhaab yang menjelaskan di awal
kitab tersebut bahwasanya orang-orang musyrik yang diperangi oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam mengakui bahwasanya Allah satu-satunya yang
menciptakan alam semesta ini, yang memberi rizki, yang menghidupkan dan
mematikan.
Ustadz Abu Salafy berkata ((Kaum
Musyrikun tidak beriman dengan sebagian Tauhid Rububiyyah, tidak juga beriman
dengan tauhid Uluhiyyah (penyembahan kepada Allah). Semua mengetahui bahwa kaum
musyrikun menyembah berhala-berhala dan arca-arca. Apa yang mereka lakukan
tidak terbatas hanya pada memohon syafa’at kepada arca-arca tersebut. Bahkan
seperti disebutkan sebagian ulama pernyataan kaum Musyrikun yang mengakui
Rububiyyah (Tauhid dalam Pencipta) itupun disampaikan dengan tujuan membela
diri tanpa konsistensi dalam meyakini dan menjalankannya. Atau keyakinan
seperti itu hanya diyakini oleh sebagian mereka saja, tidak seluruh mereka,
terbukti bahwa di antara mereka ada yang sama sekali tidak percaya Tuhan dan
tidak percaya adanya hari kebangkitan))(lihat :
http://abusalafy.wordpress.com/2008/04/22/kasyf-asy-sybuhat-doktrin-takfir-paling-ganas-14/)
Abu Salafy juga berkata :((Di
sini ia (Muhammad bin Abdil Wahhaab-red) hanya menyebut ayat-ayat yang
menunjukkan kepercayaan global kaum Musyrikûn bahwa Allah Pencipta dan Pemberi
rizki. Sementara itu pernyataan mereka itu bisa saja mereka sampaikan dalam rangka
membela diri di hadapan hujatan tajam Al Qur’an, bukan muncul dari i’tiqâd dan
keimanan. Sebab jika benar keyakinan mereka itu, pastilah meniscayakan mereka
menerima keesaan Allah dan karasulan Nabi Muhammad saw. serta konsistensi dalam
menjalankan berbagai ibadah yang diajarkannya. Karenanya, Allah SWT memerintah
Nabi-Nya agar mengingatkan mereka akan konsekuansi dari apa yang mereka
nyatakan itu; Maka katakanlah: ”Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).” dan.
Katakanlah: ”(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu.”?!
Seakan Allah SWT mengecam mereka
bahwa mereka bebohong dalam apa yang mereka nyatakan dengan lisan mereka! Dan
sesungguhnya mereka tidak beriman kepada Allah sebagai Dzat Maha Pencipta,
Khâliq, Maha Pemberi rizki, Râziq. Sementara pada waktu yang sama mereka juga
tidak dapat memngatakan bahwa berhala-berhala sesembahan mereka itulah yang
menciptakan langit dan bumi.
Demikian sebagian ulama Islam
memahami ayat-ayat di atas. Dan andai pemahaman di atas ini tidak disetujui dan
dianggap lemah, dan apa yang dinyatakan kaum Musyrikûn itu adalah sesuai apa
yang mereka yakini, maka perlu diketahui bahwa sekadar mengimani Allah sebagai
Dzat Maha Pencipta, Khâliq, Maha Pemberi rizki, Râziq tidaklah cukup alasan
dikelompokkan sebagai kaum beriman jika mereka menyembah selain Allah SWT.
seperti yang dilakukan kaum Musyrikûn)) (lihat
http://abusalafy.wordpress.com/2008/02/25/kitab-kasyfu-asy-sybubuhat-doktrin-takfir-wahhabi-paling-ganas3/)
Para pembaca yang budiman, dari
penggalan-penggalan perkataan ustadz Abu Salafy di atas kita bisa melihat
dengan sangat jelas bahwasanya sang ustadz meragukan bahwasanya kaum musyrikin
mengakui bahwasanya Allah-lah yang menciptakan alam semesta dan memberi rizqi
kepada mereka. Dan sang ustadz mentakwilkan seluruh ayat dalam Al-Qur'an -yang
menyebutkan tentang pengakuan kaum musyrikin tersebut- kepada makna bahwasanya
pengakuan tersebut hanyalah kebohongan yang diucapkan kaum musyrikin untuk
berkilah saja.
Untuk mendukung pemahamannya ini
sang ustadz membawakan firman Allah yaitu :
وَ إِذا قيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا
لِلرَّحْمنِ قالُوا وَ مَا الرَّحْمنُ أَ نَسْجُدُ لِما تَأْمُرُنا وَ زادَهُمْ
نُفُوراً
“Dan apabila dikatakan kepada
mereka:” Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang”, mereka menjawab:”
Siapakah yang Maha Penyayang itu Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu
perintahkan kami (bersujud kepada-Nya )”, dan (perintah sujud itu) menambah
mereka jauh (dari iman ).” (QS. Al Furqan [25];60
Ustadz Abu Salafy berkata :
((Bahkan dzahir dari ayat di atas ini jelas sekali bahwa mereka tidak mau sujud
selain kepada arca dan berhala mereka, dan hanya berhala-berhala itu yang
mereka yakini sebagai tuhan dan tiada tuhan selainnya!)) (lihat
http://abusalafy.wordpress.com/2008/02/24/kitab-kasyfu-asy-sybubuhat-doktrin-takfir-wahhabi-paling-ganas2/)
Dan untuk semakin menegaskan
kebenaran pemahaman ini maka sang ustadz Abu Salafy mengatakan bahwasanya ini
adalah pemahaman sebagian ulama Islam.
Maka pada kesempatan kali ini
saya ingin mengajak para pembaca yang budiman untuk melihat perkataan para
mufassirin tentang ayat-ayat tersebut, apakah sebagaimana yang dipahami oleh
ustadz Abu Salafy??!!
PERKATAAN SAHABAT DAN PARA TABIIN
:
Ibnu Jarir At-Thobari -Imamnya
para ahli tafsir- dalam tafsirnya (Jaami'ul Bayaan 'an takwiil Aayi Al-Qur'aan
tatkala menafsirkan surat Yusuf ayat 106), beliau berkata :
((Perkataan tentang penafsiran
firman Allah "Dan tidaklah kebanyakan mereka beriman kepada Allah kecuali
mereka berbuat kesyirikan" (QS Yusuf : 106)
Allah berkata : Dan tidaklah
kebanyakan mereka –yaitu yang telah disifati oleh Allah dengan firmanNya
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ
عَنْهَا مُعْرِضُونَ "Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit
dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya"
(QS Yusuf : 105)- mengakui bahwasanya Allah pencipta mereka, pemberi rizki
kepada mereka, dan pencipta segala sesuatu melainkan mereka berbuat kesyirikian
kepada Allah dalam peribadatan mereka kepada patung-patung dan arca-arca dan
menjadikan selain Allah sebagai tandingan bagi Allah dan persangkaan mereka
bahwasanya Allah memiliki anak. Maha tinggi Allah dari apa yang mereka ucapkan.
Dan para ahli tafsir berpendapat
seperti pendapat kami ini)) (Tafsir At-Thobari 13/372)
Setelah itu Imam Ibnu Jarir
At-Thobari menyebutkan perkataan para ahli tafsir dari kalangan para sahabat
dan para tabi'in tentang tafsiran ayat ini. Beliau kemudian meriwayatkan dengan
sanadnya dari Ibnu Abbas –radhiallahu 'anhumaa-, beliau berkata :
"Termasuk keimanan mereka
adalah jika dikatakan kepada mereka : Siapakah yang menciptakan langit?,
siapakah yang menciptakan bumi?, siapakah yang menciptakan gunung?, mereka
menjawab : Allah. Namun mereka berbuat kesyirikan" (Tafsir At-Tobari
13/373)
Ibnu Jarir juga meriwayatkan
dengan sanadnya dari Ikrimah –rahimahullah- beliau berkata
"Termasuk kemimanan mereka
adalah jika dikatakan kepada mereka : Siapakah yang menciptakan langit?, mereka
menjawab : Allah. Jika mereka ditanya : Siapakah yang menciptakan kalian?,
mereka menjawab : Allah. Padahal mereka berbuat kesyirikan kepada Allah"
(Tafsir At-Thobari 13/373)
Ikrimah juga berkata :
"Itulah firman Allah
"Jika engkau bertanya kepada mereka, siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?, maka mereka akan berkata : Allah" (QS Luqmaan : 25 dan Az-Zumar :
38). Maka jika mereka ditanya tentang Allah dan sifatNya maka mereka mensifati
Allah dengan sifat-sifat yang bukan merupakan sifat-sifat Allah, dan mereka
menjadikan bagi Allah anak, dan mereka berbuat kesyirikan kepada Allah"
(Tafsir At-Thobari 13/373-374)
Ibnu Jarir At-Thobari juga
meriwayatkan dengan sanadnya dengan beberapa jalan dari Mujahid -rahimahullah-,
diantaranya beliau berkata :
"Keimanan mereka adalah
perkataan mereka : Allah pencipta kami dan Yang memberi rizki kepada kami dan
mematikan kami. Inilah keimanan (mereka) bersama keyirikan mereka dengan
beribadah kepada selain Allah" (Tafsir At-Thobari 13/374)
Ibnu Jarir At-Thobari juga meriwayatkan dengan
sanadnya dari Qotaadah –rahimahullah-, beliau berkata :
"Keimanan mereka ini,
(yaitu) tidaklah engkau bertemu dengan seorangpun dari mereka kecuali ia
mengabarkan kepadamu bahwasanya Allah adalah Robnya, dan Dialah yang telah
menciptakannya dan memberi rizki kepadanya. Padahal dia berbuat kesyirikan
dalam ibadahnya" (Tafsir At-Thobari 13/375)
Ibnu Jarir At-Thobari juga
meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam rahimahullah,
beliau berkata :
"Tidak seorangpun yang
menyembah selain Allah –bersama penyembahannya terhadap Allah- kecuali ia
beriman kepada Allah dan mengetahui bahwasanya Allah adalah Robnya, dan Allah
adalah penciptanya dan pemberi rizkinya, dan dia berbuat kesyirikan kepada Allah.
Tidakkah engkau lihat bagaimana peraktaan Nabi Ibrahim :
قَالَ أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ
تَعْبُدُونَ (٧٥)أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الأقْدَمُونَ (٧٦)فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِي
إِلا رَبَّ الْعَالَمِينَ (٧٧)
Ibrahim berkata: "Maka
Apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek
moyang kamu yang dahulu?, karena Sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah
musuhku, kecuali Tuhan semesta alam (QS As-Syu'aroo 75-77)
Nabi Ibrahim telah mengetahui
bahwasanya mereka menyembah (juga) Allah bersama dengan penyembahan mereka
kepada salain Allah. Tidak seorangpun yang berbuat syirik kepada Allah kecuali
ia beriman kepadaNya. Tidakkah engkau lihat bagaimana orang-orang Arab bertalbiah?,
mereka berkata : "Kami memenuhi panggilanmu Ya Allah, kami memenuhi
panggilanmu, tidak ada syarikat bagiMu, kecuali syarikat milikMu yang Engkau
menguasainya dan dia tidak memiliki apa-apa". Kaum musyrikin Arab dahulu
mengucapkan talbiah ini" (Tafsir At-Thobari 13/376)
Maka saya katakan kepada ustadz
Abu salafy : Inilah penafsiran sahabat dan para tabi'in –yang sesuai dengan
penafsiran syaikh Muhammad bin Abdil Wahhaab-, semuanya sepakat bahwasanya kaum
musyrikin mengakui bahwa Allah pencipta mereka dan yang member rizki kepada
mereka, maka manakah salaf anda yang menafsirkan sebagaimana penafsiran anda
bahwasanya kaum musyrikin tidak mengakui Allah sebagai pencipta dan pemberi
rizki kepada mereka??, dan pernyataan mereka bahwasanya Allah pencipta mereka
hanyalah di lisan saja dan tidak dihati, mereka menyatakan demikian hanya untuk
membela diri????
Pantaskah anda menggelari diri
anda Abu Salafy namun anda tidak mengikuti seorang salafpun dalam aqidah??!!.
Dalam hal ini anda tidak memiliki seorang salafpun sebagaimana juga dalam
aqidah anda Allah tidak di atas juga tanpa salaf. Oleh karenanya saya
menganjurkan anda untuk mengganti kunyah anda dengan Abu Kholafy, agar lebih
baik dan lebih pas.
PERKATAAN PARA MUFASIR
Pertama : Perkataan Imamnya para
mufassir Ibnu Jarir At-Thobari (224 H-310 H), beliau berkata di tafsirnya
(18/439)
"Perkataan tentang tafsir
firman Allah وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا
بِهِ الأرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ
بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْقِلُونَ
Dan Sesungguhnya jika kamu
menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu
menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" tentu mereka akan
menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah",
tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya) (QS Al-'Ankabuut : 63)
Allah berkata kepada NabiNya
Muhammad –shallallahu 'alaihi wa sallam- : Jika engkau –wahai Muhammad-
bertanya kepada mereka yaitu orang-orang yang muyrik kepada Allah dari kaummu
"Siapakah yang menurunkan air dari langit –yaitu air hujan yang Allah
turunkan dari awan-, lalu dengan air tersebut Allah menumbuhkan bumi dengan
menumbuhkan tumbuhan??..."
Sungguh mereka (kaum musyrikin
Arab -red) akan menjawab : Allahlah yang telah melakukan semua itu"…
Maka karena kebodohan mereka,
mereka menyangka bahwasanya dengan ibadah yang mereka lakukan kepada
sesembahan-sesembahan mereka selain Allah maka mereka akan meraih kedekatan di
sisi Allah. Mereka tidak tahu bahwasanya dengan ibadah mereka tersebut
menyebabkan kebinasaan mereka, menjadikan mereka kekal di dalam api
neraka" (Tafsir At-Thobari 18/439)
Para pembaca yang budiman dari perkataan Ibnu
Jarir At-Thobari di atas sangatlah jelas dua perkara;
-
Ibnu Jarir menyatakan bahwa kaum musyrikin Arab di zaman Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam mengakui bahwa Allah-lah yang menurunkan air
hujan dan menumbuhkan tanaman di bumi
-
Ibnu Jarir menyatakan bahwasanya kesyirikan kaum musyrikin Arab yaitu
mereka menjadikan sesembahan-sesembahan mereka sebagai sarana untuk mendekatkan
diri mereka kepada Allah.
Dan sebagaimana telah berlalu
nukilan perkataan Ibnu Jarir At-Thobari diatas tatkala menafsirkan QS Yusuf :
106 dimana beliau dengan sangat tegas menjelaskan bahwasanya kaum musyrikin
dahulu mengakui bahwasanya Allah adalah pencipta mereka dan pemberi rizki
kepada mereka. Bahkan beliau menegaskan bahwa pendapat ini adalah pendapat para
ahli tafsir. Dan Ibnu Jarir tidak menyebutkan adanya khilaf diantara para ahli
tafsir dalam hal ini. Padahal kebiasaannya Ibnu Jarir jika ada khilaf diantara
para ahli tafsir maka ia akan menyebutkannya.
Kedua : Az-Zamakhsyari (467 H-538
H)
Beliau berkata dalam kitab tafsir
beliau Al-Kasysyaaf :
"Dan Sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan
menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab:
"Allah". (QS Al-'Ankabuut : 61)
"Kata ganti (orang ketiga
jamak-red) dalam firman Allah ((Jika engkau bertanya kepada mereka)) yang
dimaksud adalah penduduk kota Mekah. ((Maka bagaimana mereka (dapat)
dipalingkan (dari jalan yang benar))), bagaimana mereka bisa dipalingkan dari
bertauhid kepada Allah dan dipalingkan dari tidak berbuat kesyirikan kepada
Allah?? Padahal mereka mengakui bahwasanya Allah pencipta langit dan bumi"
(Al-Kasyaaf 4/559)
Sangatlah jelas bahwasanya
Az-Zamkhsyari menetapkan bahwasanya kaum musyrikin kota Mekah mengakui
bahwasanya Allah pencipta langit dan bumi, akan tetapi pengakuan mereka
tersebut tidak membuat mereka mentauhidkan Allah dalam uluhiyah (peribadatan).
Ketiga : Al-Fakhr Ar-Roozi (544 H
– 604 H)
Beliau berkata dalam tafsiir
beliau:
"Kemudian Allah berfirman
'Maka bagaimana mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)' yaitu
mereka (kaum musyrikin-red) mengakui hal ini (bahwasanya Allah maha
pencipta-red) maka bagaimana mereka bisa dipalingkan dari peribadatan kepada
Allah?. Padahal barangsiapa yang mengetahui keagungan Allah maka wajib baginya
untuk tunduk kepadaNya, dan tidak ada keagungan yang lebih tinggi dari
keagungan Pencipta langit dan bumi" (Mafaatiihul Goib (tafsiir ar-Roozi)
25/90)
Keempat : Imam Al-Qurtubi (wafat 671 H)
Beliau berkata ;
"Firman Allah "Jika
engkau bertanya kepada mereka : Siapakah yang menurunkan air dari langit"
yaitu hujan yang turun dari awan, "Lalu Allah menghidupkan bumi dengan air
tersebut setelah matinya bumi" yaitu musim kemarau dan kering ??, maka
"mereka benar-benar akan berkata Allah". Yakni jika kalian mengakui
hal ini maka kenapa kalian berbuat syirik kepada Allah dan mengingkari
pengembalian (yaitu Allah menghidupkan kembali mayat-mayat dari kuburan mereka
pada hari kiamat kelak-red)?? …" (Tafsir Al-Qurthubi atau Jaami' Li
Ahkaamil Qur'aan 16/387)
Dari perkataan Al-Qurtubi di atas
sangatlah jelas dua perkara ;
- Imam al-Qurthubi menyatakan
bahwasanya kaum musyrikin mengakui bahwasanya Allah-lah yang telah menurunkan
air hujan.
- Imam Al-Qurthubi menjelaskan
bahwasanya pengakuan mereka ini dijadikan dalil oleh Allah untuk melazimkan
mereka untuk beriman kepada tauhid ululhiyah (yaitu dengan tidak berbuat
kesyirikan) dan melazimkan mereka untuk beriman dengan hari kiamat, dimana
Allah mampu untuk menghidupkan kembali mayat-mayat dari kuburan mereka.
Kelima : Abu Hayyaan Al-Andalusi
(wafat 745 H)
Beliau rahimahullah berkata :
"Dan tatkala Allah
mengabarkan bahwasanya mereka mengakui bahwasanya pencipta alam semesta,
pengatur matahari dan bulan, dan yang menghidupkan bumi setelah matinya adalah
Allah maka pengakuan mereka itu melazimkan (memberikan konsekuensi) kepada
mereka (untuk mengakui-red) bahwasanya pemberi rizki kepada para hamba adalah
hanyalah Allah, Dialah yang menanggung rizki para hamba. Dan Allah
memerintahkan Rasulullah untuk memuji Allah karena pada pengakuan mereka
tersebut yaitu mentauhidkan Allah dalam penciptaan dan tidak adanya syarikat
bagi Allah dalam penciptaan maka hal itu merupakan hujjah untuk membantah
mereka. Karena mereka menyandarkan hal tersebut (penciptaan) kepada Allah namun
mereka menyembah berhala.
"Dan kebanyakan mereka tidak
berakal" karena mereka mengakui Allah sang pencipta dan yang menghidupkan
akan tetapi mereka menyembah selain Allah" (Tafsir Al-bahr Al-Muhiith
7/154)
Pernyataan Abul Hayyaan Al-Andalusi rahimahullah
di atas jelas menunjukan bahwa :
- Beliau menyatakan bahwa kaum
musyrikin mengakui bahwasanya Allah satu-satunya pencipta, bahkan Abul Hayyan
menegaskan bahwasanya mereka kaum musyrikin mentauhidkan Allah dalam penciptaan
- Beliau menyatakan bahwa pengakuan
kaum musyrikin ini merupakan hujjah yang menjadi bumerang untuk membantah
mereka sendiri agar mereka meninggalkan penyembahan berhala.
Keenam : Ibnu Katsiir (774 H)
Beliau berkata tatkala
menafsirkan firman Allah QS Al-'Ankabuut :61:
"Karena orang-orang musyrik
–yang menyembah Allah dan juga selain Allah- mengakui bahwasanya Allah
bersendirian dalam menciptakan langit dan bumi, matahari dan bula, pengaturan
malam dan siang, dan mereka mengakui bahwasanya Allah adalah Maha Pencipta dan
Maha Pemberi bagi hamba-hambaNya…
Jika perkaranya demikian maka
kenapa menyembah selain Allah?, kenapa bertawakal kepada selainNya?.
Sebagaimana Allah Maha Esa dalam kerajaanNya maka hendaknya Allah juga Maha Esa
di dalam penyembahanNya.
Sering kali Allah menetapkan
uluhiyyahNya dengan (berdalil dengan) pengakuan (kaum musyrikin) tehadap
rububiyyahNya. Kaum musyrikin Arab mengakui rububiyyah Allah, sebagaimana
mereka berkata dalam talbiyah mereka : "Kami memenuhi panggilanMu Ya
Allah, tidak ada syarikat bagimu, kecuali syarikat milik-Mu yang Engkau
memilikinya dan dia tidak memiliki apa-apa" (Tafsiir Al-Qur'aan Al-'Adziim
10/528)
Demikianlah para pembaca budiman
nukilan dari perkataan para ahli tafsiir. Sangatlah jelas bahwasanya mereka
seluruhnya bersepakat dalam:
- Bahwasanya kaum musyrikin Arab
mengakui keesaan Allah dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta
- Pengakuan mereka tersebut
(mereka mentauhidkan Allah dalam rububiyyah) seharusnya menjadikan mereka
bertauhid kepada Allah dalam uluhiyyah (peribadatan)
Namun anehnya Abu Salafy
mengesankan bahwasanya ada ulama Islam yang mendukung pendapatnya bahwasanya
kaum musyrikin Arab tidak mengakui keesaan Allah dalam penciptaan dan
pengaturan alam semesta. Abu Salafy berkata ((Sementara itu pernyataan mereka
itu bisa saja mereka sampaikan dalam rangka membela diri di hadapan hujatan
tajam Al Qur’an, bukan muncul dari i’tiqâd dan keimanan. Sebab jika benar
keyakinan mereka itu, pastilah meniscayakan mereka menerima keesaan Allah dan
karasulan Nabi Muhammad saw. serta konsistensi dalam menjalankan berbagai
ibadah yang diajarkannya. Karenanya, Allah SWT memerintah Nabi-Nya agar
mengingatkan mereka akan konsekuansi dari apa yang mereka nyatakan itu; Maka
katakanlah: ”Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).” dan. Katakanlah:
”(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu.”?!
Seakan Allah SWT mengecam mereka
bahwa mereka bebohong dalam apa yang mereka nyatakan dengan lisan mereka! Dan
sesungguhnya mereka tidak beriman kepada Allah sebagai Dzat Maha Pencipta, Khâliq,
Maha Pemberi rizki, Râziq. Sementara pada waktu yang sama mereka juga tidak
dapat memngatakan bahwa berhala-berhala sesembahan mereka itulah yang
menciptakan langit dan bumi.
Demikian sebagian ulama Islam
memahami ayat-ayat di atas))
Maka saya ingin bertanya manakah
ulama Islam yang berpemahaman seperti pemahaman Abu Salafy ini?? Mana ahli
tafsir yang berpemahaman seperti pemahaman Abu Salafy ini?? Apalagi dari
kalangan salaf??
Hal ini semakin membuktikan
bahwasanya gelar Abu salafy hendaknya diganti dengan Abu Kholafi, dan juga
semakin menegaskan bahwasanya Abu Kholafy memang tidak segan-segan untuk
melakukan tipu muslihat kepada kaum muslimin dengan mengesankan bahwasanya
pemahamannya ini merupakan pemahaman ulama Islam. Wallahul Musta'aaan.
Abu Salafy juga mengesankan
kepada kaum muslimin bahwasanya kaum musyrikin Arab tidak mengenal Allah sama
sekali. Maka untuk memperhalus tipu muslihatnya ini maka sang ustadz Abu salafy
membawakan firman Allah yaitu :
وَ إِذا قيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا
لِلرَّحْمنِ قالُوا وَ مَا الرَّحْمنُ أَ نَسْجُدُ لِما تَأْمُرُنا وَ زادَهُمْ
نُفُوراً
“Dan apabila dikatakan kepada
mereka:” Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang”, mereka menjawab:”
Siapakah Ar-Rohmaan itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan
kami (bersujud kepada-Nya )”?, dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh
(dari iman ).” (QS. Al Furqan [25];60
Ustadz Abu Salafy berkata :
((Bahkan dzahir dari ayat di atas ini jelas sekali bahwa mereka tidak mau sujud
selain kepada arca dan berhala mereka, dan hanya berhala-berhala itu yang
mereka yakini sebagai tuhan dan tiada tuhan selainnya!)) (lihat
http://abusalafy.wordpress.com/2008/02/24/kitab-kasyfu-asy-sybubuhat-doktrin-takfir-wahhabi-paling-ganas2/
Ini merupakan tipu muslihat Abu Salafy
yang licik. Karena ayat tersebut paling banter –sebagaimana disalah pahami oleh
sebagian orang- hanya menunjukan bahwasanya kaum musyrikin mengingkari nama
penamaan Allah dengan Ar-Rohmaan, bukan mengingkari wujud Allah??!!. Tidak
seorang mufassir pun yang memahami bahwasanya ayat ini menunjukan bahwasanya
kaum musyrikin mengingkari wujud Allah –sebagaimana yang dipahami oleh Abu
Salafy-
Adapun persangkaan bahwa ayat ini
menunjukan kaum musyrikin mengingkai penamaan Allah dengan Ar-Rohmaan maka telah
dibantah oleh Imamnya para ahli tafsiir Ibnu Jariir At-Thobari, beliau berkata
:
"Sebagian orang dungu
menyangka bahwasanya orang-orang Arab tidak mengetahui Ar-Rohmaan dan kalimat
Ar-Rohman tidak terdapat dalam bahasa mereka, karenanya kaum musyrikin berkata
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ((Siapakah Ar-Rohmaan itu? Apakah
kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya
)”?,)) QS Al-Furqoon : 60, (mereka mengatakan demikian –red) karena mereka
mengingkai nama ini. Seakan-akan merupakan hal yang mustahil menurut orang
dungu ini kalau kaum musyrikin mengingkari sesuatu yang mereka tahu akan
kebenarannya. Atau seakan-akan orang dungu ini tidak membaca firman Allah
((Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepada mereka (yaitu orang-orang
yahudi-red) mengetahuinya)) yaitu mengetahui (kebenaran) Nabi Muhmmad, namun
meskipun demikian mereka mendustakannya dan menolak kenabiannya. Maka dari sini
diketahui bahwasanya mereka (kaum musyrikin Arab) terkadang menolak apa yang
mereka telah tahu kebenarannya dan telah jelas diketahui oleh mereka"
(Tafsiir At-Thobari 1/130)
Bantahan Ibnu Jarir At-Thobari
ini semakin ditegaskan oleh Imam Ibnu Katsiir, dimana beliau berkata :
"Sebagian orang menyangka
bahwasanya kaum Arab tidak mengetahui Ar-Rahmaan hingga akhirnya Allah
membantah mereka dengan firmannya : "Katakanlah: "Serulah Allah atau
serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al
asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)". Oleh karenanya tatkala peristiwa
Hudaibiyah tatkala Rasulullah shllallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Ali :
"Tulislah Bismillahirrohmaanirrohiim!", maka kaum Quraisy berkata :
"Kami tidak mengetahui Ar-Rohmaan dan juga Ar-Rohiim" (Diriwayatkan
oleh Bukhari). Dalam riwayat yang lain (mereka berkata) : "Kami tidak
mengetahui Ar-Rohmaan kecuali Rohmaannya Yamaamah (yaitu Musailamah
Al-Kadzaab-red).
Allah berfirman “Dan apabila
dikatakan kepada mereka:” Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang”,
mereka menjawab:” Siapakah Ar-Rohmaan itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan
Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya )”?, dan (perintah sujud itu)
menambah mereka jauh (dari iman ).
Yang dzohir bahwasanya
pengingkaran mereka ini (terhadap Ar-Rohmaan-red) hanyalah sikap membangkang
dan ngeyel semata dalam kekufuran mereka, karena terdapat dalam sya'ir sya'ir
jahiliyah mereka penamaan Allah dengan Ar-Rohmaan" (Tafsiir Al-Quraan
Al-'Adziim 1/199)
Dari penjelasan Ibnu Jarir dan
Ibnu Katsiir diatas jelas bahwasanya yang diingkari oleh kaum musyrikin adalah
penamaan Allah dengan Ar-Rohman, bukan wujudnya Allah.
Dan pengingkaran mereka itu
hanyalah karena sikap ngeyel, bukan karena mereka tidak mengetahui nama
Ar-Rohmaan. Kalau orang yang menyangka bahwasanya kaum musyrikin Arab tidak
tahu penamaan Allah dengan Ar-Rohmaan telah dicap "Orang dungu" oleh
Ibnu Jariir, maka bagaimana lagi orang yang menyangka bahwasanya kaum musyrikin
Arab tidak mengetahui wujudnya Allah…??? (sebagaimana yang disangkakan oleh Abu
Salafy, sehingga tidak ada tuhan bagi mereka kecuali arca-arca dan
berhala-berhala mereka), maka entah cap apa yang akan diberikan oleh Ibnu Jariir
At-Thobari??!!
DALIL-DALIL YANG MENUNJUKAN
BAHWASANYA KAUM MUSYRIKIN ARAB MENGAKUI RUBUBIYYAH ALLAH
Terlalu banyak dalil yang
menunjukan bahwasanya kaum musyrikin Arab mengakui dan meyakini tauhid
Rububiyyah, bahwasanya Allahlah yang menciptakan alam semesta dan yang mengatur
alam semesta, yang member rizki, yang menghidupkan dan mematikan.
Pertama : Dalil-dalil yang
menunjukan bahwasanya ketika mereka ditanya siapakah yang mengatur alam semesta
maka dengan serta merta mereka menjawab Allah-lah yang mengatur semuanya.
Diantara dalil-dalil tersebut adalah ayat-ayat berikut ini :
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ (٦١)اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ
عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (٦٢)وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ مِنْ
بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ
لا يَعْقِلُونَ (٦٣)
Dan Sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan
menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab:
"Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang
benar).
Allah melapangkan rezki bagi
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba- hamba-Nya dan Dia (pula) yang
menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Dan Sesungguhnya jika kamu
menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu
menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" tentu mereka akan
menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah",
tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya). (QS Al-'Ankabuut 61-63)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ
أَكْثَرُهُمْ لا يَعْلَمُونَ
Dan Sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?"
tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji
bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS Luqmaan : 25)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ
ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ
حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya
kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya
mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka Terangkanlah
kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak
mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah berhala-berhalamu itu dapat
menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaKu,
Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku".
kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. (QS Az-Zumar 38)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ
Dan sungguh jika kamu tanyakan
kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya
mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui". (QS Az-Zukhruf ; 9)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ
خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya
kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab:
"Allah", Maka Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah
Allah )?, (QS Az-Zukhruf : 87)
Kedua : Mereka juga berdoa kepada
Allah. Tentu saja ini merupakan dalil yang kuat bahwasanya mereka mengakui
bahwasanya Allah adalah Tuhan mereka. Bahkan tatakala dalam keadaan terdesak
mereka ikhlas beribadah kepada Allah. Diantara dalil-dalil yang menunjukan hal
itu adalah :
Firman Allah
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ
دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ
إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
Maka apabila mereka naik kapal
mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; Maka tatkala
Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah) (QS Al-'Ankabuut : 65)
Ibnu Jarir berkata :
"Allah berfirman : jika
mereka kaum musyrikin naik kapal di laut dan mereka takut tenggelam dan binasa
di laut maka merekapun berdoa kepada Allah dengan ikhlas. Mereka mengikhlaskan
tauhid kepada Allah tatkala dalam keadaan terdesak yang menimpa mereka.
Merekapun mengesakan ketaatan hanya kepada Allah, dan mereka tunduk beribadah
kepada Allah, mereka tidak beristigotsah kepada sesembahan-sesembahan mereka,
akan tetapi mereka beristigotsah kepada Allah yang telah menciptakan mereka.
((Tatkala Allah menyelamatkan mereka ke darat)) yaitu tatkala Allah
menghilangkan kesulitan mereka dan menyelamatkan sehingga akhirnya mereka tiba
di darat ternyata mereka kembali menjadikan syarikat bagi Allah dalam
beribadah, dan mereka selain berdoa kepada Allah juga berdoa kepada
sesembahan-sesembahan mereka dan berhala-berhala mereka" (Tafsiir
At-Thobari 18/441)
Al-Qurthubi berkata :
"Maka jika mereka di
lautan" yaitu di atas kapal dan mereka takut tenggelam maka mereka berdoa kepada Allah
dengan ikhlas, meluruskan niat mereka dan meninggalkan peribadatan kepada
berhala dan meninggalkan berdoa kepada berhala-berhala. Tatkala Allah
menyelamatkan mereka ke darat mereka kembali berbuat kesyirikan yaitu mereka
berdoa kepada Allah dan juga kepada selain Allah" (Tafsir Al-Qurthubi
16/388)
Ketiga : Kaum musyrikin juga
beribadah kepada Allah. Tentunya hal ini menunjukan bahwa mereka mengakui Allah
sebagai Tuhan mereka. Kaum musyrikin juga melakukan ibadah haji. Meskipun
ibadah haji mereka bercampur dengan keyirikan dan bid'ah akan tetapi mereka
berhaji kepada Allah. Oleh karenanya talbiyah mereka menunjukan akan pengakuan
mereka akan keesaan Allah dalam rububiyyah. Ibnu Abbaas berkata
كَانَ الْمُشْرِكُونَ يَقُولُونَ
لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ - قَالَ - فَيَقُولُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- « وَيْلَكُمْ قَدْ قَدْ ». فَيَقُولُونَ إِلاَّ شَرِيكًا هُوَ لَكَ
تَمْلِكُهُ وَمَا مَلَكَ. يَقُولُونَ هَذَا وَهُمْ يَطُوفُونَ بِالْبَيْتِ
"Dahulu kaum musyrikin
berkata: "Labbaik laa syariika laka" (Kami memenuhi panggilanmu Ya
Allah, tidak ada syarikat bagiMu". Maka Nabi –shallallahu 'alaihi wa
sallam- berkata, "Celaka kalian, sudah cukup-cukup (yaitu jangan disambung
lagi-red)". Maka kaum musyrikinpun berkata (menyambung talbiah mereka-red)
: "Kecuali syarikat yang merupakan milikMu, Engkau memilikinya dan dia
tidak memiliki apa-apa". Mereka mengucapkan ini tatkala mereka towaf di
ka'bah" (HR Muslim no 2872)
Keempat : Banyak orang-orang Arab
yang bernama Abdullah sebelum dilahirkannya Nabi Muhammad shallaallahu 'alaihi
wa sallam. Diantaranya adalah ayah Nabi yang bernama Abdullah. Dan Abdullah
artinya hamba Allah, maka hal ini menunjukan mereka sudah mengenal Allah
meskipun belum lahir Nabi Muhammad.
Kesimpulan :
Dari penjelasan di atas maka
sungguh aneh sekali tatkala Abu Salafy menyatatakan bahwa pengakuan kaum
musyrikin terhadap rububiyyah Allah –sebagaimana dalam al Qur'aan- bahwasanya
Allah yang telah menciptakan alam semesta dan mencipta mereka serta member
rizki kepada mereka, hanyalah dalam rangka untuk membela diri saja, padahal
mereka tidak mengakui hal ini.
Pernyataan Abu salafy ini
menyelisihi tafsir para salaf dan menyelisihi perkataan para ahli tafsiir,
serta menyelisihi dalil yang sangat banyak baik dalam Qur'aan maupun
hadits-hadits.
Selain itu pernyataan Abu Salafy
ini juga aneh ditinjau dari banyak sisi, diantaranya :
- Kalau mereka hendak membela
diri tentunya dengan sangat mudah mereka akan mengatakan bahwa bukan Allah
pencipta kami maka selesai perkaranya
- Anehnya Allah banyak
menyebutkan ayat-ayat seperti ini –yang menjelaskan pengakuan kaum musyrikin
terhadap rububiyyah Allah- dalam Al-Qur'an dan tidak sekalipun Allah
menyebutkan dan menjelaskan bahwasanya perkataan mereka tersebut hanya untuk
membela diri. Bukankah tatkala Allah menyebutkan perkataan orang-orang munafiq
yang dusta maka Allah menjelaskan bahwasanya perkataan mereka tersebut dusta
dan bertentangan dengan keyakinan mereka. Dan hal ini banyak dalam al Qur'an.
Maka jika seandainya pengakuan kaum musyrikin tersebut hanyalah dusta maka
tentu akan dijelaskan oleh Allah meskipun hanya sekali.
- Dan anehnya lagi Allah banyak
menyebutkan ayat-ayat seperti ini dalam rangka untuk menjelaskan kebodohan kaum
musyrikin karena mereka telah mengimani rububiyyah lantas kenapa tidak beriman
dengan uluhiyyah. Kalau ternyata pernyataan kaum musyrikin tersebut hanyalah
kebohongan mereka maka terbatallah hujjah yang Allah sebutkan ini dan tidak ada
faedahnya.
- Lantas kenapa kaum musyrikin
harus membela diri mereka, sementara mereka dalam keadaan kuat tatkala
Rasulullah berada di fase Mekah. Karena ayat-ayat tersebut merupakan ayat-ayat
Makkiyyah
Bersambung….
Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 04
Dzul Hijjah 1431 H / 10 November 2010 M
Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
Artikel: www.firanda.com
Disalin
pada 23 May 2013
Untuk lebih lengkapnya (teks arabnya), bisa klik
sumbernya langsung, ada komentar dan diskusi yang bermanfaat juga di sana.